Kamis, 31 Maret 2011

Cermin Buram

Cermin itu sudah tua
Menggaris retak dari atas ke bawah
Air mati mengaburkan kejernihannya
Pada dinding lembab bersemayam

Aku terhenti melihat
Kuamati dalam dan lebih dalam
Aku makin penasaran
Mencari wajahku terbenam dalam buram

Ada satu noktah bening diantaranya
Disitu aku berharap
Pada kejujuran cerita hidup
Pada cahaya terang yang dipantulkan


Manado, 23 September 2009

Kataku

Kataku aku takut pada-NYA
Tak berkedip dari silau
nikmati maya
mengecap dosa

Kataku aku cinta DIA
Meriap kesenangan
di jalan jalan
tak berpetunjuk

Kataku sudah kularang berkata
perdebatan kataku dan aku
mengerucut pada kata
tiada arti

Kataku, diam kamu!!!


Manado, 17 September 2009

Pada Jalan Mana

Pada jalan ini harapan disajikan dalam nampan tanpa gagang
Bilakah kuterima

Pada Jalan itu harapan disematkan dari bulu merak
Kala bermekaran warna

Pada titik ini aku bertanya
Pada jalan mana harus kulalui

Malam tadi bintang tertutup awan


Manado, 12 Oktober 2009

Gelisah Dalam Terik

Titik demi titk bulir air mengembun dari pori badan
Dirembaskan kegerahanku oleh papar cerah yang terik

Begitulah rerumputan yang merindu cerah namun gelisah oleh panasnya
Pucuk-pucuknya goyah oleh kebingungan

Tak urung dikorbankannya tangkai semakin tenggelam
Karena angin sejuk tak kunjung datang
Membawa kabar kepastian


Manado, 10 Oktober 2009

Bekas

Adakah kaki indah itu menyadarinya
Ketika melangkah di tanah yang makin lembab karena gerimis
Jejaknya membekas dalam
dan dikekalkan kemarau kering


Manado, 8 Oktober 2009

Angin

Ingin kubisikkan kepada angin yang menyapa inderaku malam ini
Tentang panas yang dihantarkannya siang tadi
Tentang sejuk yang datang bersamanya sore tadi
Yang mengajarku semua akan berganti dan berulang
Terimalah pesanku ini angin malam
Kali ini jangan kau campakkan pada daun-daun yang kau tiup tak berdaya
Kau benamkan pada tanah basah berumput
Bahwa aku merindu cerah pagi dan terbangkan aku pada samudera kapas di langit biru


Manado, 5 Oktober 2009

Pusaran

urat dagingmu mungkin lelah
aliran darah juga tak lagi riang
namun engkau tetap kuantarkan
bersama perahu kayu rapuh
dan dua dayung yang mulai retak

apalagi yang kita takutkan selain diri kita
bersama takut akan diri kita sendiri
mari ikhlaskan ombak menghempas kita
hayati alunan sunyi taufan
berpegang pada tali yang sudah dilemparkan itu


Manado, 15 September 2009

Cerutu

Menggaris senyum memejam mata
Terbius nikmatnya asap yang dihirup dalam dalam
lalu dengan perlahan ditiup kembali

Cinta dan kesetian sebatang cerutu
Diacuhkan dalam asap yang tertiup angin
Didiamkan pada bara dalam asbak
kemudian padam perlahan lahan


Manado, 14 September 2009

Sajak Awan Gelap

Awan gelap berarak di angkasa Indonesia
Dikanan petir di kiri gada
Kau cambukkan petir
Kau getarkan gada

Adik bayi hanya berteriak kelaparan
Anak kecil pingsan diombang ambingkan bumi
Ibu-ibu menjanda ditinggal suami tertimpa longsor
Bapak-bapak tercenung pada tanah yang hilang tertelan isi bumi

Rumah rumah tenggelam
Sawah ladang tertelan
Petani ditelan bumi
Pekerja pabriknya pindah dalam tanah

Penguasa berpikir keras
Rapat bermalam malam
Telpon kesana kemari
ternyata mencari jalan demi kursi kekuasaan
Uang negara dibikin arisan

Kami bodoh tentang administrasi APBN
Kami terbelakang soal teori stabilitas ekonomi politik
Kami cuma tau cara berpikir pelacur
Kalo kamu puas, sekarang giliran kamu bayar saya
Tapi aku rasa rasa nggak beda jauh kalian sama pelacur

Kami kurang tahu kebutuhan dana untuk menutup dampak sosial
Kami idiot menghitung berapa dana rekap diperlukan untuk bank yang bangkrut
Kami cuma tahu hitung dagang tempe
Kalo beli tempe satu box musti beda dengan tempe satu iris
Lha ini, kalian beli tempe satu iris dengan uang 1000box

Oh halilintar dan geledek
Panglima orang-orang terpinggirkan
Pancarkan cahayamu pada lorong-lorong sempit
Gelegarkan suaramu pada hati hati yang terhimpit
Komandokan maju rebut cahaya didepan
Tuntaskan permainan cecunguk modal


Manado, 9 September 2010

hatiku telah siap

Oh
Kuasa suci maha petir di angkasa, bakar
Masuklah dalam jalan darah hanguskan yang kau jumpa

Oh
Kuasa suci maha hening, inti bumi, telan
Liangkan aku dalam hitam gelap istana cacing gerogot

Oh
Kuasa suci maha dalam pusaran palung samudera benam
Mendasar tanpa ujungmu ruang kengerian tiada tara

Hatiku Telah Siap
Bukan pengecut
aku ikhlas
aku senyum
aku alhamdulillah

Inilah iradah kodrat MU
Terimalah aku
yang mencintai MU


Manado, 8 September 2010

Penjara Kegalauan

Aku bingung memandang diriku
Terduduk sendiri kaki diangkat pada kursi yang lain
Tidak ada lampu PLN hanya dua batang nyala lilin
Aku lihat raut mukaku nampak memikirkan sesuatu
Mungkin malah sedang mencari untuk memikirkan sesuatu

Malam hanya bermusikkan suara jam di dinding
Samar tapi jelas raung genset dikejauhan
Sesekali deru motor dan mobil makin memupuk kegalauan
Keheningan makin menyiksa menderaku tersungkur

Tetap ditempat itu menunduk lalu kutengadahkan kepala
Malam telah mengurungku dalam brangkas kejenuhan
Kutunggu percikan ide dibenakku
Namun sia-sia

Makin diseratnya kebelakang aku dengan kabar dari kampungPenja
Dari kiri memukul juga kabar saudara dari timur yang mati karena lapar
Kutoleh ke kanan mengejek puasaku yang bohong besar
Didepan tugas-tugas menusukku bertubi-tubi pada dada, mulut, dan mata

Aku menjadi tertawa melihat itu
Dimana keangkuhan kegagahanmu
Dimana omong besarmu
Sudahkah habis ego melumatmu

Masih kulihat diriku terduduk
Dapat kurasa isi dada akan meledakkan bendungan air mata
Akhirnya kubisikkan padanya
Rasakan saja jangan berharap apa apa


Manado, 6 September 2010

Gelisah

Terang purnama tak memudarkan cahaya satu bintang itu
Sedangkan terangnya membuat lembah hijau nampak indah
Angin sejukpun bermain riang di lerengnya

Namun tetap satu bintang selalu mengusik
Melupakan keindahan tersaji

Dan malam ini kegelisahanku menceritakannya
Karena aku telah tersihir olehnya


Manado, 5 September 2010

Mimpi

Aku ingin sampaikan
Telah habis kata kataku
Tetapi tidak semangatku

Aku ingin teriak walau hanya di dalam hati
Ya aku harus berteriak
Semoga penghuni hatiku terkaget
Mendengar lalu mengirimnya ke langit
Bersama mimpi mimpi malam

Mimpi itu sungguh dirindukan
Menjadi nyata

Sudah habis kata-kataku
Tetapi tidak semangatku


Manado, 4 September 2009

Jangan Pak!

Jangan Pak!
jangan, jangan!
Pak polisi tolong jangan kau angkat kami

Tidakkah kau lihat tangan kami
begitu lemah
mungkinkah dari tangan ini
sebuah bank bisa dibobol

Tidak kau lihat kaki lemah kami
tak mungkin lari mengemplang uang negara
ke luar negeri

Tidakkah kau merasakan beban kami
ringan,kan?
Cukup 1% APBN untuk membuat kami gemuk sejahtera

Kami tidak minta lebih cukup engkau beri ruang
Jangan kau buang bagai plastik sampah yang mengotori hari harimu


Manado, 2 September 2009

Cerita Cinta

Tidak ada yang menghadang terbenamnya matahari
Tidak ada yang menunda terbitnya pula
Demikianlah sebuah pesona alam pembangkit hasrat
Masing masing memberikan cerita indah
Pada hati yang percaya akan cinta
Pada sepi jiwa yang terpecahkan


Manado, 2 September 2009

Titip

kutitipkan cintaku
kepada merpati putih
yang terbang riang dengan bebas
bulu putihnya yang halus
dicerahkan mentari

namun lagi lagi
selalu dia kembali ke sarang
teringat biji jagung majikan
tak pernah ke tujuan


Manado, 31 Agustus 2009

Jejak Kecil di Setapak Beling

Anak kecil usia sekolah adalah kuntum bunga
Seluruh alam bekerja memberikan ruang,
memberikan udara, memberikan cahaya,
memberikan sari
supaya kuntum semakin kuat akarnya
semakin besar dan tinggi batangnya
sehingga berbunga mekar warnai kehidupan

Anak kecil usia sekolah adalah barang dagangan
produk akhir mesin selangkang tipe W dan tipe P
Dipasarkan dengan murah karena fast moving
Cukup 1-2 juta untuk pengganti uang shampo dan kopi
Dapat dipakai apa aja alias multi fungsi

Penjual dan pembeli adalah teman seiring kita
Penjual senang produknya cepat laku
pembeli bahagia mendapat barang multi guna

Gak perlu remote untuk mengoperasikan
cukup rotan, kayu sapu, air, setrika panas,
karena kalo pake remote begitu error kita harus ke toko beli lagi
tapi kalo alat tadi jika rusak anak kecil tadi akan memilin rotan lagi
meraut kayu sapu lagi, membawakan ember lagi, dan memeriksa
kabel setrika itu.
kalau sudah selesai dibetulkan alat itu akan dipakaikan lagi ketubuhnya
teriakan mereka adalah efek mekanis sebuah barang dagangan
jadi itu bukan kesalahan produk itu memang produk yang dirancang
untuk teriak pada saat pengoperasian

tunggu dulu sodara.. jangan berpikiran buruk dulu
pasti kalian mengira aku menceritakan kepedihan
salah... salah kalian salah besar
ini cerita epos kepahlawanan

Pasti kalian mengira betapa menderitanya anak usia sekolah
sekali lagi kiraan kalian salah

Anak usia sekolah bercerita lugas di depan polisi
Matanya memandang tegas dewasa
Mulutnya bicara lancar daripada mereka lulusan sekolah favorit
dia menceritakan pengalamannya seperti guru sejarah
bahwa kehidupannya bukan karena ketidak adilan dunia atau Tuhan

Kehidupannya normal seperti kehidupan sore kalian bersama keluarga
Seperti kehidupan dunia gemerlap lampu diskotik
Seperti kehidupan anak anak yang bercengkerama di halaman masjid
Seperti kehidupan jenius di laboratorium
sungguh tak jauh beda

Anak kecil usia sekolah telah mengenyam ilmu yang tidak diajarkan disekolah
Bahwa hidup itu sulit , dia juga paham kata kata selanjutnya
"makanya jangan dibikin sulit"
Matanya berpesan padaku lewat kaca TV dengan nada tegas dan wibawa
"hei jangan bersedih melihatku karena aku bukan tontonan seperti kalian juga tak mau jadi tontonan"
"aku senang begini .. Tuhan mempercayaiku menjalani karena aku lebih kuat daripada kalian"
"simpati kalian atau empati sungguh tak perlu, aku sangat mengenalmu, kita kan sahabat
jadi nggak perlu munafik, sahabat yang baik kan tidak memberi beban berat kepada sahabatnya
.. aku paham jadi kalian bersenang-senanglah ... aku turut bahagia"
"aku hanya butuh bantuan diam dari kalian .. karena aku butuh konsentrasi dengan tugas tugasku, supaya aku bisa membahagiakan majikan karena tugasku becus"

Anak kecil usia sekolah tetap harus tidur malam ini
seperti anak anak lain yang tidur setelah belajar dan bermain
kemudian cuci kaki dan mendapat elusan sayang orang tua
lalu bermimpi indah... sama lah mimpi mereka namanya juga anak sekolah
walau dia tidak memerlukan elusan dan dongeng orang tua

Anak kecil usia sekolah seperti ini banyak di negeri ini
Syukur pada Tuhan karena kita diberi cikal bakal yang pilih tanding
Tangguh dan bersahaja serta dewasa dalam kehidupan

Anak kecil usia sekolah selalu berdoa pada Tuhan agar jangan diambil dulu nyawanya
karena mereka merasa belum khatam berjalan pada setapak beling.

Gunung dan Lautan

Apakah yang disimpan dalam hatinya
Yang membuat gunung tetap tegar dan gagah dalam keheningannya

Apakah sudah sifatnya
Laut selalu ceria dan mempesona berbajukan cahaya mentari
Memilaukan pandangan gunung yang takjub dibuatnya

Berminatlah gunung menyelami lautan
Cemburu pada ikan dan camar

Sebatang dahan patah membusuk di tanah becek
berkata, jangan!

Engkau adalah sumber keindahan
Bagi jiwa dan kaki para pendaki
Jangan menjadi seperti aku


Manado, 28 Agustus 2009

Wajah

Wajah wajah dalam guratan pohon flamboyan matanya acuh melihatku
Gurat gurat dingin dipahatkan air yang membasahi
Sembunyi dibalik lumut dan benalu
Walau mengkerut dan usang kulit wajahmu
Aku tetap setia berteduh dibawahmu


Manado, 27 Agustus 2009

Birokarat Harapan Bangsa(t)

Birokrasi Indonesia dilahirkan dari
Perut buncit, mulut ngah ngoh, tangan nggladhik,
Yang bersekongkol dengan syahwat paha mulus dan senyum nakal,
Menggunting dalam lipatan nurani bersih
Yang berkedok safari, dasi licin, parfum wangi, belahan dada blaser, dan rok mini setinggi jengkal di atas dengkul
Yang mencokok hidung mereka sendiri mengikuti jalan itu itu lagi
Jalan kebenaran tuhan modal

Mereka pintar mendebat dengan ilmunya
Mereka tangguh bertahan dengan regulasinya
Mereka tenang melakukan itu dalam kesejukan AC kantor mereka
Sementara jutaan kubik liur perahan mereka
Dialirkan ke pipa pipa AC mereka

Jangan kamu mendebat , percuma!
Nampak goblok kamu kalau mendebat
Kenapa, karena kalian mendebat golongan goblok
Yang membengkokkan pengetahuan lurus menjadi senjata terhunus
Menusuk halangan sosial dan jargon ketidakadilan lawan mereka

Cakrawala ufuk timur Indonesia harapan datangnya fajar kemegahan
Membasuh peluh kesusahan anak anaknya
Cahayanya memburatkan warna merah semangat baharu
Tunas muda mulai berbunga menunggu berbuah untuk dipetik

Hanya sayang tunas tunas mulai nampak tumbuh liar di kafe kafe remang jalanan
Membahas tugas kuliah sambil mendiskusikan tentang enaknya vodka
Tangan kanan memegang mouse tangan kiri di tetek pacarnya
Karena bius budaya adi kacung mancanegara telah disebarkan

Aku memaki kali ini biarlah dosa mulut ini kutanggung
Siapa tahu pahala dialirkan kepada birokrat eksekutif dan anak muda itu
Sehingga Tuhan menampar mereka dari mimpi mimpi mereka


Manado, 26 Agustus 2009

Aku Hadir

Aku hadir dengan cinta
walau tahu mungkin tidak pantas bagimu

Pelangi begitu mempesona diantar gerimis
Berdiri sembunyi dibalik biru gunung gunung
Temaram surya memberikan cerah hijau dedaunan
yang nampak kilau basahnya sejuk

semua hanya menjadi lukisan indah
dalam putih tulus kanvas hati pelukis kesepian
lalu dibingkainya dengan kegundahan

Aku hadir dengan cinta
Walau tahu dari jauh kau tutup pintumu


Manado, 25 Agustus 2009

Senjakala

Senjakala tidak berbohong
tentang kelelahan bunga bunga
dan burung burung pagi

Diajaknya semua beristirahat
bersama guguran daun kering
yang turun lembut dengan kekalahan

Aku adalah bumi yang mengambil hikmah
cerita senjakala
Adalah tanah untuk tumbuhnya keceriaan
pagi hari


Manado, 22 Agustus 2009

Batu dan Mata Air

Diresapkannya setiap tetesan
kedalam pori pori
Yang mengucur pasti dari celah cadas
Dikenakannya lumut melawan dingin

Tergesa air menyusulnya
Menyadari kedatangannya selama ini membuat hancur
Menjadikan batu
pasir di lautan


Manado, 21 Agustus 2009

Kupu-Kupu Pagi Hari

Kupu-kupu pagi hari memasuki ruang kamarku
Setelah kubuka jendela untuk menyambut pagi
Diantar cahaya hangat dan sinar terang
Kupu-kupu berkelana di dalam kamar

Kedatangannya mengisi kamar kosong berantakan
Tak lama kupu-kupu akan terjatuh pada lantai dingin
Diantar semut-semut yang rela mengangkatnya
Menuju pada akhir keindahannya terbenam di tanah


Manado, 20 Agustus 2009

NAK

nak,
Bagaimana kabarmu disana
Semoga Tuhan selalu melindungimu dengan sehat dan sejahtera
Tidak sakit seperti pejabat yang sakit
Mereka sangat mampu berobat ke rumah sakit
Tidak seperti bapakmu yang selalu was was
Jika harus mengantarmu ke rumah sakit
Hanya saja pejabat itu tidak tahu betapa banyak
Yang senasib dengan kita


Manado, 19 Agustus 2009

kau semakin jauh

Sudah rasa ini terkekang
Sudah rindu ini terabaikan
Kunikmati saja kesakitan ini
Biarlah semua terjadi

Jauh jurang harus didekatkan
Tinggi langit harus didaki
Walau mungkin dijalani
Tak mungkin matahari terbit dari barat

Kenyataan harus kuterima
Tunas ini tidak boleh menjadi kelapa
Biarkan hujan deras turun
Mengikis tanah kering membawanya ke lautan


Manado, 19 Agustus 2009