Kamis, 31 Maret 2011

Penjara Kegalauan

Aku bingung memandang diriku
Terduduk sendiri kaki diangkat pada kursi yang lain
Tidak ada lampu PLN hanya dua batang nyala lilin
Aku lihat raut mukaku nampak memikirkan sesuatu
Mungkin malah sedang mencari untuk memikirkan sesuatu

Malam hanya bermusikkan suara jam di dinding
Samar tapi jelas raung genset dikejauhan
Sesekali deru motor dan mobil makin memupuk kegalauan
Keheningan makin menyiksa menderaku tersungkur

Tetap ditempat itu menunduk lalu kutengadahkan kepala
Malam telah mengurungku dalam brangkas kejenuhan
Kutunggu percikan ide dibenakku
Namun sia-sia

Makin diseratnya kebelakang aku dengan kabar dari kampungPenja
Dari kiri memukul juga kabar saudara dari timur yang mati karena lapar
Kutoleh ke kanan mengejek puasaku yang bohong besar
Didepan tugas-tugas menusukku bertubi-tubi pada dada, mulut, dan mata

Aku menjadi tertawa melihat itu
Dimana keangkuhan kegagahanmu
Dimana omong besarmu
Sudahkah habis ego melumatmu

Masih kulihat diriku terduduk
Dapat kurasa isi dada akan meledakkan bendungan air mata
Akhirnya kubisikkan padanya
Rasakan saja jangan berharap apa apa


Manado, 6 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar