mau kamu bagaimana
aku tidak tahu
ya sudah
..
tetapi kenapa seperti menyisakan tanda tanya besar
Manado, 2 Mei 2010
Selasa, 12 April 2011
inilah cerita
tidak pupus atau dipendam
tapi mati kala itu karena takdirnya
hingga kemudian hidup ditiup ruh kehadirannya
berkembang tumbuh dengan pupuk tutur katanya
Manado, 30 April 2010
tapi mati kala itu karena takdirnya
hingga kemudian hidup ditiup ruh kehadirannya
berkembang tumbuh dengan pupuk tutur katanya
Manado, 30 April 2010
Sabtu, 09 April 2011
Kabar Dari Laut (selingan sebuah Sajak dari Chairil Anwar)
Kabar Dari Laut
aku memang benar tolol ketika itu
mau pula membikin hubungan dengan kau;
lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu
berujuk kembali dengan tujuan biru
di tubuhku ada luka sekarang,
bertambah lebar juga, mengeluar darah,
di bekas dulu kau cium nafsu dan garang;
lagi aku pun sangat lemah serta menyerah.
hidup berlangsung antara buritan dan kemudi.
pembatasan cuma tambah menyatukan kenang.
dan tawa gila pada whisky tercermin tenang.
dan kau? apakah kerjamu sembahyang dan memuji,
atau diantara mereka juga terdampar,
burung mati pagi hari di sisi sangkar?
Chairil Anwar - 1946
Manado, 10 April 2011
aku memang benar tolol ketika itu
mau pula membikin hubungan dengan kau;
lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu
berujuk kembali dengan tujuan biru
di tubuhku ada luka sekarang,
bertambah lebar juga, mengeluar darah,
di bekas dulu kau cium nafsu dan garang;
lagi aku pun sangat lemah serta menyerah.
hidup berlangsung antara buritan dan kemudi.
pembatasan cuma tambah menyatukan kenang.
dan tawa gila pada whisky tercermin tenang.
dan kau? apakah kerjamu sembahyang dan memuji,
atau diantara mereka juga terdampar,
burung mati pagi hari di sisi sangkar?
Chairil Anwar - 1946
Manado, 10 April 2011
tidakkah engkau rindu seperti aku
tidakkah engkau rindu seperti aku
tentang pergumulan canda kata kita
di malam malam yang selalu berdenyut pagi
yang membuat iri dinding dinding kamar yang selalu dingin
walau udara telah begitu membakar
dan akhir akhir lalu engkau berbincang
tentang isyarat pertemuan
hingga meretakkan tembok tembok kamar
karena malam tak lagi berdenyut pagi
kini malam telah mencipta paginya sendiri
walau sejauh alam ada hingga tak bisa kita kira kapan berakhirnya
malam tetaplah gelap bertabur bintang bulan
dan bahkan sesekali mendung
juga angin seperti mati
kehilangan jiwa untuk berhembus
Manado, 29 April 2010
tentang pergumulan canda kata kita
di malam malam yang selalu berdenyut pagi
yang membuat iri dinding dinding kamar yang selalu dingin
walau udara telah begitu membakar
dan akhir akhir lalu engkau berbincang
tentang isyarat pertemuan
hingga meretakkan tembok tembok kamar
karena malam tak lagi berdenyut pagi
kini malam telah mencipta paginya sendiri
walau sejauh alam ada hingga tak bisa kita kira kapan berakhirnya
malam tetaplah gelap bertabur bintang bulan
dan bahkan sesekali mendung
juga angin seperti mati
kehilangan jiwa untuk berhembus
Manado, 29 April 2010
tolong jangan pamit
tolong jangan pamit
engkau baru datang
belum lama juga aku menyambutmu
bersama merekahnya pagi di ufuk
yang membelah pecah perlahan langit malam
bicaralah yang lain
jangan bicara pamit
apalagi,
jangan diam
Manado, 29 April 2010
engkau baru datang
belum lama juga aku menyambutmu
bersama merekahnya pagi di ufuk
yang membelah pecah perlahan langit malam
bicaralah yang lain
jangan bicara pamit
apalagi,
jangan diam
Manado, 29 April 2010
di kedalaman cintaku diam
mendung hari hari memakin kelam
di kedalaman cintaku diam
jika tuhan membuatnya sirna
memang bukan karena tak suka
seperti pelangi yang selalu ada
kala mentari membakar bulir air di udara
itu memang sudah jamaknya
perasaan syahdu dan sedih
pasti menghimpit perih
melahirkan ucap yang lirih sembunyi
tapi tak ada satu katapun yang sanggup memberi arti
apa dan bagaimana yang dimau hati
mendung hari hari memakin kelam
di kedalaman cintaku diam
dua insan dewasa menemu indah
kala waktu tak lagi ada
sudah ... menjadi milik yang ada
berlalu ... keindahaan tidak bisa punah
berganti ... keindahan senantiasa harus dilangkah
aaahh ... iya
mendung hari hari memakin kelam
dan, ..di kedalaman .. cintaku diam
cinta yang begini bagai hari yang memakin kelam
di kedalaman dia menunggu giliran
saat bila mentari bersinar bebas
menghalau mendung menjadi awan terang
Manado, 28 April 2010
di kedalaman cintaku diam
jika tuhan membuatnya sirna
memang bukan karena tak suka
seperti pelangi yang selalu ada
kala mentari membakar bulir air di udara
itu memang sudah jamaknya
perasaan syahdu dan sedih
pasti menghimpit perih
melahirkan ucap yang lirih sembunyi
tapi tak ada satu katapun yang sanggup memberi arti
apa dan bagaimana yang dimau hati
mendung hari hari memakin kelam
di kedalaman cintaku diam
dua insan dewasa menemu indah
kala waktu tak lagi ada
sudah ... menjadi milik yang ada
berlalu ... keindahaan tidak bisa punah
berganti ... keindahan senantiasa harus dilangkah
aaahh ... iya
mendung hari hari memakin kelam
dan, ..di kedalaman .. cintaku diam
cinta yang begini bagai hari yang memakin kelam
di kedalaman dia menunggu giliran
saat bila mentari bersinar bebas
menghalau mendung menjadi awan terang
Manado, 28 April 2010
di atas batu bulan
ada di tengah ruang yang ramai
namun serasa sendirian
duduk di atas batu di bulan
memandangi bumi di kejauhan
Manado, 27 April 2010
namun serasa sendirian
duduk di atas batu di bulan
memandangi bumi di kejauhan
Manado, 27 April 2010
pendongeng malam
pendongeng malam
bercerita kepada penyendiri
dewi malam bidadari kesunyian
berceritalah di dalam dadaku
datanglah disampingku
malam sepi dan gelap
tidak lagi cekam
dan di pagi hari
kita tidur bersama
Manado, 27 April 2010
bercerita kepada penyendiri
dewi malam bidadari kesunyian
berceritalah di dalam dadaku
datanglah disampingku
malam sepi dan gelap
tidak lagi cekam
dan di pagi hari
kita tidur bersama
Manado, 27 April 2010
kasmaran
ada kasmaran dibawa terbang burung burung camar yang putih
dari batas cakrawala tempat mula dan akhir matahari
setiba di pantai adakah dia kekal
kala angin darat meniup surut gelombang datang
meninggalkan buih buih air yang terserap pasir putih
Manado, 27 April 2010
dari batas cakrawala tempat mula dan akhir matahari
setiba di pantai adakah dia kekal
kala angin darat meniup surut gelombang datang
meninggalkan buih buih air yang terserap pasir putih
Manado, 27 April 2010
kekasih dari masa lampau
gerah janganlah kau datang di malam ini
aku tahu karena aku mengenalmu dari angin
yang selalu resah mengusik daun daun kering
tapi kini tak kudengar gemerisiknya
gerimis yang tak jadi turun
seakan menahan panas siang tak segera hilang
tapi janganlah engkau datang malam ini
aku sudah cukup gerah dan panas
karena kekasihku dari lampau datang
kami butuh dinginmu
penawar bara antara kami
Manado, 26 April 2010
aku tahu karena aku mengenalmu dari angin
yang selalu resah mengusik daun daun kering
tapi kini tak kudengar gemerisiknya
gerimis yang tak jadi turun
seakan menahan panas siang tak segera hilang
tapi janganlah engkau datang malam ini
aku sudah cukup gerah dan panas
karena kekasihku dari lampau datang
kami butuh dinginmu
penawar bara antara kami
Manado, 26 April 2010
mimpi sajak sajak
aku bermimpi lagi
kugenggam jari jari ditelapak yang halus lembut
berhias cincin di jari manis kananmu
tanganku merasakan setiap momen itu
saat itu segala indera yang ada
seakan hanya di tangan itu
matamu bercahaya malu malu
aku menatap tegas
mata kita bertemu jari jari berdekap kuat
kuarahkan tanganmu meraih pena
engkau memahami sambil mengambil secarik kertas tebal
kupeluk dari belakang dan tanganku masih mengarahkan jemarinya
melayang aku betapa harumnya membiusku kala itu
terpejam tersenyum bahagia
kita pun mengarungi samudera menulis sajak tentang cinta
tak perlu aku berbisik karena engkau mendengar jelas dari hati
seiring degap di dadaku tempatmu bersandar
tiba tiba engkau menoleh sambil menunjukkan kertas itu
pelukanku segera lepas
aku pun terjaga dari mimpi tapi tidak dari sajak ini
Manado, 25 April 2010
kugenggam jari jari ditelapak yang halus lembut
berhias cincin di jari manis kananmu
tanganku merasakan setiap momen itu
saat itu segala indera yang ada
seakan hanya di tangan itu
matamu bercahaya malu malu
aku menatap tegas
mata kita bertemu jari jari berdekap kuat
kuarahkan tanganmu meraih pena
engkau memahami sambil mengambil secarik kertas tebal
kupeluk dari belakang dan tanganku masih mengarahkan jemarinya
melayang aku betapa harumnya membiusku kala itu
terpejam tersenyum bahagia
kita pun mengarungi samudera menulis sajak tentang cinta
tak perlu aku berbisik karena engkau mendengar jelas dari hati
seiring degap di dadaku tempatmu bersandar
tiba tiba engkau menoleh sambil menunjukkan kertas itu
pelukanku segera lepas
aku pun terjaga dari mimpi tapi tidak dari sajak ini
Manado, 25 April 2010
Jumat, 08 April 2011
24 petir
24 petir menyambar di seluruh penjuru angin
suaranya memekakkan
gemuruhnya mengoncang
hanya dari sebuah kata
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
sebaris kata bermakna gaib
dari alunan bincang malam itu
engkau menangis?
.. aku teriris dengan tajam
dari sembilu bambu yang diraut katamu yang pendek
hatiku menitikkan .. darah!
perihnya tak bisa kita kiaskan
dan garam air mata bagai air panas disiramkan ke luka
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
aku melabrak hulubalang di langit
kurampas sayap sayap mereka
lalu terbang kucegat kataku yang lalu
menembus waktu kini ke lampau hari
tapi 24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
menghanguskan malam dan aku terkapar meriang
.. engkau menangis ?
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
tuntaskanlah engkau bergolak .. wahai geledek langit !
segeralah .. jatuhkan saja mendungmu menderas
padamkan aku yang hangus
bersama hujanmu ..
.. aku menangis ?
Manado, 24 April 2010
suaranya memekakkan
gemuruhnya mengoncang
hanya dari sebuah kata
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
sebaris kata bermakna gaib
dari alunan bincang malam itu
engkau menangis?
.. aku teriris dengan tajam
dari sembilu bambu yang diraut katamu yang pendek
hatiku menitikkan .. darah!
perihnya tak bisa kita kiaskan
dan garam air mata bagai air panas disiramkan ke luka
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
aku melabrak hulubalang di langit
kurampas sayap sayap mereka
lalu terbang kucegat kataku yang lalu
menembus waktu kini ke lampau hari
tapi 24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
menghanguskan malam dan aku terkapar meriang
.. engkau menangis ?
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
tuntaskanlah engkau bergolak .. wahai geledek langit !
segeralah .. jatuhkan saja mendungmu menderas
padamkan aku yang hangus
bersama hujanmu ..
.. aku menangis ?
Manado, 24 April 2010
cinta ini adalah titik titik air
cinta ini adalah titik titik air
dari mendung yang makin pekat
bersama gerimis ia memberi peringatan
agar bergegas atau bersiap akan datangnya hujan
didalam rumah dari balik jendela yang bertebal hujan
kulihat jalanan sepi dan basah
dan orang orang semua berteduh
Malang, 23 April 2010
dari mendung yang makin pekat
bersama gerimis ia memberi peringatan
agar bergegas atau bersiap akan datangnya hujan
didalam rumah dari balik jendela yang bertebal hujan
kulihat jalanan sepi dan basah
dan orang orang semua berteduh
Malang, 23 April 2010
bunga dalam pot di taman hati
pot itu terisi lagi
kuambilkan humus yang gembur subur
kutanam bunga disitu
sesudahnya menangis aku karena keindahannya
airmata menyirami hari harinya
kenyataan adalah pisau teramat tajam
bunga mati karena asin airmata
betapa aku dulu tidak membiarkannya tumbuh di halaman rumah
kuikhlaskan hujan dan mentari merawatnya
tapi malah kusimpan pot itu dalam hati
Malang, 22 April 2010
kuambilkan humus yang gembur subur
kutanam bunga disitu
sesudahnya menangis aku karena keindahannya
airmata menyirami hari harinya
kenyataan adalah pisau teramat tajam
bunga mati karena asin airmata
betapa aku dulu tidak membiarkannya tumbuh di halaman rumah
kuikhlaskan hujan dan mentari merawatnya
tapi malah kusimpan pot itu dalam hati
Malang, 22 April 2010
engkau selalu menunggu
engkau selalu menunggu
kata kataku
awal dari penuh
hingga malam menemu pagi kembali
keranjang rasa ini
hampir bersih isinya dari kata kata
tak maukah engkau
jika aku datang
kata kataku telah habis
sesat dari tujuannya
Malang, 21 April 2010
kata kataku
awal dari penuh
hingga malam menemu pagi kembali
keranjang rasa ini
hampir bersih isinya dari kata kata
tak maukah engkau
jika aku datang
kata kataku telah habis
sesat dari tujuannya
Malang, 21 April 2010
henti
kawan berhentilah dari kegilaan
tubuhmu terikat, percuma meregang
komat kamit cinta bius otakmu
melek sedikit jangan dulu buta
hargailah hati yang katamu tulus itu
Malang, 20 April 2010
tubuhmu terikat, percuma meregang
komat kamit cinta bius otakmu
melek sedikit jangan dulu buta
hargailah hati yang katamu tulus itu
Malang, 20 April 2010
rembulan
kuikat hati pada rembulan
agar setiap malam bisa kulihat
karena bulan lembut sinarnya
kutitipkan cinta di kegelapan malam
agar esok masih bertemu pagi
mengisi hati kala rembulan istirahat
Malang, 20 April 2010
agar setiap malam bisa kulihat
karena bulan lembut sinarnya
kutitipkan cinta di kegelapan malam
agar esok masih bertemu pagi
mengisi hati kala rembulan istirahat
Malang, 20 April 2010
mari kita bertemu
mari kita bertemu
kau
aku
kita kirim layang kepada tuhan
memutar waktu
meminta senggang
kau
aku
bertemu
balasan tuhan kita tunggu
waktu di nampan
senggang di genggam
Malang, 19 April 2010
kau
aku
kita kirim layang kepada tuhan
memutar waktu
meminta senggang
kau
aku
bertemu
balasan tuhan kita tunggu
waktu di nampan
senggang di genggam
Malang, 19 April 2010
sawah
sesenyap sore bergulir malam
bersama tenggelamnya surya di cakrawala
burung burung cicit ramai berterbangan
mengabarkan gelap segera menjelang
padi padi yang menjadi ladang bermainnya
kini diam terpaku berpayung langit hitam
gulir waktu menghantar ketulusannya
pada pedih terhimpit
diantara lembah hijau itu
hanya sebagai persinggahan burung burung
kala mentari membakar darah
Malang, 19 April 2010
bersama tenggelamnya surya di cakrawala
burung burung cicit ramai berterbangan
mengabarkan gelap segera menjelang
padi padi yang menjadi ladang bermainnya
kini diam terpaku berpayung langit hitam
gulir waktu menghantar ketulusannya
pada pedih terhimpit
diantara lembah hijau itu
hanya sebagai persinggahan burung burung
kala mentari membakar darah
Malang, 19 April 2010
mata pesona
jangan melihat mata pesona
sihirnya akan membutakan
hatimu akan dirogoh merobek dada
berakhir di gengaman kanannya
jantungmu sesudahnya
ditangan kirinya jantung ajeg berdegap degap
dengan sihirnya degap degap itu dikirim ketubuh kita
menjaga kita tetap hidup
paku paku magis
tertancap di sendi sendi
membuat lumpuh
jika sudah demikian
rasai saja .. kawan
Malang, 19 April 2010
sihirnya akan membutakan
hatimu akan dirogoh merobek dada
berakhir di gengaman kanannya
jantungmu sesudahnya
ditangan kirinya jantung ajeg berdegap degap
dengan sihirnya degap degap itu dikirim ketubuh kita
menjaga kita tetap hidup
paku paku magis
tertancap di sendi sendi
membuat lumpuh
jika sudah demikian
rasai saja .. kawan
Malang, 19 April 2010
malam 2
aku ceritakan tentang malam malam yang indah
walau sepi dan senyap adalah bahasanya
namun jika engkau memahami apa yang disampaikan
dia adalah rindu cerita cerita pagi hari
bunga bunga indah sebuah mimpi
Malang, 18 April 2010
walau sepi dan senyap adalah bahasanya
namun jika engkau memahami apa yang disampaikan
dia adalah rindu cerita cerita pagi hari
bunga bunga indah sebuah mimpi
Malang, 18 April 2010
malam 1
selamat malam bagimu
yang selalu datang di malam malam
telah beberapa malam
memang hanya sepi yang datang
tapi ya itulah malam
apalagi yang bisa kita harapkan
Malang, 18 April 2010
yang selalu datang di malam malam
telah beberapa malam
memang hanya sepi yang datang
tapi ya itulah malam
apalagi yang bisa kita harapkan
Malang, 18 April 2010
siluet
gambarnya mengisi pandangan
jelas sekali seperti bercermin di danau jernih
di ruang benak dikekalkan
riak riak air membuatnya nampak hidup
yang tak mungkin kulemparkan kail kesitu
sayang jika harus begitu
akan membuat bayangan jadi hilang
Malang, 17 April 2010
jelas sekali seperti bercermin di danau jernih
di ruang benak dikekalkan
riak riak air membuatnya nampak hidup
yang tak mungkin kulemparkan kail kesitu
sayang jika harus begitu
akan membuat bayangan jadi hilang
Malang, 17 April 2010
rindu ini
di luar masih dapat kurasa sejuknya hembusan
di dalam hanya sesekali saja angin melewati jendela
ruangku gerah walau sudah berkaos singlet
seperti itulah rindu ini
Malang, 17 April 2010
di dalam hanya sesekali saja angin melewati jendela
ruangku gerah walau sudah berkaos singlet
seperti itulah rindu ini
Malang, 17 April 2010
jeda
jeda
bagian kosong dari waktu
dan disitu kita bertanya
apa yang kita cari
jika hidup hanya menjalani
jeda
bagian kosong dari waktu
selusuri dalam diri
hanya kebingungan
orang orang haus rakus
remah remah gemerlap
yang menjadi tanda
bahwa hidup telah lengkap
jeda
bagian kosong dari waktu
apakah hati nurani
sudah menjadi mimpi
cerita cerita fiksi
puisi puisi basi
orang orang tak lagi peduli
hanya nafsunya yang digubris
walau yang lain setuju meski basa basi
karena sedang menunggu
berganti menginjak yang disetujui
jeda
bagian kosong dari waktu
doa doa yang palsu
makin mengisi bumi yang semu
berlomba memburu
demi saku saku tak pernah penuh
disini demi aku
waktuku harus kurengkuh penuh
tak mau aku memakai gincu itu
tak mau aku menjadi korban penikaman waktu
ya alloh aku butuh kamu
Malang, 17 April 2010
bagian kosong dari waktu
dan disitu kita bertanya
apa yang kita cari
jika hidup hanya menjalani
jeda
bagian kosong dari waktu
selusuri dalam diri
hanya kebingungan
orang orang haus rakus
remah remah gemerlap
yang menjadi tanda
bahwa hidup telah lengkap
jeda
bagian kosong dari waktu
apakah hati nurani
sudah menjadi mimpi
cerita cerita fiksi
puisi puisi basi
orang orang tak lagi peduli
hanya nafsunya yang digubris
walau yang lain setuju meski basa basi
karena sedang menunggu
berganti menginjak yang disetujui
jeda
bagian kosong dari waktu
doa doa yang palsu
makin mengisi bumi yang semu
berlomba memburu
demi saku saku tak pernah penuh
disini demi aku
waktuku harus kurengkuh penuh
tak mau aku memakai gincu itu
tak mau aku menjadi korban penikaman waktu
ya alloh aku butuh kamu
Malang, 17 April 2010
cemburu
bagaimana aku bisa cemburu
jika lawan lawanku adalah kenisbian
kata kata dan rayuan hanya fatamorgana
yang membara ini
yang membakar ini
yang menjerat di leher ini
tidak membutuhkan lawan
apalagi kenisbian
seperti cemburu itu
juga nisbi
Malang, 17 April 2010
jika lawan lawanku adalah kenisbian
kata kata dan rayuan hanya fatamorgana
yang membara ini
yang membakar ini
yang menjerat di leher ini
tidak membutuhkan lawan
apalagi kenisbian
seperti cemburu itu
juga nisbi
Malang, 17 April 2010
peluk
dia memeluk malamnya
aku memeluk malamku
dikegelapan kami berpelukan
walau tidak saling
diantar dinginnya malam
bernadakan sepi tik tok tik tok
peluk itu bertemu
dalam malam yang dingin dan gelap
Malang, 17 April 2010
aku memeluk malamku
dikegelapan kami berpelukan
walau tidak saling
diantar dinginnya malam
bernadakan sepi tik tok tik tok
peluk itu bertemu
dalam malam yang dingin dan gelap
Malang, 17 April 2010
tentang nyala
aku bertanya
tentang nyala dian
akan menunggu padam
haruskah kepada matahari
yang kekal menyala nyala
jika hanya dia yang mampu menjawab
Malang, 16 April 2010
tentang nyala dian
akan menunggu padam
haruskah kepada matahari
yang kekal menyala nyala
jika hanya dia yang mampu menjawab
Malang, 16 April 2010
tragedi priok
malam ini shalawat dan zikir
dikumandangkan di priok
mengiringi darah yang mengering
deru amarah menjadi rebana
tangisan yang mengkerikil
esok akan menjadi pasir
lalu tersisih dipinggir trotoar
di hempas rodaroda tronton dan trailer
episode bubrah kembali tumpah
ruah akibat pongah
penguasa arogan dan jumawa
melanggar janji yang telah menjadi sumpah
janji menjaga negeri
dan rakyat
agar tak bubrah
Malang, 15 April 2010
dikumandangkan di priok
mengiringi darah yang mengering
deru amarah menjadi rebana
tangisan yang mengkerikil
esok akan menjadi pasir
lalu tersisih dipinggir trotoar
di hempas rodaroda tronton dan trailer
episode bubrah kembali tumpah
ruah akibat pongah
penguasa arogan dan jumawa
melanggar janji yang telah menjadi sumpah
janji menjaga negeri
dan rakyat
agar tak bubrah
Malang, 15 April 2010
berteman bintang
sungguh asyik
berteman bintang
di malam yang gerah
karena mendung mengirimnya
walau hanya satu
nun jauh pula disana
sungguh asyik
berteman bintang
Malang, 15 April 2010
berteman bintang
di malam yang gerah
karena mendung mengirimnya
walau hanya satu
nun jauh pula disana
sungguh asyik
berteman bintang
Malang, 15 April 2010
tak sia sia
hanya engkau yang sanggup berbicara
kala semua kata raib tertelan mau
mau dirasa tak mau dinyata
engkau berdiam tapi bahasamu terlontar
menderas pedas cecas menghempas
lirih namun menusuk
berujar sia sia!
hidup di kala pagi jangan mengharap sore
hanya engkau peniada kesiasiaan itu
engkau Ya Alloh
engkau kerinduan sesungguhnya tempat mula berasal
Malang, 15 April 2010
kala semua kata raib tertelan mau
mau dirasa tak mau dinyata
engkau berdiam tapi bahasamu terlontar
menderas pedas cecas menghempas
lirih namun menusuk
berujar sia sia!
hidup di kala pagi jangan mengharap sore
hanya engkau peniada kesiasiaan itu
engkau Ya Alloh
engkau kerinduan sesungguhnya tempat mula berasal
Malang, 15 April 2010
Kamis, 07 April 2011
sajak yang tak pernah usai
sajak yang tak pernah usai
dari unggun unggun di belantara
entah siapa pengelana di dalamnya
membakar habis kayu kayu kering
pengusir kelam yang menyedot seluruh terang
tapi belantara entah dimana
dirumahku tak mungkin ada
unggun unggun tak sempat membara
kayu kayu telah menjadi perabot
belantara ada dimana?
sajak yang tak pernah usai
membara di dalam belantara
kayu kayu kering dibakar habis
membentuk dunianya sendiri
dunia dari hidupku
Malang, 14 April 2010
dari unggun unggun di belantara
entah siapa pengelana di dalamnya
membakar habis kayu kayu kering
pengusir kelam yang menyedot seluruh terang
tapi belantara entah dimana
dirumahku tak mungkin ada
unggun unggun tak sempat membara
kayu kayu telah menjadi perabot
belantara ada dimana?
sajak yang tak pernah usai
membara di dalam belantara
kayu kayu kering dibakar habis
membentuk dunianya sendiri
dunia dari hidupku
Malang, 14 April 2010
yang dulu gegemetaran
diantara juta deru dari pagi hingga kini
matahari tepat sepenggala berdiri
deru keheningannya deru terbelahnya angkasa
deru hiruk pikuk bandara
tak juga memberi keramaian di indera inderaku
yang melemah peka
satu nada bersembunyi di sana
nada renyah menyapa dikehingan malam
yang dengan gegemetaran berlirih
"ada apa..?"
Juanda, 11 April 2010
matahari tepat sepenggala berdiri
deru keheningannya deru terbelahnya angkasa
deru hiruk pikuk bandara
tak juga memberi keramaian di indera inderaku
yang melemah peka
satu nada bersembunyi di sana
nada renyah menyapa dikehingan malam
yang dengan gegemetaran berlirih
"ada apa..?"
Juanda, 11 April 2010
ozone
dimanakah ozone
kala mentari memanggang hari
gunung dan laut
hembuskanlah nafasmu
menjadi tabir
Manado, 10 April 2010
kala mentari memanggang hari
gunung dan laut
hembuskanlah nafasmu
menjadi tabir
Manado, 10 April 2010
langit biru luas tak berbatas
langit biru luas tak berbatas
pada cupetnya pemikiran
pada sempitnya hati
jiwa jiwa merdeka penakluknya
tiada khawatir tiada bersedih
jiwa jiwa tenang menggenggamnya
dalam segala makna
Manado, 10 April 2010
pada cupetnya pemikiran
pada sempitnya hati
jiwa jiwa merdeka penakluknya
tiada khawatir tiada bersedih
jiwa jiwa tenang menggenggamnya
dalam segala makna
Manado, 10 April 2010
satu babak
kau ..
ketahuilah
bukan hilangnya juga perginya engkau
yang kutakutkan akan mengutukku dalam keresahan
tapi hati yang padam apinya
setelah panasnya membara disetiap nadi
karena kau hanyalah mitos yang kuyakini kebenarannya
masihkah engkau mengingatnya
ketika kau bertanya tentang sebuah kejujuran
ternyata engkau kaget dengan kejujuran itu sendiri
walaupun aku tidak memahami
sungguh benarkah engkau kaget
atau kau berpura-pura kaget
tapi aku menangisinya
sejadi jadinya menyadari akan kejujuran itu
bukan karena ingkar adanya
tapi karena bahagia
seperti kering yang merindu hujan
basah dan menyegarkan
lalu ku nyanyikan lagu tentang bunga ditamanku
yang menjadi mozaik dari cermin
disitu kuajak engkau bercermin
akan bagaimanakah wajah wajah kita kini
akankah cermin memantulkan isyarat .. iya
bahwa engkau dan aku tersimpan dalam cermin itu
mentari bagai tersedot magnet dan pagi tak berani beranjak
bunga bunga memekar kupu kupu riang beterbangan
pelangi mengikat itu semua
... mengapa?
karena semua takjub pada hati yang membara
...rupanya?... mitos itu berulang
hanya saja kini lakon lakonnya berada di panggung yang sama
definisi definisi meminta diurai
apakah cinta
apakah gairah
apakah emosi
tak satupun kamus menunjukkan
hati menjadi vocabuler tak lebih
itulah kejamnya definisi
dia tak lebih dari vocabuler pemikiran
cerita dan mitos pengantar tidur
karena tak sedikitpun isyarat cermin
menyama apa yang di benakmu
sementara cermin itu terlanjur kupecahkan demi mencari jawab
lalu kerinduan tiba tiba menyerang
dari segenap sudut sudut yang telah menunggu dengan sembunyi
dengan tombak dan panahnya
menyerang menerobos satu tombak di dadaku
dua anak panah menancap tepat di mata yang hitam
satu tombak lagi terpaku di rusuk
..menangis ? ... tidak ! karena airnya telah larut di darah
tak satupun isyarat mentari nampak
atau juga hitamnya malam memberi petunjuk
kemana engkau berada
mengapa engkau tiada
kala aku terkapar waktu itu
hanya bisikan jangkrik yang mengeruk lubang sembunyinya
berkata “engkau akan tahu”
aku pun terbang meninggalkan jasad terkapar
ruh ku tetap melayang bebas merdeka
kususuri lagi medan perang
kusadari semua telah kalah
lalu melesat lagi berendam di pancuran mentari
agar dibakar musnah segala luka
panasnya mengajak untuk segera
ceburkan di palung terdalam
yang dinginnya mampu menenangkan
galaknya jilatan mentari
demikianlah kutemukan mutiara
dari tetes air mata yang disarikan dari darah
jika saja tangis bahagia bisa dituliskan dengan lugas
tentu sumpah yang akan menjadi serapah .. tidak diperlukan lagi
kini kau
telah menjadi mutiara
kujadikan bola mata bagi jasadku
namun aku telah terbebas dari raga
melayang merdeka mengitari bumiku sendiri
menjaga angsa angsa putih yang berenang
di danau dipunggung gunung yang biru
Manado, 9 April 2010
ketahuilah
bukan hilangnya juga perginya engkau
yang kutakutkan akan mengutukku dalam keresahan
tapi hati yang padam apinya
setelah panasnya membara disetiap nadi
karena kau hanyalah mitos yang kuyakini kebenarannya
masihkah engkau mengingatnya
ketika kau bertanya tentang sebuah kejujuran
ternyata engkau kaget dengan kejujuran itu sendiri
walaupun aku tidak memahami
sungguh benarkah engkau kaget
atau kau berpura-pura kaget
tapi aku menangisinya
sejadi jadinya menyadari akan kejujuran itu
bukan karena ingkar adanya
tapi karena bahagia
seperti kering yang merindu hujan
basah dan menyegarkan
lalu ku nyanyikan lagu tentang bunga ditamanku
yang menjadi mozaik dari cermin
disitu kuajak engkau bercermin
akan bagaimanakah wajah wajah kita kini
akankah cermin memantulkan isyarat .. iya
bahwa engkau dan aku tersimpan dalam cermin itu
mentari bagai tersedot magnet dan pagi tak berani beranjak
bunga bunga memekar kupu kupu riang beterbangan
pelangi mengikat itu semua
... mengapa?
karena semua takjub pada hati yang membara
...rupanya?... mitos itu berulang
hanya saja kini lakon lakonnya berada di panggung yang sama
definisi definisi meminta diurai
apakah cinta
apakah gairah
apakah emosi
tak satupun kamus menunjukkan
hati menjadi vocabuler tak lebih
itulah kejamnya definisi
dia tak lebih dari vocabuler pemikiran
cerita dan mitos pengantar tidur
karena tak sedikitpun isyarat cermin
menyama apa yang di benakmu
sementara cermin itu terlanjur kupecahkan demi mencari jawab
lalu kerinduan tiba tiba menyerang
dari segenap sudut sudut yang telah menunggu dengan sembunyi
dengan tombak dan panahnya
menyerang menerobos satu tombak di dadaku
dua anak panah menancap tepat di mata yang hitam
satu tombak lagi terpaku di rusuk
..menangis ? ... tidak ! karena airnya telah larut di darah
tak satupun isyarat mentari nampak
atau juga hitamnya malam memberi petunjuk
kemana engkau berada
mengapa engkau tiada
kala aku terkapar waktu itu
hanya bisikan jangkrik yang mengeruk lubang sembunyinya
berkata “engkau akan tahu”
aku pun terbang meninggalkan jasad terkapar
ruh ku tetap melayang bebas merdeka
kususuri lagi medan perang
kusadari semua telah kalah
lalu melesat lagi berendam di pancuran mentari
agar dibakar musnah segala luka
panasnya mengajak untuk segera
ceburkan di palung terdalam
yang dinginnya mampu menenangkan
galaknya jilatan mentari
demikianlah kutemukan mutiara
dari tetes air mata yang disarikan dari darah
jika saja tangis bahagia bisa dituliskan dengan lugas
tentu sumpah yang akan menjadi serapah .. tidak diperlukan lagi
kini kau
telah menjadi mutiara
kujadikan bola mata bagi jasadku
namun aku telah terbebas dari raga
melayang merdeka mengitari bumiku sendiri
menjaga angsa angsa putih yang berenang
di danau dipunggung gunung yang biru
Manado, 9 April 2010
panah 3
dari batang pohon yang hanya ada di tengah tengah rimba padat yang tersembunyi hingga membutuhkan pencarian tak berbatas pada apa saja dengan segala sisa tenaga yang tertampung di dalam dada diwariskan ke lengan lenganya yang kokoh namun bergetar mengayun pedang menebas batang itu dalam sekali hempas di sarungkan batang itu dengan kain yang menempel ditubuhnya lalu menyusuri jalan kembali dengan mengambil akar akar pilihan sesampainya di raut batang itu menjadi beberapa bilah ya anak panah yang terpilih untuk menggenapi tempatnya yang telah kosong dibelahnya intan berlian dan diasah dengan intan pula menjadi pucuk pucuk tajam mata panah lalu diikat kuat dengan akar di ujung tiap tiap anak panah busurnya juga telah siap semua telah siap tapi tidak akan dipanahkan sebelum akhirnya nanti dia akan memanah angkara langit yang menutupi cahaya hingga menembus angkara gelap mengoyak lebar lalu paripurna perjalanan anak panah bertemu dengan cahaya
Manado, 9 April 2010
Manado, 9 April 2010
panah 2
ibarat panah melesat dari busurnya
yang telah sekian lama direntang
dengan waspada dan sepenuh jiwa
badannya berputar cepat mengukir angin
seakan lorong panjang membuka jalan udara
dimatanya waktu hanya sekejapan
hidupnya sekelebatan
bumi adalah bayangan
langitpun cermin buram
cakrawalanya hanya satu titik
niatnya tuju disana..
ah... meleset !
hilang anak panah di belantara
pemanah gelisah kehilangan satu satunya senjata
gagah dan pasrah dia menghadang lawan
Manado, 8 April 2010
yang telah sekian lama direntang
dengan waspada dan sepenuh jiwa
badannya berputar cepat mengukir angin
seakan lorong panjang membuka jalan udara
dimatanya waktu hanya sekejapan
hidupnya sekelebatan
bumi adalah bayangan
langitpun cermin buram
cakrawalanya hanya satu titik
niatnya tuju disana..
ah... meleset !
hilang anak panah di belantara
pemanah gelisah kehilangan satu satunya senjata
gagah dan pasrah dia menghadang lawan
Manado, 8 April 2010
nyanyi senja
gunung berbaju biru
lembahnya berkerudung hitam
disinggahi rajawali
sepulang susuri cakrawala
pelangipun pulang di kedalaman lembah
cahaya mentari tak lagi jingga namun memerak lemah
lengkaplah senja
gunung semakin gelap lembah makin pekat
Manado, 8 April 2010
lembahnya berkerudung hitam
disinggahi rajawali
sepulang susuri cakrawala
pelangipun pulang di kedalaman lembah
cahaya mentari tak lagi jingga namun memerak lemah
lengkaplah senja
gunung semakin gelap lembah makin pekat
Manado, 8 April 2010
apakah
apakah air mata itu ?
hanya sesuatu yang mahal
apakah keluasan itu?
lautan angkasa aku punya
Manado, 8 April 2010
hanya sesuatu yang mahal
apakah keluasan itu?
lautan angkasa aku punya
Manado, 8 April 2010
panah
segera meriap kabut
pendar pendar dari terang
menguas di kanvas
sesaat kuteriak !! kan, KAU
berbaju mentari beralaskan angin
menyusuk di hati dan di wajah
panah panah dengan racun bahagia di matanya
lepas dari busur setelah diregang oleh hikmah
saat itulah aku teriak !! kan, KAU
tersenyumlah sejujur engkau sanggup
jangan sudah kau hiraukan
pemanah pemanah itu menjagaku
Manado, 7 April 2010
pendar pendar dari terang
menguas di kanvas
sesaat kuteriak !! kan, KAU
berbaju mentari beralaskan angin
menyusuk di hati dan di wajah
panah panah dengan racun bahagia di matanya
lepas dari busur setelah diregang oleh hikmah
saat itulah aku teriak !! kan, KAU
tersenyumlah sejujur engkau sanggup
jangan sudah kau hiraukan
pemanah pemanah itu menjagaku
Manado, 7 April 2010
tersenyum
bunga bunga mengering ... tersenyum
kupu kupu lumpuh ... tersenyum
bumi berkalang ... tersenyum
awan pecah ... tersenyum
hujan payau ... tersenyum
mentari gerhana ... tersenyum
bulan sepenggal ... tersenyum
danau gelisah ... tersenyum
kamu bahagia ... tersenyum
pagi memudar ... tersenyum
siang meranggas ... tersenyum
senja meriap ... tersenyum
malam melangut ... tersenyum
aku terpaut ... tersenyum
dan Tuhan tersenyum menyaksikan
Manado, 7 April 2010
kupu kupu lumpuh ... tersenyum
bumi berkalang ... tersenyum
awan pecah ... tersenyum
hujan payau ... tersenyum
mentari gerhana ... tersenyum
bulan sepenggal ... tersenyum
danau gelisah ... tersenyum
kamu bahagia ... tersenyum
pagi memudar ... tersenyum
siang meranggas ... tersenyum
senja meriap ... tersenyum
malam melangut ... tersenyum
aku terpaut ... tersenyum
dan Tuhan tersenyum menyaksikan
Manado, 7 April 2010
kata-kata dan isyarat
kata kata adalah isyarat
isyarat adalah kata kata
keduanya bicara akan maksud
suatu kata atau isyarat yang bertirai kabut
Manado, 7 April 2010
isyarat adalah kata kata
keduanya bicara akan maksud
suatu kata atau isyarat yang bertirai kabut
Manado, 7 April 2010
bunga-bunga kering
kepada daun daun kering bunga melati
sebelum engkau benar benar luruh layu
melayang pasti mencium haribaan bumi
menelungkup di tanah gembur dan menghumus
ajarkan padaku
bagaimana engkau meminta maaf
telah menjadi bagian tidak sedap
dari putih dan hijau yang selalu bermandikan air dan cahaya
ajarkan padaku
bagaimana engkau menyesali
telah mengembang tapi menjadi ranggas
disebuah tanaman yang agung
ajarkan padaku
bagaimana engkau dengan gagah
menerima kekalahan atas dahan
jatuh mengering bertanah dan mati
Manado, 6 April 2010
sebelum engkau benar benar luruh layu
melayang pasti mencium haribaan bumi
menelungkup di tanah gembur dan menghumus
ajarkan padaku
bagaimana engkau meminta maaf
telah menjadi bagian tidak sedap
dari putih dan hijau yang selalu bermandikan air dan cahaya
ajarkan padaku
bagaimana engkau menyesali
telah mengembang tapi menjadi ranggas
disebuah tanaman yang agung
ajarkan padaku
bagaimana engkau dengan gagah
menerima kekalahan atas dahan
jatuh mengering bertanah dan mati
Manado, 6 April 2010
suara renjana
suara
adalah sajaknya angin
hembusnya merima katakata
derunya melarik merdu
sentuhannya membait lagu
dari susuhnya
di pepohonan dan gua gua
dia?, terbang !
melukis cuaca
pengembaraannya adalah nyanyian
buluh perindu semesta biru
membuai pikir
membuyarkan jiwa
suara adalah angin misteri bagi telinga
terngiang lalu menggema bersaut saut dalam sukma
menelusuri dalam tak berujungnya hati
di kegelapan renjana
Manado, 5 April 2010
adalah sajaknya angin
hembusnya merima katakata
derunya melarik merdu
sentuhannya membait lagu
dari susuhnya
di pepohonan dan gua gua
dia?, terbang !
melukis cuaca
pengembaraannya adalah nyanyian
buluh perindu semesta biru
membuai pikir
membuyarkan jiwa
suara adalah angin misteri bagi telinga
terngiang lalu menggema bersaut saut dalam sukma
menelusuri dalam tak berujungnya hati
di kegelapan renjana
Manado, 5 April 2010
sapa
sapaku kepada siapa
merambati angin
mengetuk buana
kini menunggu dibukakan pintu
kenapa kabar memendung kekal
tak secercah pun kata menyelinap
diam dari sepi yang melambai lambai
sapaku tak berbalas
Manado, 5 April 2010
merambati angin
mengetuk buana
kini menunggu dibukakan pintu
kenapa kabar memendung kekal
tak secercah pun kata menyelinap
diam dari sepi yang melambai lambai
sapaku tak berbalas
Manado, 5 April 2010
dia dan hujan
datang dalam berjuta tetesan
beradu di atap benak rumah
gemuruhnya me ruh
menggema dan meruang di kamar hati
Manado, 5 April 2010
beradu di atap benak rumah
gemuruhnya me ruh
menggema dan meruang di kamar hati
Manado, 5 April 2010
dalam renjana dari 6 minggu yang sudah dan sedang
bersua jua bagai maya
yang 6 minggu sudah
menyisip renjana
bertukar cerita menyulam kata
memecah masa
dari kala di masa yang tak lagi bisa di kini
masa yang menyimpan rasa
untuk kala yang sangat lama
kini terbaca karena tak lagi terasa luka
luka tak lagi dulu
kini menjadi rindu
lalu menyembilu, sedu, pilu
dalam renjana yang sedang kini
mencipta lautan dan cakrawala tak berbatas
meminta asa mengasingkan kami berdua
Manado, 4 April 2010
yang 6 minggu sudah
menyisip renjana
bertukar cerita menyulam kata
memecah masa
dari kala di masa yang tak lagi bisa di kini
masa yang menyimpan rasa
untuk kala yang sangat lama
kini terbaca karena tak lagi terasa luka
luka tak lagi dulu
kini menjadi rindu
lalu menyembilu, sedu, pilu
dalam renjana yang sedang kini
mencipta lautan dan cakrawala tak berbatas
meminta asa mengasingkan kami berdua
Manado, 4 April 2010
untukmu diajeng
tiga puluh lima tahun diajeng umurmu
selamat ulang tahun
menginjakkan awal dari hari
semoga ucapanku menyampai
di maha pendengaranNYA
doa selamatku adalah peneguhanku
kepada tuhan yang kita sembah dan kita cinta
peneguhanku akan jati diriku
peneguhanku akan keimamanku
peneguhan bahtera kita di luasnya laut yang misteri
untukmu diajeng
cinta tidaklah cukup bahkan mungkin konyol
untukmu adalah tanggung dan jawab ku
tanggung atas segala beban dan lemahmu
jawab semua resah dan rintihmu
untukmu diajeng
kusarikan kisah kamajaya dan ratih
kisah tentang runtuhnya ego dan nafsu
bahwa kerukunan dibangun dari penyerahan diri
bukan kepada pasangannya tapi kepada tuhannya
untukmu diajeng
yang menjaga buah kasih kita
kuhadiahkan baju kesehatan
kuhadiahkan kerudung kebijaksanaan
lalu kupeluk dengan keluasan hati
untukmu diajeng
yang menjaga rumah hatiku
yang menjaga lunas bahtera kita
bersandinglah denganku kini di haluan
saksikan aku menerjang gelombang
kita menuju pulau disana itu
yang dijanjikan penuh buah
penuh air jernih dan menyegarkan
penuh hangat bunga dan awan yang biru teduh
tempat kita menjemput janji tak teringkarkan dari NYA
Manado, 4 April 2010
selamat ulang tahun
menginjakkan awal dari hari
semoga ucapanku menyampai
di maha pendengaranNYA
doa selamatku adalah peneguhanku
kepada tuhan yang kita sembah dan kita cinta
peneguhanku akan jati diriku
peneguhanku akan keimamanku
peneguhan bahtera kita di luasnya laut yang misteri
untukmu diajeng
cinta tidaklah cukup bahkan mungkin konyol
untukmu adalah tanggung dan jawab ku
tanggung atas segala beban dan lemahmu
jawab semua resah dan rintihmu
untukmu diajeng
kusarikan kisah kamajaya dan ratih
kisah tentang runtuhnya ego dan nafsu
bahwa kerukunan dibangun dari penyerahan diri
bukan kepada pasangannya tapi kepada tuhannya
untukmu diajeng
yang menjaga buah kasih kita
kuhadiahkan baju kesehatan
kuhadiahkan kerudung kebijaksanaan
lalu kupeluk dengan keluasan hati
untukmu diajeng
yang menjaga rumah hatiku
yang menjaga lunas bahtera kita
bersandinglah denganku kini di haluan
saksikan aku menerjang gelombang
kita menuju pulau disana itu
yang dijanjikan penuh buah
penuh air jernih dan menyegarkan
penuh hangat bunga dan awan yang biru teduh
tempat kita menjemput janji tak teringkarkan dari NYA
Manado, 4 April 2010
baik
mengapa engkau begitu baik
seperti gelap yang selalu ada
menyelimuti jiwa yang lelah melewati malam
ya engkau teramat baik
bagai embun yang membasuh kulit dedaunan
memberi segar bagi hati menyambut pagi
sungguh engkau sungguh baik
laksana kembang yang mekar dipagi hari
menghantarkan harum bagi nurani menapaki hari
Manado, 4 April 2010
seperti gelap yang selalu ada
menyelimuti jiwa yang lelah melewati malam
ya engkau teramat baik
bagai embun yang membasuh kulit dedaunan
memberi segar bagi hati menyambut pagi
sungguh engkau sungguh baik
laksana kembang yang mekar dipagi hari
menghantarkan harum bagi nurani menapaki hari
Manado, 4 April 2010
Anggrek Bulan
anggrek bulan tumbuh di alam tropika hari hariku
akarnya mendaging serabut
mengenggam erat bahkan terlalu kuat di dahanku
tapi hidupnya tak pernah merugikan pohon inang
daging dagingnya di akar dan batang yang tebal
menyimpan sari sari embun, uap udara dan inti hujan
dari situ dia mengembang lalu mewangi
hidupnya yang santun tak menyuka sorot mentari langsung
anggrek bulan abadi mekarnya
dalam kesederhanaannya yang begitu sayang pada air
namun bukan ditaman taman dan kebun yang asri
justru di hatiku
Manado, 3 April 2010
akarnya mendaging serabut
mengenggam erat bahkan terlalu kuat di dahanku
tapi hidupnya tak pernah merugikan pohon inang
daging dagingnya di akar dan batang yang tebal
menyimpan sari sari embun, uap udara dan inti hujan
dari situ dia mengembang lalu mewangi
hidupnya yang santun tak menyuka sorot mentari langsung
anggrek bulan abadi mekarnya
dalam kesederhanaannya yang begitu sayang pada air
namun bukan ditaman taman dan kebun yang asri
justru di hatiku
Manado, 3 April 2010
selinap rindu
melangkahlah sahabat
tinggalkan tapak kaki yang membekas dibelakang
genapkan langkah didepan
senyumlah pada jalan setapak yang kau lihat
kemarin sudah
kini memula
esok dijelang
terbalut dalam cerita kita masing masing
melangkahlah sahabat
seringan burung burung yang melesat dari awan ke awan
menukik menyambar terobos membelah udara
lalu cicitnya nyaring melagukan bahagia
dalam kepaknya mengebas angin
dadanya mengembang ringan
sorotnya tajam menembus awan
diangguknya kepala sesekali dia merindu hinggap ke bumi lagi
namun terus melangkahlah sahabat
rindu yang menyelinap seperti itu
menyadarkan bahwa kita terus harus melangkah
jadikanlah awan lalu kendarai
duduklah diatasnya dan tangkupkan sayapmu
biarlah angin bekerja ciumlah harumnya angkasa bebas
setelah itu engku dapat membuka kisah
yang telah tertulis disayapmu kala itu
dalam rindu yang menyelinap engkau harus melangkah
pada jalan setapakmu dan terbanglah di antar awan
begitu pula aku
dalam rindu yang menyelinap kupejam saja mata lalu terbaring mengambang.
Manado, 2 April 2010
tinggalkan tapak kaki yang membekas dibelakang
genapkan langkah didepan
senyumlah pada jalan setapak yang kau lihat
kemarin sudah
kini memula
esok dijelang
terbalut dalam cerita kita masing masing
melangkahlah sahabat
seringan burung burung yang melesat dari awan ke awan
menukik menyambar terobos membelah udara
lalu cicitnya nyaring melagukan bahagia
dalam kepaknya mengebas angin
dadanya mengembang ringan
sorotnya tajam menembus awan
diangguknya kepala sesekali dia merindu hinggap ke bumi lagi
namun terus melangkahlah sahabat
rindu yang menyelinap seperti itu
menyadarkan bahwa kita terus harus melangkah
jadikanlah awan lalu kendarai
duduklah diatasnya dan tangkupkan sayapmu
biarlah angin bekerja ciumlah harumnya angkasa bebas
setelah itu engku dapat membuka kisah
yang telah tertulis disayapmu kala itu
dalam rindu yang menyelinap engkau harus melangkah
pada jalan setapakmu dan terbanglah di antar awan
begitu pula aku
dalam rindu yang menyelinap kupejam saja mata lalu terbaring mengambang.
Manado, 2 April 2010
puisi untukmu
mengajakmu berlarian di rimba rimba hatiku
bergurau dengan flora flora yang kukenali sendiri
engkau dengan kasihmu tersenyum
menutupi segala lelah di pikirmu di rasamu
egoku kau lumat habis
walau juga tak habis habisnya aku mengasupmu
hingga meruah menyeret ke hilir di rawa rawa
yang membuat payau segala rasa
tapi itu belum cukup buat aku menyadari
bahwa engkau lelah hilang rengkuh
masih terus aku mengajakmu berlari gairah
tak sadar tenggelam pada rawa rawa sampai ke leher
lalu dengan apa aku menyerah
jika isyaratmu pun punah dalam serapahku
maafkan atas segala jerih ini
yang memerih engkau memerih risau
kutuliskan sajak ini semoga belum terlambat
untuk kugapai dahan menambatmu kuat
raih dan melompatlah di aliran bening
bersama bahtera dan buritannya diekas angin barat
sebentar lagi rawa rawa mengering
bertarung dengan panas geliatku untuk mentas
dan dipinggir sungai kulihat perahumu dihantar lembut ombak
menuju jingga cakrawala bersama rajawali yang meradar di haluan
Manado, 1 April 2010
bergurau dengan flora flora yang kukenali sendiri
engkau dengan kasihmu tersenyum
menutupi segala lelah di pikirmu di rasamu
egoku kau lumat habis
walau juga tak habis habisnya aku mengasupmu
hingga meruah menyeret ke hilir di rawa rawa
yang membuat payau segala rasa
tapi itu belum cukup buat aku menyadari
bahwa engkau lelah hilang rengkuh
masih terus aku mengajakmu berlari gairah
tak sadar tenggelam pada rawa rawa sampai ke leher
lalu dengan apa aku menyerah
jika isyaratmu pun punah dalam serapahku
maafkan atas segala jerih ini
yang memerih engkau memerih risau
kutuliskan sajak ini semoga belum terlambat
untuk kugapai dahan menambatmu kuat
raih dan melompatlah di aliran bening
bersama bahtera dan buritannya diekas angin barat
sebentar lagi rawa rawa mengering
bertarung dengan panas geliatku untuk mentas
dan dipinggir sungai kulihat perahumu dihantar lembut ombak
menuju jingga cakrawala bersama rajawali yang meradar di haluan
Manado, 1 April 2010
harmoni malang
embun melembak menyelimuti pagi
pohon rerindangan hijau
menghembuskan sari sari udara yang bersih
kokok ayam bertalu timpal menimpali dalam harmoni
pagi itu di kota malang
semua gegas dalam kesahajaan
riuh keceriaan di dada setiap orang
ke pasar ke kantor ke sekolah
hidup adalah anugrah kala itu
indah sejuk tenang damai juga harmoni
"harmoni" aku memanggilmu ... "kota malang"
pohon rerindangan hijau
menghembuskan sari sari udara yang bersih
kokok ayam bertalu timpal menimpali dalam harmoni
pagi itu di kota malang
semua gegas dalam kesahajaan
riuh keceriaan di dada setiap orang
ke pasar ke kantor ke sekolah
hidup adalah anugrah kala itu
indah sejuk tenang damai juga harmoni
"harmoni" aku memanggilmu ... "kota malang"
kepada ML
yang satu ini menyapa
kala melati mengajak bercerita
tentang belukar yang ramai padanya
datang dari masa lalu
masa yang berbunga
merekah mewangi
tak menyampai padanya
masa itu mentari tak kuasa
melewatkan senyum yang mengalahkan pagi
hingga mendung menyingkir
memberi ruang bagi mentari menikmati
manado, 31 maret 2010
kala melati mengajak bercerita
tentang belukar yang ramai padanya
datang dari masa lalu
masa yang berbunga
merekah mewangi
tak menyampai padanya
masa itu mentari tak kuasa
melewatkan senyum yang mengalahkan pagi
hingga mendung menyingkir
memberi ruang bagi mentari menikmati
manado, 31 maret 2010
prominensa
prominensa
dari plasma plasma dingin menerjang korona
memfusi membakar hampa
tak lekang di kegelapan
dimana cahaya tertelan
lidahnya menjulur menghalau segala apa
segala resah
segala gundah
segala fana
segalanya
MANADO, 31 Maret 2010
dari plasma plasma dingin menerjang korona
memfusi membakar hampa
tak lekang di kegelapan
dimana cahaya tertelan
lidahnya menjulur menghalau segala apa
segala resah
segala gundah
segala fana
segalanya
MANADO, 31 Maret 2010
bulan pun membiru
pemuda itu mengikat bunga
menjadi tanda bagi kasihnya
gadis itu menggerai rambutnya
menjadi tanda bagi kerinduannya
pemuda itu hatinya melesat keangkasa
mengajak hati gadis itu mengangkasa pula
selepas atmosfir
bulan membiru bercengkera dengan bintang
diangkasa kehampan
Manado, 30 Maret 2010
menjadi tanda bagi kasihnya
gadis itu menggerai rambutnya
menjadi tanda bagi kerinduannya
pemuda itu hatinya melesat keangkasa
mengajak hati gadis itu mengangkasa pula
selepas atmosfir
bulan membiru bercengkera dengan bintang
diangkasa kehampan
Manado, 30 Maret 2010
PECAH
cinta adalah misteri
memenuh hati pada harap
datang dengan paksa
menyesak dada tak terkeluar
menggembang rongga rongga dada tersesakkan
bilakah meledak? itu tak mungkin !
karena tuhan sedang bermain
sakitnya semanis tebu bersari
MANADO, 29 MARET 2010
memenuh hati pada harap
datang dengan paksa
menyesak dada tak terkeluar
menggembang rongga rongga dada tersesakkan
bilakah meledak? itu tak mungkin !
karena tuhan sedang bermain
sakitnya semanis tebu bersari
MANADO, 29 MARET 2010
hitam gelap
bilakah usai cerita
kuk kuk burung malam menghantu sunyi
lelah dihela gairah
akan damba kepada fana
yang menyata
di lubuk hati
di lipatan benak
malam tetaplah gelap sebanyak apapun engkau menambahkan dian
Manado, 27 Maret 2010
kuk kuk burung malam menghantu sunyi
lelah dihela gairah
akan damba kepada fana
yang menyata
di lubuk hati
di lipatan benak
malam tetaplah gelap sebanyak apapun engkau menambahkan dian
Manado, 27 Maret 2010
kupu dan kalung
Mengapa baru sekarang
Kupukupu datang membawakan kabar masa lalu
Dironcekan dari penggalan penggalan kisah lucu jiwa belia
Menjadi kalung untuk dipakai
Melingkar dileher dan liontinnya tepat di ulu hati
Kini terpasang dibalik baju
Yang selalu bersentuh ari mengirimkan hangat ke sekujur badan
Kupukupu segera mati namun akan abadi mengalungi hari
Manado, 25 Maret 2010
Kupukupu datang membawakan kabar masa lalu
Dironcekan dari penggalan penggalan kisah lucu jiwa belia
Menjadi kalung untuk dipakai
Melingkar dileher dan liontinnya tepat di ulu hati
Kini terpasang dibalik baju
Yang selalu bersentuh ari mengirimkan hangat ke sekujur badan
Kupukupu segera mati namun akan abadi mengalungi hari
Manado, 25 Maret 2010
Aku Mengenalnya
Aku tidak mengenalnya
Walau telah cukup lama bersama
Sekarang aku mengenalnya
Dari sangat lama tidak bersama
Dan waktu telah mengukir nya
Menyatukan kaca kaca yang berserakan menjadi mozaik
Yang begitu indah bagi kami
Kini .... ?
MANADO, 23 MARET 2010
Walau telah cukup lama bersama
Sekarang aku mengenalnya
Dari sangat lama tidak bersama
Dan waktu telah mengukir nya
Menyatukan kaca kaca yang berserakan menjadi mozaik
Yang begitu indah bagi kami
Kini .... ?
MANADO, 23 MARET 2010
Letih
Menemu diri berpeluh lesu mati
yang letih diri merepih
diinjak kaki angkuh hari
Merindu gelombang cahaya mentari
mengalun seperti gelombang dipermukaan laut lalu mendekat pasti
membasuh ari menerobos pori pori
dan angin memijit penuh kasih
merasai kulit sesegar pagi
akankah diri tak sunyi lagi
MANADO, 22 MARET 2010
yang letih diri merepih
diinjak kaki angkuh hari
Merindu gelombang cahaya mentari
mengalun seperti gelombang dipermukaan laut lalu mendekat pasti
membasuh ari menerobos pori pori
dan angin memijit penuh kasih
merasai kulit sesegar pagi
akankah diri tak sunyi lagi
MANADO, 22 MARET 2010
Melati yang tumbuh liar tulus dari tanah
Melati yang tumbuh liar tulus dari tanah
dan telah menyebar harumnya
keseluruh udara yang menghidupi
tak akan mudah menguap walau kemarau
Dia telah menjadi bagian dari kegersangan
Putih dan harumnya menyatu dengan hijau
Bahkan ketika melati telah kering lalu mati
Semua tidak lalu menjadi cerita kemarin yang punah
MANADO, 19 MARET 2010
dan telah menyebar harumnya
keseluruh udara yang menghidupi
tak akan mudah menguap walau kemarau
Dia telah menjadi bagian dari kegersangan
Putih dan harumnya menyatu dengan hijau
Bahkan ketika melati telah kering lalu mati
Semua tidak lalu menjadi cerita kemarin yang punah
MANADO, 19 MARET 2010
cerita ceria
Ayo bernyanyi dan menari
Rintik gerimis menjadi irama
Kesunyian menjadi panggung
Bulan menjadi cahaya
Lalu kita berbincang
Warna warna yang muncul di timur
Berpadu cicit dari selatan
Berbincang bernas seharian tentang sehari hari
Bagaimana Kau suka ideku ini
Kita rangkai ceria sama sama
Jika Iya
Katakanlah dengan bahasamu kudengarkan dengan hati
MANADO, 16 MARET 2010
Rintik gerimis menjadi irama
Kesunyian menjadi panggung
Bulan menjadi cahaya
Lalu kita berbincang
Warna warna yang muncul di timur
Berpadu cicit dari selatan
Berbincang bernas seharian tentang sehari hari
Bagaimana Kau suka ideku ini
Kita rangkai ceria sama sama
Jika Iya
Katakanlah dengan bahasamu kudengarkan dengan hati
MANADO, 16 MARET 2010
Episode 3
episode 3
... (episode .. telah .. sudah .. selesai) ..
Setelah kau rangkul aku dengan misteri indah
Sudah kurasakan kini maknanya
Walau juga misteri
Tapi tetap indah
Selesailah aku di episode ini
Keindahan tetap keindahan
Menjadi kenangan abadi
Di hati di diri
Justru karena aku begitu hormat
Maka kubiarkan keindahan ini kunikmati sendiri
Justru karena aku begitu mencinta
Kubiarkan misteri itu musnah
MANADO, 15 MARET 2010
... (episode .. telah .. sudah .. selesai) ..
Setelah kau rangkul aku dengan misteri indah
Sudah kurasakan kini maknanya
Walau juga misteri
Tapi tetap indah
Selesailah aku di episode ini
Keindahan tetap keindahan
Menjadi kenangan abadi
Di hati di diri
Justru karena aku begitu hormat
Maka kubiarkan keindahan ini kunikmati sendiri
Justru karena aku begitu mencinta
Kubiarkan misteri itu musnah
MANADO, 15 MARET 2010
Episode 2
episode 2
...(episode.. U..RAI)...
Waktu yang justru tak kupunya
Menjadi harta yang harus kusumbangkan
Walau harus menghutang
Kepada hari-hariku
Waktu inilah yang menampar keras memerah pipiku
Akan waktu waktu yang kujalani tanpa kusadari
Iya waktu begitu tegas tanpa bimbang
Tidak seperti hati yang penuh pertarungan
Waktu pula yang mengurai
Resah resahku yang tak guna
di waktu itu lah tempat menyadari segala resah
Bukan resah yang harus hidup tapi aku
MANADO, MARATON 13-14 MARET 2010
...(episode.. U..RAI)...
Waktu yang justru tak kupunya
Menjadi harta yang harus kusumbangkan
Walau harus menghutang
Kepada hari-hariku
Waktu inilah yang menampar keras memerah pipiku
Akan waktu waktu yang kujalani tanpa kusadari
Iya waktu begitu tegas tanpa bimbang
Tidak seperti hati yang penuh pertarungan
Waktu pula yang mengurai
Resah resahku yang tak guna
di waktu itu lah tempat menyadari segala resah
Bukan resah yang harus hidup tapi aku
MANADO, MARATON 13-14 MARET 2010
Episode 1
episode 1
...(Episode Tanda Seru)...
Pecah..
Resah terpecah
Gelisah membuncah
Hasrat
Liat mengerat
Kuat melumat
Aku
Dideru lesu
Kau membisu
MANADO, 13 MARET 2010
...(Episode Tanda Seru)...
Pecah..
Resah terpecah
Gelisah membuncah
Hasrat
Liat mengerat
Kuat melumat
Aku
Dideru lesu
Kau membisu
MANADO, 13 MARET 2010
R.R.E
Dalam diriku meriap resah
yang tibatiba ajeg singgah
Dalam diriku menusuk rindu
yang membilu ragu
Dalam diriku menjumpa engkau
lalu memusim kemarau
RESAH RINDU ENGKAU
Manado, 12 Maret 2010
yang tibatiba ajeg singgah
Dalam diriku menusuk rindu
yang membilu ragu
Dalam diriku menjumpa engkau
lalu memusim kemarau
RESAH RINDU ENGKAU
Manado, 12 Maret 2010
ingin
Ingin kuraih bintang dilangit
Namun bumi memberiku suluh
Ingin kusibakkan gelombang dengan dayungku
Namun tanah memberiku setapak jalan
Ingin kujejak dibawah kakiku puncak gunung
Namun bukit bukit kecil terjal yang menantangku
Inginku disini saja sekarang
dan mengajak bintang samudra dan gunung
walau hanya dalam kanvas
hatiku
Manado, 11 Maret 2010
Namun bumi memberiku suluh
Ingin kusibakkan gelombang dengan dayungku
Namun tanah memberiku setapak jalan
Ingin kujejak dibawah kakiku puncak gunung
Namun bukit bukit kecil terjal yang menantangku
Inginku disini saja sekarang
dan mengajak bintang samudra dan gunung
walau hanya dalam kanvas
hatiku
Manado, 11 Maret 2010
dalam gelombangku
Bawalah dirimu bersama perahu cadik yang lapuk itu
Kuantarkan dalam gelombangku yang tenang
Jika kaudapati langit hitam badai akan datang
Ambillah segenggam air laut di samping kayu cadik itu lalu lemparlah
Badai pun akan melunak
Jika kaudapati riap yang resah ketahuilah ombak akan menggulung
Pukulkan dayungmu di hamparan air di muka cadik
Ombak pun akan urung meradang
Jika cakrawala yang luas membuat lelah
Lihat di kedalaman pandanglah di biru jernih pasti kau dapati
Senyumku ada menjaga lunas dan buritan
Setelah tiba di pantai tujuan
Sibakkan rambut panjangmu dan tengoklah laut yang luas di belakangmu
Semoga kau percaya dalam keluasan dan ketenangan
Tidak ada tempat yang tak bisa kutuju
Manado, 10 Maret 2010
Kuantarkan dalam gelombangku yang tenang
Jika kaudapati langit hitam badai akan datang
Ambillah segenggam air laut di samping kayu cadik itu lalu lemparlah
Badai pun akan melunak
Jika kaudapati riap yang resah ketahuilah ombak akan menggulung
Pukulkan dayungmu di hamparan air di muka cadik
Ombak pun akan urung meradang
Jika cakrawala yang luas membuat lelah
Lihat di kedalaman pandanglah di biru jernih pasti kau dapati
Senyumku ada menjaga lunas dan buritan
Setelah tiba di pantai tujuan
Sibakkan rambut panjangmu dan tengoklah laut yang luas di belakangmu
Semoga kau percaya dalam keluasan dan ketenangan
Tidak ada tempat yang tak bisa kutuju
Manado, 10 Maret 2010
rindu daun
Sungguh tak disesali perpisahannya dengan pohon
Di ayun selendang angin
Melayang resah mengikuti hembusannya
Kerinduannya pada rumput yang terbaring damai
Masih menunggu tak lebih cepat dari air yang menetes
Dibawa angin dia masih harus berkelana entah berapa lama lagi
Manado, 10 Maret 2010
Di ayun selendang angin
Melayang resah mengikuti hembusannya
Kerinduannya pada rumput yang terbaring damai
Masih menunggu tak lebih cepat dari air yang menetes
Dibawa angin dia masih harus berkelana entah berapa lama lagi
Manado, 10 Maret 2010
malam, kunang-kunang, bintang dan pohon
Malam tak selalu bercerita sepi
Karena sepi hanyalah kunang kunang yang kau lihat cahayanya
Malam tak selalu bernyanyi kegelapan
Karena gelap bagai lukisan milyar bintang di kanvas langit
Malam tak mesti penjara
Karena dia adalah taman puisi bagi pepohonan mendewasa
Malam kunang kunang bintang dan pohon
Kurangkaikan seikat dua
Satu ditangan kananmu
Satu ditangan kiriku
Sepasang tangan kita satunya bergandeng jemari bertaut pasti
dan melangkah pada jalan purnama sempurna
Manado, 4 Maret 2010
Karena sepi hanyalah kunang kunang yang kau lihat cahayanya
Malam tak selalu bernyanyi kegelapan
Karena gelap bagai lukisan milyar bintang di kanvas langit
Malam tak mesti penjara
Karena dia adalah taman puisi bagi pepohonan mendewasa
Malam kunang kunang bintang dan pohon
Kurangkaikan seikat dua
Satu ditangan kananmu
Satu ditangan kiriku
Sepasang tangan kita satunya bergandeng jemari bertaut pasti
dan melangkah pada jalan purnama sempurna
Manado, 4 Maret 2010
dia adalah setetes tinta
Dia adalah tinta
Terjatuh setetes kecil di ujung kertas
Yang jari lentik bergemetar menarik pena dari dibasahkan lagi
Telah banyak noda pada diary itu
Selalu, kala gadis itu menumpahkan dadanya yang hampir hampir meledak
Sungguh tak disesalinya bahkan itu isyarat kepada sang penulis
Isyarat itu bagai nyanyian gerhana
Yang begitu singkat menjadi kering
Tak sempat memenuhi halaman disetiap larik lariknya
Dia berharap tetesan kali ini
dapat mengisyarat diantara yang tersurat
bahwa dia selalu ada di tiap tiap kegelisahannya
Manado, 1 Maret 2010
Terjatuh setetes kecil di ujung kertas
Yang jari lentik bergemetar menarik pena dari dibasahkan lagi
Telah banyak noda pada diary itu
Selalu, kala gadis itu menumpahkan dadanya yang hampir hampir meledak
Sungguh tak disesalinya bahkan itu isyarat kepada sang penulis
Isyarat itu bagai nyanyian gerhana
Yang begitu singkat menjadi kering
Tak sempat memenuhi halaman disetiap larik lariknya
Dia berharap tetesan kali ini
dapat mengisyarat diantara yang tersurat
bahwa dia selalu ada di tiap tiap kegelisahannya
Manado, 1 Maret 2010
ditiap-tiap kedipan mata
Senyummu abadi di tiap tiap kedipan mataku
Yang engkau tak mengerti terjadinya
Juga aku tak memahami mengapa
Dan entah mengapa kau tak pula beranjak
Pun aku betah memandang dalam nanar yang kosong
Sementara matahari makin sore menggiring burung burung kesarangnya
Senyummu abadi di tiap tiap degap hatiku
Menyanyikan sajak sajak sapardi di malam lelapku
Tentang cinta awan kepada hujan
Hingga pagi mentari menerobos sela sela kayu jendela kamar
meniupkan ruhnya dan senyum itu hidup kembali
dalam tiap tiap kedipan mata
Manado, 24 Februari 2010
Yang engkau tak mengerti terjadinya
Juga aku tak memahami mengapa
Dan entah mengapa kau tak pula beranjak
Pun aku betah memandang dalam nanar yang kosong
Sementara matahari makin sore menggiring burung burung kesarangnya
Senyummu abadi di tiap tiap degap hatiku
Menyanyikan sajak sajak sapardi di malam lelapku
Tentang cinta awan kepada hujan
Hingga pagi mentari menerobos sela sela kayu jendela kamar
meniupkan ruhnya dan senyum itu hidup kembali
dalam tiap tiap kedipan mata
Manado, 24 Februari 2010
hujan yang turun kemarin
Hujan yang turun kemarin
Membawa panas yang selama ini mengangkasa diantara bumi langit
Diluruhkan di genangan genangan yang menuju parit selokan sungai lalu kelaut
Dan laut pun mendidih palung palungnya menghangat misterinya menguap
ikan ikan meminum dari gelegaknya dan panasnya meresap ke akar bawah tanah
buah sayur bermuatan panas hewan hewan berkenyang panas
manusia semakin panas darahnya bumi berkulminasi di puncaknya panas
Hujan yang turun kemarin
bersedih
dia bersembunyi di bumi hijau impian entah kolong galaksi yang mana
menangis sekerasnya menyesali turunnya kemarin di bumi kita
Hujan yang turun kemarin
adalah puisi perpisahannya
sesal turunnya tak lagi membawa segar
air matanya terkadang setetes singgah di bumi kini
Hujan yang turun kemarin
Berjanji tak akan lagi singgah
dia telah kehilangan segar dan sejuknya
yang berduka dalam atas kegersangan kita
ya kita ... manusia
Manado, 23 Februari 2010
Membawa panas yang selama ini mengangkasa diantara bumi langit
Diluruhkan di genangan genangan yang menuju parit selokan sungai lalu kelaut
Dan laut pun mendidih palung palungnya menghangat misterinya menguap
ikan ikan meminum dari gelegaknya dan panasnya meresap ke akar bawah tanah
buah sayur bermuatan panas hewan hewan berkenyang panas
manusia semakin panas darahnya bumi berkulminasi di puncaknya panas
Hujan yang turun kemarin
bersedih
dia bersembunyi di bumi hijau impian entah kolong galaksi yang mana
menangis sekerasnya menyesali turunnya kemarin di bumi kita
Hujan yang turun kemarin
adalah puisi perpisahannya
sesal turunnya tak lagi membawa segar
air matanya terkadang setetes singgah di bumi kini
Hujan yang turun kemarin
Berjanji tak akan lagi singgah
dia telah kehilangan segar dan sejuknya
yang berduka dalam atas kegersangan kita
ya kita ... manusia
Manado, 23 Februari 2010
cinta bukan
Mencari cinta diantara kehangatan surya dan taman taman bunga
Tidak akan kautemu kata indah yang menghangatkan dan rangkai bunga buat kekasihmu
Mencari cinta di lautan luas dan cakrawala
Tidak akan kautemu nyanyi sedih camar camar yang menyayat hati pasanganmu
Mencari cinta di dalam bumi tempat intan berlian dan emas
Tidak akan kau temu cincin dan perhiasan kekal tanda cinta
Cinta adalah ego yang selalu kau bawa
kala mentari suci memberi cinta hangatnya
kala melati suci memberi cinta dari harum wanginya
kala lautan luas dan cakrawala memberi ruang pada cinta
kala cincin dan permata memberi tanda di cintamu
Cinta ada dihatimu dia berselimut ego
Meruang dalam keabadian
Diwariskan dari maha cinta
Untuk menemuNYA
Dia akan menjadi cahaya bagi sekelilingmu
menjadi air bagi haus menjadi cakrawala bagi damai
menjadi intan termahal bagi tanda cintamu
Tapi dia tidak di egomu
Manado, 16 Februari 2010
Tidak akan kautemu kata indah yang menghangatkan dan rangkai bunga buat kekasihmu
Mencari cinta di lautan luas dan cakrawala
Tidak akan kautemu nyanyi sedih camar camar yang menyayat hati pasanganmu
Mencari cinta di dalam bumi tempat intan berlian dan emas
Tidak akan kau temu cincin dan perhiasan kekal tanda cinta
Cinta adalah ego yang selalu kau bawa
kala mentari suci memberi cinta hangatnya
kala melati suci memberi cinta dari harum wanginya
kala lautan luas dan cakrawala memberi ruang pada cinta
kala cincin dan permata memberi tanda di cintamu
Cinta ada dihatimu dia berselimut ego
Meruang dalam keabadian
Diwariskan dari maha cinta
Untuk menemuNYA
Dia akan menjadi cahaya bagi sekelilingmu
menjadi air bagi haus menjadi cakrawala bagi damai
menjadi intan termahal bagi tanda cintamu
Tapi dia tidak di egomu
Manado, 16 Februari 2010
CENTURY
Century di awalawalnya abad 21 negaraku
Membakar ufuk sampai perjalanan, panasnya menghanguskan mayapada
Meradang dan makin parah
Dokter dan ahli harus menyuntiknya
Jika tidak maka lumpuh dan mati sendisendi kemakmuran negara
Walau ada satu dua jiwa pasien yang harganya lebih murah dari antibiotik
Sedang terkapar tak bisa makan, tak bisa ke rumah sakit, tak bisa bisa bayar hutang, atau bangkrut dan melarat mendadak.
Tidak perlu disuntik mereka akan mati sendiri dan bahkan bunuh diri tanpa harus mengguncang sendi sendi ekonomi
Century abad kini negaraku
Anak anak usia dini harus berjuang di perempatan, berlarian melompat diantara gerbong kereta, bernyanyi dengan semangat 45 di pintupintu angkot dan bis kota.
Tidak boleh capek dan lelah apalagi sekedar duduk meminum aqua gelasan pereda serak suara yang tak lagi lantang
Malam pun tidur harus dibayar dengan anus yang diobok-obok batangbatang setan agar diijinkan melihat mentari esok
Di gubuk yang kumuh dan beraroma kencing berak beralas kardus kardus TV dan kulkas yang selalu diimpikan punya, dengan gagah ia melayani tanpa menitik air mata nafsu biadad jiwa jiwa binatang
Century abad tinggal landas negaraku
Wakil wakil kami di DPR, melakonkan drama picisan sinetron murahan di senayan
Dengan olah vokal yang indah, plot pangung yang rapi, alur cerita yang mudah ditebak
Membela kepentingan rakyat .. tapi yang mana?
Rakyat yang masih mengantungkan beras murah, listrik murah, air bersih gampang, minyak murah, sekolah dan rumah sakit murah.
Atau rakyat yang menggantungkan kuasa dan modal demi visi misi dan platform mereka masing masing yang absurd dan lintang pukang.
Century adalah abad pemupukan bibit generasi penerus
Generasi yang menguasai ilmu ilmu praktis, praktis cepat kaya, praktis mengikut gaya hidup western, praktis kapitalis dan praktis hedonis.
Ilmu luhur dan budi pekertipun dijadikan praktis.
Hingga telah membiasa bicara penderitaan orang dengan doping suntik dan bong, membicarakan hukum dan tata negara di kafekafe dan karaoke, mendukung ekonomi rakyat tapi lebih sreg belanja gaya hidup dan dugem
Century juga abad penguatan hukum
Hukum yang relatif dan menyudutpandangkan sehingga mampu menjawab makin kenyalnya jaman.
Polisi jaksa hakim dan penegak hukum lain, memegang kitabkitab hukumnya bak layang layang.
Ditarik diulur mengikut angin dimanuverkan meliuk liuk indah, jika tak ada angin dibawa berlari mencari angin.
Tapi bagi nenek pencuri mangga, kakek pencuri bawang, bapak pencuri singkong, dan anak pencuri pinsil, tidak ada angin sama sekali, karena kejahatan mereka di abad ini tidak lagi life style.
Century adalah memeratakan kekuasaan dan kemakmuran
Daerah daerah harus mandiri, milih kepalanya mandiri, mengatur ekonominya mandiri, merumuskan kebijakan daerahpun mandiri, tapi korupsinya selalu jamaah
Kemakmuran pun merata seluruh daerah mengolah hasil alamnya sendiri, bumi laut dan kekayaan alamnya diolah sendiri, untuk golongan sendiri, kroni sendiri.. lagi lagi rakyat jelata pun harus disendirikan
Century hanya putaran waktu
ada siang ada malam ada pagi ada sore ada awal ada akhir
Setajam pedang ia memisahkan sekarang dan kemarin
Membuat mereka terlena dan tertawa bahagia
Sisi tajam satunya telah mengiris jiwa jiwa yang lelah dan telah bersabar
Air kesabaran yang diambil dari penghayatan hidup kesederhanaan, kerja keras, nerimo ing pandum, dan berserah diri, telah termampatkan menjadi energi yang luar biasa dahsyat.
Bagai tsunami ia akan menyapu bersih keangkuhan dan pongah, dia datang dari sudut sudut gelap dan dari asingnya keramaian.
Semua terbelak mata dan bergetar segala gentar, semua terlambat century akan berganti.
di Mayapada Indonesia
Manado, 14 Februari 2010
Membakar ufuk sampai perjalanan, panasnya menghanguskan mayapada
Meradang dan makin parah
Dokter dan ahli harus menyuntiknya
Jika tidak maka lumpuh dan mati sendisendi kemakmuran negara
Walau ada satu dua jiwa pasien yang harganya lebih murah dari antibiotik
Sedang terkapar tak bisa makan, tak bisa ke rumah sakit, tak bisa bisa bayar hutang, atau bangkrut dan melarat mendadak.
Tidak perlu disuntik mereka akan mati sendiri dan bahkan bunuh diri tanpa harus mengguncang sendi sendi ekonomi
Century abad kini negaraku
Anak anak usia dini harus berjuang di perempatan, berlarian melompat diantara gerbong kereta, bernyanyi dengan semangat 45 di pintupintu angkot dan bis kota.
Tidak boleh capek dan lelah apalagi sekedar duduk meminum aqua gelasan pereda serak suara yang tak lagi lantang
Malam pun tidur harus dibayar dengan anus yang diobok-obok batangbatang setan agar diijinkan melihat mentari esok
Di gubuk yang kumuh dan beraroma kencing berak beralas kardus kardus TV dan kulkas yang selalu diimpikan punya, dengan gagah ia melayani tanpa menitik air mata nafsu biadad jiwa jiwa binatang
Century abad tinggal landas negaraku
Wakil wakil kami di DPR, melakonkan drama picisan sinetron murahan di senayan
Dengan olah vokal yang indah, plot pangung yang rapi, alur cerita yang mudah ditebak
Membela kepentingan rakyat .. tapi yang mana?
Rakyat yang masih mengantungkan beras murah, listrik murah, air bersih gampang, minyak murah, sekolah dan rumah sakit murah.
Atau rakyat yang menggantungkan kuasa dan modal demi visi misi dan platform mereka masing masing yang absurd dan lintang pukang.
Century adalah abad pemupukan bibit generasi penerus
Generasi yang menguasai ilmu ilmu praktis, praktis cepat kaya, praktis mengikut gaya hidup western, praktis kapitalis dan praktis hedonis.
Ilmu luhur dan budi pekertipun dijadikan praktis.
Hingga telah membiasa bicara penderitaan orang dengan doping suntik dan bong, membicarakan hukum dan tata negara di kafekafe dan karaoke, mendukung ekonomi rakyat tapi lebih sreg belanja gaya hidup dan dugem
Century juga abad penguatan hukum
Hukum yang relatif dan menyudutpandangkan sehingga mampu menjawab makin kenyalnya jaman.
Polisi jaksa hakim dan penegak hukum lain, memegang kitabkitab hukumnya bak layang layang.
Ditarik diulur mengikut angin dimanuverkan meliuk liuk indah, jika tak ada angin dibawa berlari mencari angin.
Tapi bagi nenek pencuri mangga, kakek pencuri bawang, bapak pencuri singkong, dan anak pencuri pinsil, tidak ada angin sama sekali, karena kejahatan mereka di abad ini tidak lagi life style.
Century adalah memeratakan kekuasaan dan kemakmuran
Daerah daerah harus mandiri, milih kepalanya mandiri, mengatur ekonominya mandiri, merumuskan kebijakan daerahpun mandiri, tapi korupsinya selalu jamaah
Kemakmuran pun merata seluruh daerah mengolah hasil alamnya sendiri, bumi laut dan kekayaan alamnya diolah sendiri, untuk golongan sendiri, kroni sendiri.. lagi lagi rakyat jelata pun harus disendirikan
Century hanya putaran waktu
ada siang ada malam ada pagi ada sore ada awal ada akhir
Setajam pedang ia memisahkan sekarang dan kemarin
Membuat mereka terlena dan tertawa bahagia
Sisi tajam satunya telah mengiris jiwa jiwa yang lelah dan telah bersabar
Air kesabaran yang diambil dari penghayatan hidup kesederhanaan, kerja keras, nerimo ing pandum, dan berserah diri, telah termampatkan menjadi energi yang luar biasa dahsyat.
Bagai tsunami ia akan menyapu bersih keangkuhan dan pongah, dia datang dari sudut sudut gelap dan dari asingnya keramaian.
Semua terbelak mata dan bergetar segala gentar, semua terlambat century akan berganti.
di Mayapada Indonesia
Manado, 14 Februari 2010
suara
Suara ini tak menemu bentuk
Padahal ronggarongganya telah bergetar
Satu satu merambat menggetarkan rongga lain
Dalam lubuk hati yang lalu keluar menyesak dada
Suara ini menjemput jutaan rangkai abjab
yang menempel dalam temboktembok dada
yang terbuat dari agaragar di rongga kepala
namun hancur di pangkal kerongkongan
Suara ini tak mampu mengikatnya
jutaan rangkai abjad menjadi minyak
bercampur darah dan nanah
mengendap dalam pipapipa kepenatan
Suara ini tak menemu muara
perjalanannya kesana membawa lumpur
di atas punggungnya di ikat pula di kaki dan tangan
berakhir di pinggiran kali kekeruhan
Suara ini menitipkan pesan
yang tak sempat terucap
atau pun ditulisnya
isyaratnyapun mungkin tidak tertangkap
Suara ini berbaring lemah dan tak berdaya
tak lagi mentari bulan dan awan
bisa dipetik hikmah olehnya
hanya dalam rongga kosong di dada
menunggu datang burung burung bangau membawanya terbang
Manado, 12 Februari 2010
Padahal ronggarongganya telah bergetar
Satu satu merambat menggetarkan rongga lain
Dalam lubuk hati yang lalu keluar menyesak dada
Suara ini menjemput jutaan rangkai abjab
yang menempel dalam temboktembok dada
yang terbuat dari agaragar di rongga kepala
namun hancur di pangkal kerongkongan
Suara ini tak mampu mengikatnya
jutaan rangkai abjad menjadi minyak
bercampur darah dan nanah
mengendap dalam pipapipa kepenatan
Suara ini tak menemu muara
perjalanannya kesana membawa lumpur
di atas punggungnya di ikat pula di kaki dan tangan
berakhir di pinggiran kali kekeruhan
Suara ini menitipkan pesan
yang tak sempat terucap
atau pun ditulisnya
isyaratnyapun mungkin tidak tertangkap
Suara ini berbaring lemah dan tak berdaya
tak lagi mentari bulan dan awan
bisa dipetik hikmah olehnya
hanya dalam rongga kosong di dada
menunggu datang burung burung bangau membawanya terbang
Manado, 12 Februari 2010
sesaat sebelum senja menghilang
Sesaat sebelum senja benarbenar menghilang
Dan kegelapan menyelimuti seluruh penjuru malam
Kupukupu dengan sayap biru jernih dan ungu anggun bergaris benang emas
Meninggalkan rimbunan bunga di sebelah tembok yang hitam
dilegamkan api sampah tak jauh dari rimbun bunga itu
Tak sempat dia berpesan kepada kembang sepatu yang dikitarinya tadi
Bahwa dia akan selalu terbang mengitari
Walau bara api memakan akar akar bunga hingga kering kedahan dan kelopaknya
Manado, 11 Februari 2010
Dan kegelapan menyelimuti seluruh penjuru malam
Kupukupu dengan sayap biru jernih dan ungu anggun bergaris benang emas
Meninggalkan rimbunan bunga di sebelah tembok yang hitam
dilegamkan api sampah tak jauh dari rimbun bunga itu
Tak sempat dia berpesan kepada kembang sepatu yang dikitarinya tadi
Bahwa dia akan selalu terbang mengitari
Walau bara api memakan akar akar bunga hingga kering kedahan dan kelopaknya
Manado, 11 Februari 2010
DUHAI
Duhai
Senyumlah
Senyumlah yang memekarkan putih melati
Senyumlah yang mencerahkan kuning kemuning
Dihamparan permadani hijau segar
Yang mengajak kaki kaki kecil berlarian riang
Berputaran dan bercanda gembira diantara
Himpunan bunga-bunga aneka pelangi
Berpayung biru
Senyumlah Duhai
Senyumlah karena senyum adalah taman bunga
Yang mengajarkan damai dan tenang
Dan warna warna adalah permainan kita
Manado, 8 Februari 2010
Senyumlah
Senyumlah yang memekarkan putih melati
Senyumlah yang mencerahkan kuning kemuning
Dihamparan permadani hijau segar
Yang mengajak kaki kaki kecil berlarian riang
Berputaran dan bercanda gembira diantara
Himpunan bunga-bunga aneka pelangi
Berpayung biru
Senyumlah Duhai
Senyumlah karena senyum adalah taman bunga
Yang mengajarkan damai dan tenang
Dan warna warna adalah permainan kita
Manado, 8 Februari 2010
kulihat senyummu
Kulihat senyummu memecah awan yang mati
Hari hati kau titi berteman hati
Laun dan pasti kau temu arti
Genggam erat mewujud diri
Sudah punah menanti
Bahagia diraih setelah lama bersembunyi
Kulihat Senyummu, Bahagia
Hari hati kau titi berteman hati
Laun dan pasti kau temu arti
Genggam erat mewujud diri
Sudah punah menanti
Bahagia diraih setelah lama bersembunyi
Kulihat Senyummu, Bahagia
suara hati
Diam tenang bersembunyi dibalik resah gelisahan
Mengamati jauh dibelakang walau dekat berhampiran
Kala dengus keji berhembus dia bergetar
Matanya awas melihat rasa yang menggelepar
dipeluknya diam diam dan halus pelan
hingga tak terasa kehadiraan
Hanya untuk berbisik mengabarkan
"Itu palsu, bias dan fana"
lalu melaten lagi
Akankah itu kau dengar?
Manado, 27 Januari 2010
Mengamati jauh dibelakang walau dekat berhampiran
Kala dengus keji berhembus dia bergetar
Matanya awas melihat rasa yang menggelepar
dipeluknya diam diam dan halus pelan
hingga tak terasa kehadiraan
Hanya untuk berbisik mengabarkan
"Itu palsu, bias dan fana"
lalu melaten lagi
Akankah itu kau dengar?
Manado, 27 Januari 2010
dari tembok dan asap
Ada seekor pipit kuning yang bermoyangkan dari sisi utara khatulistiwa
Pipit yang tumbuh di pusatnya tembok dan asap di selatan khatulistiwa
Tembok dan asap bagaikan taman bunga hari-harinya
Impian dan imajinasinya sungguh kuat hingga merubah tembok dan asap
Menjadi Kemuning dan Melati
Pipit itu mengerti benar mencari sarisari hidup dari tembok dan asap
Dipungutinya dengan lembut sarisari itu menjadi nutrisi hidupnya
Tubuhnya makin bernas, bulubulunya halus bersih dan makin cerah
Cengkeramnya kuat dan bersahaja
cicitnya merdu dan lantang kepaknya mantap mengalun
Dia terbang tiap hari menghantar
kicaukicau penyemangat
cecuit kedamaian dan persahabatan
harihari terasa lebih riang kehadirannya
pipit pun tak kenal lelah karena dia telah menghayati
sari sari kehidupan dari tembok dan asap angkuhnya belantara gegedungan
Manado, 26 Januari 2010
Pipit yang tumbuh di pusatnya tembok dan asap di selatan khatulistiwa
Tembok dan asap bagaikan taman bunga hari-harinya
Impian dan imajinasinya sungguh kuat hingga merubah tembok dan asap
Menjadi Kemuning dan Melati
Pipit itu mengerti benar mencari sarisari hidup dari tembok dan asap
Dipungutinya dengan lembut sarisari itu menjadi nutrisi hidupnya
Tubuhnya makin bernas, bulubulunya halus bersih dan makin cerah
Cengkeramnya kuat dan bersahaja
cicitnya merdu dan lantang kepaknya mantap mengalun
Dia terbang tiap hari menghantar
kicaukicau penyemangat
cecuit kedamaian dan persahabatan
harihari terasa lebih riang kehadirannya
pipit pun tak kenal lelah karena dia telah menghayati
sari sari kehidupan dari tembok dan asap angkuhnya belantara gegedungan
Manado, 26 Januari 2010
Dan Ketika
Dan ketika,
akhirnya ranting lapuk terjatuh di tanah basah
dia teringat kala burung-burung pipit mencengkeram dengan kaki kecilnya
yang bernyanyi bermandikan cahaya matahari
dalam lagunya disisipkan selarik syair
tidak kah engkau ikut mengambil sari yang disajikan akar pohon ini
Lalu mentari berkata kala burung-burung itu pergi
benar apa yang disampaikan pipit
sinarku hanya untuk membantumu bukan sari untuk kamu tumbuh dan kuat
lihatlah peganganmu sungguh lemah sambil melirik pangkal ranting yang menempel di dahan
kala awan menghalau cahaya mentari dan turunlah hujan,
air yang lolos dari tampungan daun-daun
singgah kepada ranting membawa kabar dari langit
segeralah berpegang kuat di dahan utama itu engkau begitu ringkih
jemari nya telah menyerbuk bertahun tahun dimakan bangga pesona
yang dimakan pipit kuning yang cantik dan bernyanyi riang
Dan ketika,
sesampai di tanah basah
dia berpesan kepada ranting yang lain
dengan suara keras jatuhnya ranting lapuk di sebuah tanah basah
Manado, 21 Januari 2010
akhirnya ranting lapuk terjatuh di tanah basah
dia teringat kala burung-burung pipit mencengkeram dengan kaki kecilnya
yang bernyanyi bermandikan cahaya matahari
dalam lagunya disisipkan selarik syair
tidak kah engkau ikut mengambil sari yang disajikan akar pohon ini
Lalu mentari berkata kala burung-burung itu pergi
benar apa yang disampaikan pipit
sinarku hanya untuk membantumu bukan sari untuk kamu tumbuh dan kuat
lihatlah peganganmu sungguh lemah sambil melirik pangkal ranting yang menempel di dahan
kala awan menghalau cahaya mentari dan turunlah hujan,
air yang lolos dari tampungan daun-daun
singgah kepada ranting membawa kabar dari langit
segeralah berpegang kuat di dahan utama itu engkau begitu ringkih
jemari nya telah menyerbuk bertahun tahun dimakan bangga pesona
yang dimakan pipit kuning yang cantik dan bernyanyi riang
Dan ketika,
sesampai di tanah basah
dia berpesan kepada ranting yang lain
dengan suara keras jatuhnya ranting lapuk di sebuah tanah basah
Manado, 21 Januari 2010
Untuk Anakku
Salam sayang yang tak hingga anakku..
Hari ini kau menginjak lebih dewasa 1 tahun
Kau jalani sepi harimu anakku
Hatimu yang polos tentu berteriak kehadiranku
Namun dari suara kutelpon tadi
Engkau demikian tabah
Engkau yang masih 6 tahun
Ketabahanmu sungguh luar biasa
Melebihi tuntutan yang seharusnya dibebankan
Engkau anakku .. tentu menjadi buah hati
Dan buah hati itu semoga didengar Tuhan
Dan Tuhan-pun trenyuh merasakan ini
Seperti trenyuhnya melihat anak-anak lain berjuang di kerasnya jalan
Bersama hatimu yang polos
Yang selalu sepi
Dan hati polos dan sepi anak-anak yang terjajah dijalanan
Akan menjadikan alasan-NYA untuk bergeliat
Cahaya-NYA akan memeluk lembut hatimu
Engkaupun terhangatkan anakku
Dan semua dilunakkan dihadapanmu
Lalu jalan terbentang untukmu
Jalan yang terang penuh warna warni bunga
Dan semerbak yang selalu dirindu
Nyanyi riang burung yang berirama bersama gemericik air
Jalan yang dibangun keshalehan
Engkau anakku yang polos hatinya
Sepi kau jalani tabah kau hadapi
Air matamu adalah berlian
Ketabahanmu adalah malaikat
Selamat ulang tahun anakku
Doaku ... doaku ..
MANADO 15 JANUARI 2010
Hari ini kau menginjak lebih dewasa 1 tahun
Kau jalani sepi harimu anakku
Hatimu yang polos tentu berteriak kehadiranku
Namun dari suara kutelpon tadi
Engkau demikian tabah
Engkau yang masih 6 tahun
Ketabahanmu sungguh luar biasa
Melebihi tuntutan yang seharusnya dibebankan
Engkau anakku .. tentu menjadi buah hati
Dan buah hati itu semoga didengar Tuhan
Dan Tuhan-pun trenyuh merasakan ini
Seperti trenyuhnya melihat anak-anak lain berjuang di kerasnya jalan
Bersama hatimu yang polos
Yang selalu sepi
Dan hati polos dan sepi anak-anak yang terjajah dijalanan
Akan menjadikan alasan-NYA untuk bergeliat
Cahaya-NYA akan memeluk lembut hatimu
Engkaupun terhangatkan anakku
Dan semua dilunakkan dihadapanmu
Lalu jalan terbentang untukmu
Jalan yang terang penuh warna warni bunga
Dan semerbak yang selalu dirindu
Nyanyi riang burung yang berirama bersama gemericik air
Jalan yang dibangun keshalehan
Engkau anakku yang polos hatinya
Sepi kau jalani tabah kau hadapi
Air matamu adalah berlian
Ketabahanmu adalah malaikat
Selamat ulang tahun anakku
Doaku ... doaku ..
MANADO 15 JANUARI 2010
Burung Nazar
Kepenatan adalah burung burung nazar
mencabik cabik daging dari tulangnya
segala cerah, segala sejuk, segala riang
menghitam dalam mata terbuka
Aku berlari dan berdiri tegak
walau lututku bergeretak
dan urat urat di sekujur badan tidak lagi mengencang
menyanggah kuat tulang tulang agar tetap tegak
Dalam hidup yang serba cepat dan palsu ini
kepenatan bagai rollet russia
mendera pikiran, menunggu waktu
kapan peluru sedianya menembus benak benak yang lelah
Hilang sesaat dalam tidur malamku
Paginya burung burung nazar
mencabik cabik daging dari tulangnya
segala cerah, segala sejuk, segala riang
menghitam dalam mata terbuka
Manado, 13 Januari 2010
mencabik cabik daging dari tulangnya
segala cerah, segala sejuk, segala riang
menghitam dalam mata terbuka
Aku berlari dan berdiri tegak
walau lututku bergeretak
dan urat urat di sekujur badan tidak lagi mengencang
menyanggah kuat tulang tulang agar tetap tegak
Dalam hidup yang serba cepat dan palsu ini
kepenatan bagai rollet russia
mendera pikiran, menunggu waktu
kapan peluru sedianya menembus benak benak yang lelah
Hilang sesaat dalam tidur malamku
Paginya burung burung nazar
mencabik cabik daging dari tulangnya
segala cerah, segala sejuk, segala riang
menghitam dalam mata terbuka
Manado, 13 Januari 2010
Tadi Malam Aku ke Angkasa
Tadi malam aku berjalan jalan ke angkasa
Melihat bumi yang biru dari ketinggian
Melayang ringan kuhindari benturan dengan meteor
Tenang sekali kususuri kegelapan disitu
Mencari temanku yang sangat penyendiri
Dialah bintang yang tak mungkin kuajak ke bumi
Karena kalau bukan bintang tentu bumi yang akan mati
Manado, 9 Januari 2010
Melihat bumi yang biru dari ketinggian
Melayang ringan kuhindari benturan dengan meteor
Tenang sekali kususuri kegelapan disitu
Mencari temanku yang sangat penyendiri
Dialah bintang yang tak mungkin kuajak ke bumi
Karena kalau bukan bintang tentu bumi yang akan mati
Manado, 9 Januari 2010
Kepada Lilin
Yang pada waktu itu adalah kegelapan mengerudung
kehampaan telah menembok sekeliling juga atas bawah
Kepada lilin yang sebatang dengan setali uratnya yang menyala
Terima kasih menemaniku dengan terangmu
walau untuk itu engkau habis lalu mati
Manado, 7 Januari 2010
kehampaan telah menembok sekeliling juga atas bawah
Kepada lilin yang sebatang dengan setali uratnya yang menyala
Terima kasih menemaniku dengan terangmu
walau untuk itu engkau habis lalu mati
Manado, 7 Januari 2010
Maju !
Kau ingat kala kuingatkan bara dalam sekam hidupmu
Saatnya sekarang kita tiup kuat tapi lembut
Pastikan oksigennya merata dalam gas gas yang laten
Waktu telah bertambah dan semakin habis
Pencarianmu dan aku belum juga tuntas
Api, ya itu yang kita butuhkan
Membakar sekam dan memanaskan darah semangat kita
Temanku mari dalam satu irama tariklah nafas
Hembuskan kuat dan perlahan,
resapi resapi udara yang keluar
Memberi ruang oksigen untuk berkarya
Ayo
kita semua memang letih ayo
Kita semua harus menggeliat sekarang ayo
Ayo teman temanku
ayo semangat
Kita bersama sama dan jangan kita saling sikut
Malah kita harus robohkan segala macam jurang pembeda
Semua telah tertakar pasti kita hanya menjalani
Ya satu langkah hentakkan ke depan bersama
Satu langkah yang pasti dalam kepasrahan kepada Tuhan
Satu langkah satu irama
satu langkah
maju !
Manado, 5 Januari 2010
Saatnya sekarang kita tiup kuat tapi lembut
Pastikan oksigennya merata dalam gas gas yang laten
Waktu telah bertambah dan semakin habis
Pencarianmu dan aku belum juga tuntas
Api, ya itu yang kita butuhkan
Membakar sekam dan memanaskan darah semangat kita
Temanku mari dalam satu irama tariklah nafas
Hembuskan kuat dan perlahan,
resapi resapi udara yang keluar
Memberi ruang oksigen untuk berkarya
Ayo
kita semua memang letih ayo
Kita semua harus menggeliat sekarang ayo
Ayo teman temanku
ayo semangat
Kita bersama sama dan jangan kita saling sikut
Malah kita harus robohkan segala macam jurang pembeda
Semua telah tertakar pasti kita hanya menjalani
Ya satu langkah hentakkan ke depan bersama
Satu langkah yang pasti dalam kepasrahan kepada Tuhan
Satu langkah satu irama
satu langkah
maju !
Manado, 5 Januari 2010
Selasa, 05 April 2011
di bumi semua terdiam
seperti mentari yang berkelambu mendung hitam
mereka yang di bumi bersiap akan turunnya
petani tersenyum bahagia padinya tersegarkan
ibu ibu kecut bergegas mengambil jemurannya
pejalan mempercepat langkah
mendungpun juga sebenarnya tidak bisa berdiam
perlahan tapi pasti ia semakin berat menanggung beban uap uap air
sesungguhnya dia tidak kuasa melawan tarikan panas matahari
sungguh nelangsa lalu terjatuh airnya setitik demi setitik menderas
mereka di bumi semua terdiam
MANADO 5 JANUARI 2010
mereka yang di bumi bersiap akan turunnya
petani tersenyum bahagia padinya tersegarkan
ibu ibu kecut bergegas mengambil jemurannya
pejalan mempercepat langkah
mendungpun juga sebenarnya tidak bisa berdiam
perlahan tapi pasti ia semakin berat menanggung beban uap uap air
sesungguhnya dia tidak kuasa melawan tarikan panas matahari
sungguh nelangsa lalu terjatuh airnya setitik demi setitik menderas
mereka di bumi semua terdiam
MANADO 5 JANUARI 2010
Lalu ?
Lalu ?
hei !!!
tidak ada lalu, yang ada ya ini
ini saja kau belum paham, lalu pun telah kautanyakan
sudah aku pusing, ini saja, lalu biarkan saja
nanti, esok?
itu baru lalu
Manado, 3 Desember 2010
hei !!!
tidak ada lalu, yang ada ya ini
ini saja kau belum paham, lalu pun telah kautanyakan
sudah aku pusing, ini saja, lalu biarkan saja
nanti, esok?
itu baru lalu
Manado, 3 Desember 2010
Aku Tidak Sendiri
Aku tidak sendiri
aku baru menyadari kesendirian itu ternyata adalah teman kala aku sendiri,
dialah yang menasehatiku agar berbincang dengan diriku sendiri,
dia pula yang mengajarku betapa hiruk pikuk tidak pernah selesai walau di dalam kesendirian,
dia juga menceritakan betapa agungnya kesendirian,
dia pernah berkata dalam kesendirian akan kau temukan sang MAHA SENDIRI,
oh aku bahagia
aku tenang ya tenang sekali sekarang ini,
betapa luasnya dalam kesendirian,
ruang dan waktu bagai sebutir debu di dalam jagat raya,
aku rebahkan badanku dan regangkan otot syaraf
terasa sekali aliran darah pada pembuluhnya
dan jantung memompanya ajeg,
oksigenpun terasakan kala sel-sel ku menghirupnya,
ya begitu terasa hidup begitu murni,
begitulah seharusnya
Manado, 1 Januari 2010
aku baru menyadari kesendirian itu ternyata adalah teman kala aku sendiri,
dialah yang menasehatiku agar berbincang dengan diriku sendiri,
dia pula yang mengajarku betapa hiruk pikuk tidak pernah selesai walau di dalam kesendirian,
dia juga menceritakan betapa agungnya kesendirian,
dia pernah berkata dalam kesendirian akan kau temukan sang MAHA SENDIRI,
oh aku bahagia
aku tenang ya tenang sekali sekarang ini,
betapa luasnya dalam kesendirian,
ruang dan waktu bagai sebutir debu di dalam jagat raya,
aku rebahkan badanku dan regangkan otot syaraf
terasa sekali aliran darah pada pembuluhnya
dan jantung memompanya ajeg,
oksigenpun terasakan kala sel-sel ku menghirupnya,
ya begitu terasa hidup begitu murni,
begitulah seharusnya
Manado, 1 Januari 2010
mentari pelangi dan jalan aspal
tadi pagi kutinggalkan bandara
di depanku pelangi dan mentari dibelakang
aspal basah oleh gerimis
lewat 15 menit di depanku mentari
pelangipun hilang
aspal basah melesatkan cahaya tepat ke kornea
begitu terang hingga membutakan hampir saja kusenggol mobil dan orang di depan
lewat 15 menit pelangi didepanku dan mentari dibelakang
aspal nampak kering namun segar dan liat
aku melihat jelas indahnya pagi
sesampai ditempatku hatiku digelitik
sesungguhnya apa yang ingin kau sampaikan padaku
begitu lelah aku mencarinya
namun engkau mungkin asyik tertidur berselimut mimpimu
Manado, 30 desember 2009
di depanku pelangi dan mentari dibelakang
aspal basah oleh gerimis
lewat 15 menit di depanku mentari
pelangipun hilang
aspal basah melesatkan cahaya tepat ke kornea
begitu terang hingga membutakan hampir saja kusenggol mobil dan orang di depan
lewat 15 menit pelangi didepanku dan mentari dibelakang
aspal nampak kering namun segar dan liat
aku melihat jelas indahnya pagi
sesampai ditempatku hatiku digelitik
sesungguhnya apa yang ingin kau sampaikan padaku
begitu lelah aku mencarinya
namun engkau mungkin asyik tertidur berselimut mimpimu
Manado, 30 desember 2009
AKU MELIHAT
AKU MELIHAT
SEMUA DIRANGKUM DALAM SENYUMMU SAJA
MANADO, 26 DESEMBER 2009
DALAM MENTARI ADA KEHANGATAN
DALAM BULAN ADA KEANGGUNAN
DALAM BUNGA ADA HARUM DAN KEINDAHAN
DALAM HUTAN DAN SUNGAI ADA DAMAI DAN TENTERAM
DALAM GERIMIS ADA KESEGARAN
SEMUA DIRANGKUM DALAM SENYUMMU SAJA
MANADO, 26 DESEMBER 2009
IBU
YANG TAK TERPERIH SAKIT DI BADAN DAN HATIMU
KAU CERITAKAN ITU DENGAN SENYUM TABAHMU
ITU BUKAN PALSU
ITULAH KARANG YANG AKAN AUS OLEH TERJANG AIR ASIN DAN TAUFAN
PADA AKHIRNYA MENJADI PASIR DILAUTAN
TEMPAT AKU MELIHAT CAKRAWALA DAN LINGSIR MENTARI
DI SANA CAMAR PUTIH BERSELENDANG JINGGA
MENARI BAHAGIA MENYANYIKAN LAGU PUJIAN BUATMU
LAGU DENGAN LIRIK LIRIK SEDERHANA
TENTANG KASIHMU YANG TAK AKAN HABIS HINGGA PADAM MENTARI
IBU MAAFKAN AKU
BAKTIKU BELUMLAH CUKUP
TUNGGUILAH AKU SELALU
Manado, 22 Desember 2009
KAU CERITAKAN ITU DENGAN SENYUM TABAHMU
ITU BUKAN PALSU
ITULAH KARANG YANG AKAN AUS OLEH TERJANG AIR ASIN DAN TAUFAN
PADA AKHIRNYA MENJADI PASIR DILAUTAN
TEMPAT AKU MELIHAT CAKRAWALA DAN LINGSIR MENTARI
DI SANA CAMAR PUTIH BERSELENDANG JINGGA
MENARI BAHAGIA MENYANYIKAN LAGU PUJIAN BUATMU
LAGU DENGAN LIRIK LIRIK SEDERHANA
TENTANG KASIHMU YANG TAK AKAN HABIS HINGGA PADAM MENTARI
IBU MAAFKAN AKU
BAKTIKU BELUMLAH CUKUP
TUNGGUILAH AKU SELALU
Manado, 22 Desember 2009
Manis
Menyelinap di tiap lekuk liku sepi sunyi hariku
Bertunas berakar berbatang berdaun berbunga menjalar dari ujung-ujung terluar indera inderaku
Menuju pusatnya di hati lalu berbuah,
Manis
Manado, 17 Desember 2009
Bertunas berakar berbatang berdaun berbunga menjalar dari ujung-ujung terluar indera inderaku
Menuju pusatnya di hati lalu berbuah,
Manis
Manado, 17 Desember 2009
Bintang pun Sesepi Diriku
Malam makin beranjak sepi
suara suara binatang semakin jelas terdengar
tapi udara tidak sedingin yang aku harapkan
lalu aku berjalan menembusnya
semakin jauh semakin tegas sepi kurasakan
aku bersyukur bintang begitu terang meskipun tidak mampu memberi cahaya pada jalanku karena aku tahu bintangpun sesepi diriku
Manado, 10 Desember 2009
suara suara binatang semakin jelas terdengar
tapi udara tidak sedingin yang aku harapkan
lalu aku berjalan menembusnya
semakin jauh semakin tegas sepi kurasakan
aku bersyukur bintang begitu terang meskipun tidak mampu memberi cahaya pada jalanku karena aku tahu bintangpun sesepi diriku
Manado, 10 Desember 2009
Akulah Rembulan
Akulah rembulan kala purnama
sepenuh hati memberikan cahaya agar bumi membiru
Akulah rembulan kala setengah
berbaring sekuat daya di awanan agar menyingkir
dan membuat terang langit naungan
Akulah rembulan kala mati
Hilang cahayaku memperjelas bintang dihadapanmu
Akulah rembulan yang hanya dari belas kasih mentari lalu menyinarimu
dan terkadang bayangmu malah menutupiku
namun aku tetap disitu
Akulah rembulan
Manado, 7 Desember 2009
sepenuh hati memberikan cahaya agar bumi membiru
Akulah rembulan kala setengah
berbaring sekuat daya di awanan agar menyingkir
dan membuat terang langit naungan
Akulah rembulan kala mati
Hilang cahayaku memperjelas bintang dihadapanmu
Akulah rembulan yang hanya dari belas kasih mentari lalu menyinarimu
dan terkadang bayangmu malah menutupiku
namun aku tetap disitu
Akulah rembulan
Manado, 7 Desember 2009
Sore Pukul Empat
Pohon bunga dan rumput lembab semua
sore ini diam
Angin sangat ramah sampai-sampai kedatanganya tidak terasakan
Mentaripun berselimut awanan tipis lembut
Rupanya dia kegerahan di atas sana
dan bumi berbaring tenang
huruf dan kata-kata berkata
ini hadiah dari kami
semoga engkau sudi menerimanya
dan kau simpan dalam benak dan rasamu
paling dalam
Manado, 6 Desember 2009
sore ini diam
Angin sangat ramah sampai-sampai kedatanganya tidak terasakan
Mentaripun berselimut awanan tipis lembut
Rupanya dia kegerahan di atas sana
dan bumi berbaring tenang
huruf dan kata-kata berkata
ini hadiah dari kami
semoga engkau sudi menerimanya
dan kau simpan dalam benak dan rasamu
paling dalam
Manado, 6 Desember 2009
Tidak Ada
Aku ingin wakilkan gelisahku kepada apa
Aku tidak tahu melalui mana camuk di dalam ini harus keluar
Kata kata tak lagi mujarab
Kias dan alam sekeliling juga hampa
Semua sama dalam gelap
Semua nampak dalam terang
Istimewa hanya permainan nafsu
Selebihnya adalah euphoria
Manado, 2 Desember 2009
Aku tidak tahu melalui mana camuk di dalam ini harus keluar
Kata kata tak lagi mujarab
Kias dan alam sekeliling juga hampa
Semua sama dalam gelap
Semua nampak dalam terang
Istimewa hanya permainan nafsu
Selebihnya adalah euphoria
Manado, 2 Desember 2009
Pelangi
kapai kapai pelangi
menguap hilang tidak berapa lama
tinggal putih yang nampak
merah jingga kuning hijau biru nila ungu
tersimpan dalam diri
pada akhirnya hanya hitam menyelimuti
Manado, 26 November 2009
menguap hilang tidak berapa lama
tinggal putih yang nampak
merah jingga kuning hijau biru nila ungu
tersimpan dalam diri
pada akhirnya hanya hitam menyelimuti
Manado, 26 November 2009
Hujan
kristal-kristal yang mencair
lalu berbaris rapi dan rapat menghampiri bumi
gemuruhnya kuasa disekeliling
aku menyambutnya menerobos pori kulit dan rongga rongga tulang bersatu dengan dengan darah meredam panas yang bergejolak
wajahku mendongak terpejam
Manado, 24 November 2009
lalu berbaris rapi dan rapat menghampiri bumi
gemuruhnya kuasa disekeliling
aku menyambutnya menerobos pori kulit dan rongga rongga tulang bersatu dengan dengan darah meredam panas yang bergejolak
wajahku mendongak terpejam
Manado, 24 November 2009
Dimanakah
Dimanakah kawan
ketika sauh diangkat dan terompet disuarakan
lalu angin menuntun pergi dan ombakgelombang membopong
Lalu dimanakah kawan
Kala tunas menjadi dewasa dan berpohon
kemudian tumbang dalam raung gergaji
menyanggah tidur dan duduk kita
Ya dimanakah kawan
kala selubang digali dan kafan dibungkuskan
lalu kita bercerita belang atau gadingnya
Engkau ada dihati
Manado, 21 November 2009
ketika sauh diangkat dan terompet disuarakan
lalu angin menuntun pergi dan ombakgelombang membopong
Lalu dimanakah kawan
Kala tunas menjadi dewasa dan berpohon
kemudian tumbang dalam raung gergaji
menyanggah tidur dan duduk kita
Ya dimanakah kawan
kala selubang digali dan kafan dibungkuskan
lalu kita bercerita belang atau gadingnya
Engkau ada dihati
Manado, 21 November 2009
Mendung Yang Menyirnakan
setelah berdiam cukup lama
berangsur mendung menepi disisi tak berujung
kunang-kunang antariksa layu malam itu
karena bulan tidak meninggalkan jejak
cahaya bintang dan sinar bulan
telah berpisah bagai utara dan selatan
aku hanya bisa melihat lalu kutinggalkan saja
Manado, 19 November 2009
berangsur mendung menepi disisi tak berujung
kunang-kunang antariksa layu malam itu
karena bulan tidak meninggalkan jejak
cahaya bintang dan sinar bulan
telah berpisah bagai utara dan selatan
aku hanya bisa melihat lalu kutinggalkan saja
Manado, 19 November 2009
Yang Mekar Dalam Diam
Dengan bahasa yang tidak terucap
Meminjam istilah bunga-bunga yang disirami majikannya
dan ungkapan burung-burung ceria dihangat mentari
juga rerumput sejuk di musim semi
serta lembah biru bersaput awan nan tipis
kala selarik jingga menerangi dasarnya
Kata-kataku berat disuarakan,
Jika saja engkau tidak tidur
Dan cakrawala kehidupanmu sedang suram
Namun langit malam terang berjuta bintang
Tentu engkau mendengarnya
Sejenak kemudian mampir dihatimu dengan isyarat indah
Kata-kataku yang sunyi namun berteriak lantang dalam hati
Meminta sekeliling alam mau mengerti
Hiburlah dalam asing sendiri
Seperti kau hibur bunga bunga yang dijual di pingir pingir jalan
Yang tak tahu harus bersedih atau gembira
Kala meninggalkan si penyiram bunga
dibawa pergi sang penikmat karena kuasa uangnya
Manado, 13 November 2009
Meminjam istilah bunga-bunga yang disirami majikannya
dan ungkapan burung-burung ceria dihangat mentari
juga rerumput sejuk di musim semi
serta lembah biru bersaput awan nan tipis
kala selarik jingga menerangi dasarnya
Kata-kataku berat disuarakan,
Jika saja engkau tidak tidur
Dan cakrawala kehidupanmu sedang suram
Namun langit malam terang berjuta bintang
Tentu engkau mendengarnya
Sejenak kemudian mampir dihatimu dengan isyarat indah
Kata-kataku yang sunyi namun berteriak lantang dalam hati
Meminta sekeliling alam mau mengerti
Hiburlah dalam asing sendiri
Seperti kau hibur bunga bunga yang dijual di pingir pingir jalan
Yang tak tahu harus bersedih atau gembira
Kala meninggalkan si penyiram bunga
dibawa pergi sang penikmat karena kuasa uangnya
Manado, 13 November 2009
Ikhlas
Menengadahlah pada inti langit
Melihatlah kedalam inti hatimu
Sampaikan kata katamu menghias air mata
Masih belum cukup kita berterima kasih
Angkatlah tangan lemah kita
Terima saja pemberian walau telapak memerih
Itu adalah anugerah betapapun berat
Lalu cerialah dan berjalan menentengnya
Dia tahu itu semua
Dia pun menangis untuk kita
Diapun tergetar hatinya
Keikhlasan kita menggoncang keagunganNYA
Manado, 10 November 2009
Melihatlah kedalam inti hatimu
Sampaikan kata katamu menghias air mata
Masih belum cukup kita berterima kasih
Angkatlah tangan lemah kita
Terima saja pemberian walau telapak memerih
Itu adalah anugerah betapapun berat
Lalu cerialah dan berjalan menentengnya
Dia tahu itu semua
Dia pun menangis untuk kita
Diapun tergetar hatinya
Keikhlasan kita menggoncang keagunganNYA
Manado, 10 November 2009
dia
Wajah itu kulihat lagi pagi ini
Lebih tepat ekspresi lugunya
Dan guratan manis gemas sosoknya
Sambil acuh aku membayangkan
Andai kunikmati wajahnya sepuas hati
Tanpa ego dilukai oleh penolakan
Oh mengapakah cerah mentari selalu melahirkan bayang
Dan disitu aku harus berdiam
Jika kupaksa melihatnya tentu akan buta dibuatnya
Manado, 9 November 2010
Lebih tepat ekspresi lugunya
Dan guratan manis gemas sosoknya
Sambil acuh aku membayangkan
Andai kunikmati wajahnya sepuas hati
Tanpa ego dilukai oleh penolakan
Oh mengapakah cerah mentari selalu melahirkan bayang
Dan disitu aku harus berdiam
Jika kupaksa melihatnya tentu akan buta dibuatnya
Manado, 9 November 2010
Sebuah Kata
Aku memanggilmu dengan suara hati
yang menggema disepanjang jalan kau lalui
merayap pada tembok tembok dan udara
ketika mendekatmu sesungguhnya kaupun sadar
Getaran itu menyentuh bulu halusmu
menyapa hatimu
dengan nada nada yang juga kau suka
nada nada terisitmewa lelaki biasa saja
Teruskanlah
seperti aku telah meneruskan pada ujung mulut ini
lalu menjelma sebuah kata
AKU MENCINTAIMU
Manado, 7 November 2009
yang menggema disepanjang jalan kau lalui
merayap pada tembok tembok dan udara
ketika mendekatmu sesungguhnya kaupun sadar
Getaran itu menyentuh bulu halusmu
menyapa hatimu
dengan nada nada yang juga kau suka
nada nada terisitmewa lelaki biasa saja
Teruskanlah
seperti aku telah meneruskan pada ujung mulut ini
lalu menjelma sebuah kata
AKU MENCINTAIMU
Manado, 7 November 2009
Lelaki dan Bunga Mawar
Lelaki bersahaja itu termangu termangu
Tidak tahu lagi apa yang harus dipikirkan
Semua tidak ada yang mampu menjawab
Sementara Titik darah makin besar menggenang di jarinya
Dalam kosong tatapannya ia tersentak
Kelopak kelopak mawar terjatuh dan tertiup angin
Menyisakan batang kering dan duri tajam
Dia bertanya
Manado, 3 November 2009
Tidak tahu lagi apa yang harus dipikirkan
Semua tidak ada yang mampu menjawab
Sementara Titik darah makin besar menggenang di jarinya
Dalam kosong tatapannya ia tersentak
Kelopak kelopak mawar terjatuh dan tertiup angin
Menyisakan batang kering dan duri tajam
Dia bertanya
Kemanakah air yang selama ini aku memandikanmu
Haruskah dengan darah karena durimu
Engkau membiarkan aku sendiri
Manado, 3 November 2009
Cerita Bulan
Dengarkan cerita bulan sabit
Yang beredar tua hari
Kala purnama disanjung bunga
dirangkai bersama kata kata diikat dengan pita emas
Pernahkah engkau menyadari dia akan menjadi sabit lalu mati
Dia selalu hadir kala gelap
Menunggumu kala malam
Terjaga dalam pandanganmu
Kala awan menutupnya
Menderas air mata
Tak terlihat namun selalu disana
Sebentar lagi bulan akan mati
Ikhlaskan engkau berkawan bintang
Janjinya selalu ditepati
Di purnama menghampirimu walau engkau acuh kepadanya
Manado, 31 Oktober 2009
Yang beredar tua hari
Kala purnama disanjung bunga
dirangkai bersama kata kata diikat dengan pita emas
Pernahkah engkau menyadari dia akan menjadi sabit lalu mati
Dia selalu hadir kala gelap
Menunggumu kala malam
Terjaga dalam pandanganmu
Kala awan menutupnya
Menderas air mata
Tak terlihat namun selalu disana
Sebentar lagi bulan akan mati
Ikhlaskan engkau berkawan bintang
Janjinya selalu ditepati
Di purnama menghampirimu walau engkau acuh kepadanya
Manado, 31 Oktober 2009
Jingga
Senja emas berkilau
Memantul di garis pantai nusantara
Menjadi suar gemilang pagi
Sekali lagi kilau emas sambut anak-anaknya
Setelah tenang melepas penat malam
Saudara sahajaku
Yang di persawahan dan hutan hijau
Yang mengarungi sungai danau dan lautan
Yang digempur polusi sampah dan macet
Yang menyusup di meja perkantoran dan birokrasi
Yang mengalunkan kebenaran dan perjuangan
Bahkan yang terpaksa mundur di kolong kolong jembatan dan pinggiran sungai busuk juga lapangan sampah
Jaga ! Garis demarkasi pertahankan front nurani kita
Suara kita adalah harapan dan cita cita
Adalah galah untuk meraih cita cita itu sendiri
Adalah tali pengikat semangat
Jagalah yang telah dijanjikan pada kita
Arahkan mata kita mengawasi
Ibu pertiwi tidak hanya berdongeng
Tata tentrem kerta raharja adalah janjinya
Cahaya keemasan memanjang dari horison hingga pantai
Emasnya telah membumi bukan lagi sebuah pantulan
Hadiah bagi kita dan anak cucu kita
Manado, 26 Oktober 2009
Memantul di garis pantai nusantara
Menjadi suar gemilang pagi
Sekali lagi kilau emas sambut anak-anaknya
Setelah tenang melepas penat malam
Saudara sahajaku
Yang di persawahan dan hutan hijau
Yang mengarungi sungai danau dan lautan
Yang digempur polusi sampah dan macet
Yang menyusup di meja perkantoran dan birokrasi
Yang mengalunkan kebenaran dan perjuangan
Bahkan yang terpaksa mundur di kolong kolong jembatan dan pinggiran sungai busuk juga lapangan sampah
Jaga ! Garis demarkasi pertahankan front nurani kita
Suara kita adalah harapan dan cita cita
Adalah galah untuk meraih cita cita itu sendiri
Adalah tali pengikat semangat
Jagalah yang telah dijanjikan pada kita
Arahkan mata kita mengawasi
Ibu pertiwi tidak hanya berdongeng
Tata tentrem kerta raharja adalah janjinya
Cahaya keemasan memanjang dari horison hingga pantai
Emasnya telah membumi bukan lagi sebuah pantulan
Hadiah bagi kita dan anak cucu kita
Manado, 26 Oktober 2009
Sudah Lama Kemarau
Ini lama sudah kemarau
Masih juga basah rindu ini
Seperti juga musim lalu
Hujan pasti datang
Airnya tak tertampung meluap
Menyungai dan bermuara
Mengawan berkelana lagi
Rinduku akan bercerita lagi
Hanya padamu saja
Manado, 22 Oktober 2009
Masih juga basah rindu ini
Seperti juga musim lalu
Hujan pasti datang
Airnya tak tertampung meluap
Menyungai dan bermuara
Mengawan berkelana lagi
Rinduku akan bercerita lagi
Hanya padamu saja
Manado, 22 Oktober 2009
Hanya Saja
Ingin kuungkapkan rindu padamu
Ternyata angan yang berani berkata padamu
Kaupun mendengar walau jauh
Dan tanganmu semakin erat menggengamnya
Hanya saja itu bukan tanganku
Manado, 20 Oktober 2009
Satu gelas besar air putih
Korek api
Asbak yang telah penuh puntung
Buku dan pena
Di atas meja
Ternyata angan yang berani berkata padamu
Kaupun mendengar walau jauh
Dan tanganmu semakin erat menggengamnya
Hanya saja itu bukan tanganku
Manado, 20 Oktober 2009
untuk menjadi pesan bagi mata yang mencari
Dimanakah hikmah
Kala kata-kata bungkam
Lesu tanpa air dan cahaya
Walau telah basah lidah bertanya
Namun cahaya belum juga menuliskan
Apa yang akan disampaikan
Seperti pelangi
ia membutuhkan air dan cahaya
untuk menjadi pesan bagi mata yang mencari
Manado, 19 Oktober 2009
Kala kata-kata bungkam
Lesu tanpa air dan cahaya
Walau telah basah lidah bertanya
Namun cahaya belum juga menuliskan
Apa yang akan disampaikan
Seperti pelangi
ia membutuhkan air dan cahaya
untuk menjadi pesan bagi mata yang mencari
Manado, 19 Oktober 2009
Hei ! , Cinta !
Sekali sekali
hei !
Cinta !
Naiklah delman
Nikmati jalan tanah sehabis hujan
Aroma tanahnya bermesraan dengan harum bunga padi
Flamboyan akan meneduhkan
Tetes tetes airnya masih luruh
Lalu dikibaskan jurai kuda putih yang berderap anggun
Hei !
Cinta !
Sekali-kali tuntaskan jalanan pinggir sawah ini bersama delman
Jangan naik pesawat terus
Tidak bisa singkat menikmati sebuah keindahan
Manado, 16 Oktober 2009
hei !
Cinta !
Naiklah delman
Nikmati jalan tanah sehabis hujan
Aroma tanahnya bermesraan dengan harum bunga padi
Flamboyan akan meneduhkan
Tetes tetes airnya masih luruh
Lalu dikibaskan jurai kuda putih yang berderap anggun
Hei !
Cinta !
Sekali-kali tuntaskan jalanan pinggir sawah ini bersama delman
Jangan naik pesawat terus
Tidak bisa singkat menikmati sebuah keindahan
Manado, 16 Oktober 2009
Rahasia
Tidak semua makna tersaji bisa kutangkap
Apakah pada taman indah berbunga
Apakah pada hamparan bintang
Ataukah pada keheningan samudera
Walau membisu jelas kudengar
Samar kuhayati
Kabur kupandang
Keindahan hamparan dan keheningan
Menutup rapat
Rahasia,
bukalah pintumu aku bertamu
Manado, 18 Oktober 2009
Apakah pada taman indah berbunga
Apakah pada hamparan bintang
Ataukah pada keheningan samudera
Walau membisu jelas kudengar
Samar kuhayati
Kabur kupandang
Keindahan hamparan dan keheningan
Menutup rapat
Rahasia,
bukalah pintumu aku bertamu
Manado, 18 Oktober 2009
Yang Tercecer
Ketika lewat rambutmu menyibak
Menutup pandangan padaku
Bayangan segera berlalu
Tiada pesan darimu
Engkau tersenyum entah untuk siapa
Lekuk tubuhmu hanya kupandang dari belakang
Seperti kereta meninggalkan stasiun
Makin mengecil dari pandang mata
Tinggal petugas kebersihan
Mengambil sisa sisa kerakusan
Yang tertinggal dari persinggahanmu
Dengan sabar ia memunguti
Kulihat hatiku tercecer
Dibuangnya dalam keranjang sampah
Manado, 14 Oktober 2009
Menutup pandangan padaku
Bayangan segera berlalu
Tiada pesan darimu
Engkau tersenyum entah untuk siapa
Lekuk tubuhmu hanya kupandang dari belakang
Seperti kereta meninggalkan stasiun
Makin mengecil dari pandang mata
Tinggal petugas kebersihan
Mengambil sisa sisa kerakusan
Yang tertinggal dari persinggahanmu
Dengan sabar ia memunguti
Kulihat hatiku tercecer
Dibuangnya dalam keranjang sampah
Manado, 14 Oktober 2009
Di Ufuk Timur Ia Menunggu
Ada kalanya bersama taufan
Angin lembut berbisik
Aku pergi sebentar saja
Ada kalanya bersama gulungan ombak
Air tenang teriak
Aku tidak musnah
Ada kalanya bersama kekeringan
Hawa sejuk bersenandung
Aku sedang minum sebelum menyanyikan untukmu lagi
Di ufuk timur mereka berkumpul dalam lingkaran meja harapan
Menunggu jiwa dan hati bersih yang menjemputnya
Yang dikabarkan sedang berlari dengan niat tulus dan semangat
Manado, 13 Oktober 2009
Angin lembut berbisik
Aku pergi sebentar saja
Ada kalanya bersama gulungan ombak
Air tenang teriak
Aku tidak musnah
Ada kalanya bersama kekeringan
Hawa sejuk bersenandung
Aku sedang minum sebelum menyanyikan untukmu lagi
Di ufuk timur mereka berkumpul dalam lingkaran meja harapan
Menunggu jiwa dan hati bersih yang menjemputnya
Yang dikabarkan sedang berlari dengan niat tulus dan semangat
Manado, 13 Oktober 2009
Bunga Biru
Ketika bunga mekar
Diluruhkannya kuncup yang usang
Warnanya makin dipertegas dalam siluet mentari
Biru dan merah muda menebar sejuk
Eksotika keharuman menebar pheromone
Dititinya angin mengusik hasrat
Ingin kukecup harumnya menemani dalam malam sepi
Bintang menjadi saksi keindahan
Dan keheningan meneriakkan kepuasan
Manado, 13 Oktober 2009
Diluruhkannya kuncup yang usang
Warnanya makin dipertegas dalam siluet mentari
Biru dan merah muda menebar sejuk
Eksotika keharuman menebar pheromone
Dititinya angin mengusik hasrat
Ingin kukecup harumnya menemani dalam malam sepi
Bintang menjadi saksi keindahan
Dan keheningan meneriakkan kepuasan
Manado, 13 Oktober 2009
Tarian Sore Hari Dedaun
Terang yang sejuk sore hari
Hijau dedaunan meliuk lembut
Angin bawakan musik, daun kan riang
Ketika bayangnya hilang tenggelam surya
ada suara lirih
Oh, mentari aku masih ingin bersamamu
Malang, 30 September 2009
Hijau dedaunan meliuk lembut
Angin bawakan musik, daun kan riang
Ketika bayangnya hilang tenggelam surya
ada suara lirih
Oh, mentari aku masih ingin bersamamu
Malang, 30 September 2009
Langganan:
Postingan (Atom)