sajakku musik rock
berteriak lepas nan elok
yeaaahhhhhhh
buncah pecah memecah
debar mengibas bebas lepas
getaskan halang
terobos bimbang
yeaaahhhhhhh
buncah pecah memecah
debar mengibas bebas lepas
ini lantang suara
ingin lantang bicara
dengar dengarlah menembus cadasnya
simak simaklah nyanyi hati lembutnya
sajakku musik rock
dengarlah dengan hatimu yang elok
Manado, 6 Juni 2010
Jumat, 03 Juni 2011
kucari arti
kecuplah tepat di kelopak dua mata ini
agar pejamku sempurna
kuhayati kegelapan
hembuskan saja nafas di dua telinga
agar tuli dalam sunyi
kuhayati senandung hening
tapi jangan kau ambil hati ini
karena disitu aku mencari arti
karena disitu ku cari arti
kegelapan dan hening dirimu
malam ini
Manado, 4 Juni 2010
agar pejamku sempurna
kuhayati kegelapan
hembuskan saja nafas di dua telinga
agar tuli dalam sunyi
kuhayati senandung hening
tapi jangan kau ambil hati ini
karena disitu aku mencari arti
karena disitu ku cari arti
kegelapan dan hening dirimu
malam ini
Manado, 4 Juni 2010
segenap juta dekap
segenap juta dekap
lenganlengan kehampaan
entahlah ini terasa nyata memelukku
tubuhku mengerut mengikut rengkuhnya
menyesak dada membius nikmat
otototot lemas dan bulubulu berdiri
poripori juga semakin peka
tak sempat berpikir apa melainkan pasrah
hanya kegalauan yang menggeliat
bertarung dengan kenyataan hampa
Manado, 3 Juni 2010
lenganlengan kehampaan
entahlah ini terasa nyata memelukku
tubuhku mengerut mengikut rengkuhnya
menyesak dada membius nikmat
otototot lemas dan bulubulu berdiri
poripori juga semakin peka
tak sempat berpikir apa melainkan pasrah
hanya kegalauan yang menggeliat
bertarung dengan kenyataan hampa
Manado, 3 Juni 2010
dicumbu gerimis
gerimis mencium kulitku satupersatu
bersama mendung mengantung dibuailah bayang
membuat mata makin berat dipelupuk
entah mengapa mimpiku dimobil tadi
memelukmu hangat bahkan erat
oh nikmat yang lekat lebih dari sangat
mengasingkan aku dari gemuruh hujan yang deras
Manado, 3 Juni 2010
bersama mendung mengantung dibuailah bayang
membuat mata makin berat dipelupuk
entah mengapa mimpiku dimobil tadi
memelukmu hangat bahkan erat
oh nikmat yang lekat lebih dari sangat
mengasingkan aku dari gemuruh hujan yang deras
Manado, 3 Juni 2010
tilam kelelahan
kupilin tilam dari kelelahan
penatnya jadikan sprei
otototot bergelepak rebah
mata merapat ronarona dari sebuah pejaman berkelap-kelip
disitu aku antar untuk kemudian tidur
Manado, 3 Juni 2010
penatnya jadikan sprei
otototot bergelepak rebah
mata merapat ronarona dari sebuah pejaman berkelap-kelip
disitu aku antar untuk kemudian tidur
Manado, 3 Juni 2010
dari senja yang mengelam menuju malam
senja makin samar,
gelap makin tegas,
kerinduan makin kelam,
hati makin mendendam
kelapakelapa itu tak lagi menarinari,
terpekur disunyi ladang,
sepi dikipaskan begitu semilir,
rindu makin menggigil.
mataku melukis kelapakelapa yang makin hilang dalam gelap
juntaijuntai tak berdaya melemas diayunan tanganku
suara binatang malam makin membisingkan
ya gelap telah berkuasa
kulihat, kulihat lagi ya lindap hatiku
meringkuk duduk termenung menunduk wajah
berpeluk dekap kaki sendiri
wajah makin menyembunyi muka
kini mataku melukis gelap dari yang lebih gelap
hitam mengental palung hati
dimana rindu karam
dari senja yang mengelam menuju malam
Manado, 2 Juni 2010
gelap makin tegas,
kerinduan makin kelam,
hati makin mendendam
kelapakelapa itu tak lagi menarinari,
terpekur disunyi ladang,
sepi dikipaskan begitu semilir,
rindu makin menggigil.
mataku melukis kelapakelapa yang makin hilang dalam gelap
juntaijuntai tak berdaya melemas diayunan tanganku
suara binatang malam makin membisingkan
ya gelap telah berkuasa
kulihat, kulihat lagi ya lindap hatiku
meringkuk duduk termenung menunduk wajah
berpeluk dekap kaki sendiri
wajah makin menyembunyi muka
kini mataku melukis gelap dari yang lebih gelap
hitam mengental palung hati
dimana rindu karam
dari senja yang mengelam menuju malam
Manado, 2 Juni 2010
aku telah habis
malam pecah sudah
meniti tangga bintang satusatu
diangkasa berguling hingga mars
terantuk meteor sana sini
belum juga sampai matahari
tubuhku musnah tak ada lagi yang mengikat jiwa hingga melesat kemana
jika kau baca puisi ini
aku telah habis
Manado, 2 Juni 2010
meniti tangga bintang satusatu
diangkasa berguling hingga mars
terantuk meteor sana sini
belum juga sampai matahari
tubuhku musnah tak ada lagi yang mengikat jiwa hingga melesat kemana
jika kau baca puisi ini
aku telah habis
Manado, 2 Juni 2010
selendang biru
kutawarkan selendang padamu
engkau bertanya "beranikah dirimu"
selendang biruku berhenti di dua tanganku yang menadah
belum sempat melempang di lehernya yang putih
ku jawab "tentu"
tanganku bergerak lagi seakan merangkul
senyumnya menahan menyuruhku berhenti dengan sedikit sekali gelengan
kali ini tanganku dipegangnya, ah hampir
"duduklah" pintanya
sejengkal lututnya menjauh dariku
"jangan kamu terlalu baik, jangan, ini bukan tarianmu, pandanglah mataku keduanya tepat, kau pasti mengiyakan pendapatku"
tanganku meremas selendang biru, "aku hanya ingin mengalungkan selendang ini, ambillah, menarilah dengannya, ini memang bukan tarianku"
Manado, 1 Juni 2010
engkau bertanya "beranikah dirimu"
selendang biruku berhenti di dua tanganku yang menadah
belum sempat melempang di lehernya yang putih
ku jawab "tentu"
tanganku bergerak lagi seakan merangkul
senyumnya menahan menyuruhku berhenti dengan sedikit sekali gelengan
kali ini tanganku dipegangnya, ah hampir
"duduklah" pintanya
sejengkal lututnya menjauh dariku
"jangan kamu terlalu baik, jangan, ini bukan tarianmu, pandanglah mataku keduanya tepat, kau pasti mengiyakan pendapatku"
tanganku meremas selendang biru, "aku hanya ingin mengalungkan selendang ini, ambillah, menarilah dengannya, ini memang bukan tarianku"
Manado, 1 Juni 2010
menggalah cahaya bintang
ijinkan malam ini kugalah cahaya bintang
biarkan nyalanya menyusuri galah
tak lama juga tangantangan ini terbakar
hangus legam galah lepas genggam
memang bukan untuk kutangkap nyala itu
karena tak sanggup tak juga sesiapa
tapi galahku menjadi jalan dan tanganku menjadi kunci
agar cahaya itu beredar dibumi memakai kerudung cinta
setiap insan yang bercinta, wahai
dia akan berbinar disetiap mata
Manado, 1 Juni 2010
biarkan nyalanya menyusuri galah
tak lama juga tangantangan ini terbakar
hangus legam galah lepas genggam
memang bukan untuk kutangkap nyala itu
karena tak sanggup tak juga sesiapa
tapi galahku menjadi jalan dan tanganku menjadi kunci
agar cahaya itu beredar dibumi memakai kerudung cinta
setiap insan yang bercinta, wahai
dia akan berbinar disetiap mata
Manado, 1 Juni 2010
gelandangan pintu hati
aku adalah gelandangan
penuh kudis dosa dan baju camping
pengemis yang mengetuk di pintu hati
bukan untuk harap sedekah
satusatunya tempat yang kuketuk ini
rumah bagi setiup ruh suci
qalbu dan juga lahat untuk mati
menunggu pemiliknya membuka diri
persembahanku
senampan hina dan dosa
pasangan cinta agung dan suci
berniat belajar katakata suci dariNYA
Allah Allah Allah
Manado, 1 Juni 2010
penuh kudis dosa dan baju camping
pengemis yang mengetuk di pintu hati
bukan untuk harap sedekah
satusatunya tempat yang kuketuk ini
rumah bagi setiup ruh suci
qalbu dan juga lahat untuk mati
menunggu pemiliknya membuka diri
persembahanku
senampan hina dan dosa
pasangan cinta agung dan suci
berniat belajar katakata suci dariNYA
Allah Allah Allah
Manado, 1 Juni 2010
elegi jari jari
jarijari lumpuh dibuku-bukunya
tak dialiri darah tak dialiri udara
ada diam yang berpikir resah dan ada letih memendam gelisah
tertampung di sempit dada
tak mendapat kanalkanal bersih
hanya got got mampet kotor
rasa dan baca saja hatiku
dengan ejaan ejaan yang kau pegang
jarijariku telah tiada, lumpuh oleh hari yang patah
Manado, 1 Juni 2010
tak dialiri darah tak dialiri udara
ada diam yang berpikir resah dan ada letih memendam gelisah
tertampung di sempit dada
tak mendapat kanalkanal bersih
hanya got got mampet kotor
rasa dan baca saja hatiku
dengan ejaan ejaan yang kau pegang
jarijariku telah tiada, lumpuh oleh hari yang patah
Manado, 1 Juni 2010
sajak internet
pake internet
bertemu duet
dalam puisi
saling mengisi
sudah kepepet
jangan digencet
jika aku pergi
kuharap engkau tak sudi
Manado, 30 Mei 2010
bertemu duet
dalam puisi
saling mengisi
sudah kepepet
jangan digencet
jika aku pergi
kuharap engkau tak sudi
Manado, 30 Mei 2010
kabar cuaca
kabar cuaca tak menentu
haru biru ku tak tahu
aku haru
semoga kau biru
ceritalah padaku
Manado, 30 Mei 2010
haru biru ku tak tahu
aku haru
semoga kau biru
ceritalah padaku
Manado, 30 Mei 2010
rindu malam
tidak seperti siang yang membakar
hanguskan warna
kurindu malam
bintangnya terang
walau dingin dan sepi
Manado, 30 Mei 2010
hanguskan warna
kurindu malam
bintangnya terang
walau dingin dan sepi
Manado, 30 Mei 2010
tak kudapati judul dalam kabut ini
senyumku tertahan dari sungging wajahmu, tak bisa lepas, wajahmu lindap tak utuh seperti dalam foto yang kupandang.
kau tahu,
padahal hatiku gatal sekali ingin memeluk tapi sebentuk angin yang dinginnya seperti ujung runcing jarum menusuk setiap poripori hingga dua lenganku yang tulus bertemu di depan dada hanya menemu kosong dipeluknya.
itulah selalu yang terasa di tiap tiap,
ya di tiap-tiap mendung menyergap kaget sekujur tubuh hingga tak nampak lagi seperti apa aku melainkan hanya kabut, dan sesekali kau lihat tanganku menggapaigapai, mencakar-cakar angin, putus asa.
lalu yang engkau pasti tak tahu,
bilakah itu berakhir dalam kepahitan, adalah belas kasihan pohonpohon yang tersayat kulit batang pohonnya dan layu dedaunnya menitik air melihatku meregang nafas yang megap seperti orang yang tenggelam baru belajar berenang dan bertahan pada nafas satusatunya yang tinggal di tenggorokan rapuh yang seperti ranting kering tua yang tak dipilih capung untuk bertengger karena takut terjatuh, rela memberi jalan bagi mentari mencairkan segala selimut kesumat kabut.
berangsur mentari menembus kabut, bulirbulir air berkaburan sembunyi di sela akar, tak bisa lagi pohonpohon dan mentari menolongku melainkan hanya membiarkan pandangnya yang nanar menuju aku yang terkulai dalam kaki tegap dan hati yang berombak, sementara senyummu pergi bersama kabut dibalik bukit yang biru dan damai penuh hijau, dan rasa gatal yang makin berkarat luruh menyerpih di harihariku sendiri.
Manado, 29 Mei 2010
kau tahu,
padahal hatiku gatal sekali ingin memeluk tapi sebentuk angin yang dinginnya seperti ujung runcing jarum menusuk setiap poripori hingga dua lenganku yang tulus bertemu di depan dada hanya menemu kosong dipeluknya.
itulah selalu yang terasa di tiap tiap,
ya di tiap-tiap mendung menyergap kaget sekujur tubuh hingga tak nampak lagi seperti apa aku melainkan hanya kabut, dan sesekali kau lihat tanganku menggapaigapai, mencakar-cakar angin, putus asa.
lalu yang engkau pasti tak tahu,
bilakah itu berakhir dalam kepahitan, adalah belas kasihan pohonpohon yang tersayat kulit batang pohonnya dan layu dedaunnya menitik air melihatku meregang nafas yang megap seperti orang yang tenggelam baru belajar berenang dan bertahan pada nafas satusatunya yang tinggal di tenggorokan rapuh yang seperti ranting kering tua yang tak dipilih capung untuk bertengger karena takut terjatuh, rela memberi jalan bagi mentari mencairkan segala selimut kesumat kabut.
berangsur mentari menembus kabut, bulirbulir air berkaburan sembunyi di sela akar, tak bisa lagi pohonpohon dan mentari menolongku melainkan hanya membiarkan pandangnya yang nanar menuju aku yang terkulai dalam kaki tegap dan hati yang berombak, sementara senyummu pergi bersama kabut dibalik bukit yang biru dan damai penuh hijau, dan rasa gatal yang makin berkarat luruh menyerpih di harihariku sendiri.
Manado, 29 Mei 2010
sihir resi purnama
nanti malam dibagian timur langit
akan ada upacara pembacaan sihir purnama
sedari siang dikabarkan
angin yang bertiup ramah
mentari yang memancar ramah
yang mengantar undangan tepat di depan pintu
cicit burung gembira mengajakku membukanya
"hadirlah di pelataran langit bagian timur"
"resi purnama berkenan menyampaikan sihir yang akan dirapalnya"
"anda diberi kehormatan menyampaikan permintaan"
"shir resi purnama akan melesatkannya di langit tujuh"
kututup lagi undangan itu bersama resah yang berkecamuk
"apa kirakira yang harus aku pinta?"
sore yang sepi memati hari
dalam lamunan kosong
mengikut diriku yang hampa
tak mengerti apa yang harus kuminta
tibatiba angin bersijingkat tanpa permisi
masuk dilorong gelap sebelah mata
berisyarat pada benakku
"mintalah pada resi purnama menjadi cahaya yang menghangatkan hati"
Manado, 28 Mei 2010
akan ada upacara pembacaan sihir purnama
sedari siang dikabarkan
angin yang bertiup ramah
mentari yang memancar ramah
yang mengantar undangan tepat di depan pintu
cicit burung gembira mengajakku membukanya
"hadirlah di pelataran langit bagian timur"
"resi purnama berkenan menyampaikan sihir yang akan dirapalnya"
"anda diberi kehormatan menyampaikan permintaan"
"shir resi purnama akan melesatkannya di langit tujuh"
kututup lagi undangan itu bersama resah yang berkecamuk
"apa kirakira yang harus aku pinta?"
sore yang sepi memati hari
dalam lamunan kosong
mengikut diriku yang hampa
tak mengerti apa yang harus kuminta
tibatiba angin bersijingkat tanpa permisi
masuk dilorong gelap sebelah mata
berisyarat pada benakku
"mintalah pada resi purnama menjadi cahaya yang menghangatkan hati"
Manado, 28 Mei 2010
meriap
kucari resap
dengan mengendap
tak urung hiruk dan pikuk mendekap
bersibuk oleh harapnya aku di derap
renung dan imaji kian megapmegap
aku hilang dalam lelap
kurindu sajak-sajakku tegap
Manado, 28 Mei 2010
dengan mengendap
tak urung hiruk dan pikuk mendekap
bersibuk oleh harapnya aku di derap
renung dan imaji kian megapmegap
aku hilang dalam lelap
kurindu sajak-sajakku tegap
Manado, 28 Mei 2010
angin dan ilalang, rebah
ilalang setinggi orang
mengacau jejak angin bergoyanggoyang
menyesat dijalan setapak
rebah berkelepak berserak
ilalang dimusim kering
berderik parau lagi nyaring
anginpun bergerak nyaris luput
melenggang luasa di atas rumput
ilalang di gurun sabana
aku berlari keujungnya cakrawala
tangan kubuka lebar mata tak melihat selain luasnya
ini kali aku bermain leluasa di angin angin ilalang rebah
Manado, 27 Mei 2010
mengacau jejak angin bergoyanggoyang
menyesat dijalan setapak
rebah berkelepak berserak
ilalang dimusim kering
berderik parau lagi nyaring
anginpun bergerak nyaris luput
melenggang luasa di atas rumput
ilalang di gurun sabana
aku berlari keujungnya cakrawala
tangan kubuka lebar mata tak melihat selain luasnya
ini kali aku bermain leluasa di angin angin ilalang rebah
Manado, 27 Mei 2010
tak serima dibanding dirimu
rima lebih cerah dari sore ini
langit biru dan cahaya lembut
tak sebiru selembut rima
bungabunga tuntas berkeramas air hujan
sekarang telah segar dan mengering cerah
tak sewangi rima
semilir sejuk yang berhembus
membasuh peluh siang
tak sesejuk rima
rima mari jalanjalan menikmati sore
agar semua tahu
makna biru,
makna lembut,
makna wangi,
juga sejuk
darimu rima
Manado, 26 Mei 2010
langit biru dan cahaya lembut
tak sebiru selembut rima
bungabunga tuntas berkeramas air hujan
sekarang telah segar dan mengering cerah
tak sewangi rima
semilir sejuk yang berhembus
membasuh peluh siang
tak sesejuk rima
rima mari jalanjalan menikmati sore
agar semua tahu
makna biru,
makna lembut,
makna wangi,
juga sejuk
darimu rima
Manado, 26 Mei 2010
dalam
dalam perbincangan tadi
adakah hati kita saling ngobrol akrab
dalam hidup ini
harusnya perbedaan bisa bersidekat
aku berpantun pada diriku
aku tertegun melihat segala semu
Manado, 25 Mei 2010
adakah hati kita saling ngobrol akrab
dalam hidup ini
harusnya perbedaan bisa bersidekat
aku berpantun pada diriku
aku tertegun melihat segala semu
Manado, 25 Mei 2010
bulan, jangan lelah
bulan, bulanku
kau jangan lelah dulu ya
perjalananmu masih cukup panjang
menyusul mentari di ufuk timur
awan tipis bedak wajahmu
awan tebal selimut bagi dingin atmosfir
aku ingin rebah di dadamu yang memantulkan sinar matahari
mengayuh hampa jalan sepi angkasa ke ufuk timur
Manado, 25 Mei 2010
kau jangan lelah dulu ya
perjalananmu masih cukup panjang
menyusul mentari di ufuk timur
awan tipis bedak wajahmu
awan tebal selimut bagi dingin atmosfir
aku ingin rebah di dadamu yang memantulkan sinar matahari
mengayuh hampa jalan sepi angkasa ke ufuk timur
Manado, 25 Mei 2010
dimanakah bahagia
dimanakah kebahagiaan ?
12 penjuru telah kutanya
12 penjuru kembali bertanya
dimanakah kebahagiaan ?
lalu tuhan pun berbicara rahasia
alam raya luas tak terhingga
kekasih mengajarkan
pahatlah hatimu dengan zikir yang kalimah
di tiap mata zikir beradu hati
serpih serpih ukiran yang tak berdaya luruh didasar dada
berteriak "kami bahagia !"
Manado, 25 Mei 2010
12 penjuru telah kutanya
12 penjuru kembali bertanya
dimanakah kebahagiaan ?
lalu tuhan pun berbicara rahasia
alam raya luas tak terhingga
kekasih mengajarkan
pahatlah hatimu dengan zikir yang kalimah
di tiap mata zikir beradu hati
serpih serpih ukiran yang tak berdaya luruh didasar dada
berteriak "kami bahagia !"
Manado, 25 Mei 2010
senjakala majapahit
senjakala majapahit bertabur jingga
darah dan emas memerah kuningkan cakrawala
angkara merah keagungan kuning digemuruh jiwa jiwa resah
palagan keagungan dan deru angkara
senjakala majapahit tenggelam dikabut malam
menyongsong ufuk emas yang dirindu terbit dari timur
Manado, 24 Mei 2010
darah dan emas memerah kuningkan cakrawala
angkara merah keagungan kuning digemuruh jiwa jiwa resah
palagan keagungan dan deru angkara
senjakala majapahit tenggelam dikabut malam
menyongsong ufuk emas yang dirindu terbit dari timur
Manado, 24 Mei 2010
rima
rima engkau telah pergi ?
tidak aku masih disini;
tapi kau tak ada ?
aku ada tapi tak kau jangkau lagi
bagaimana bisa rima ? sedang dunia kita berpijak sama?
tidak ! kita tidak berpijak di tanah yang sama
tidak menghirup udara sama
tidak mencium bau mentari sama
tanahmu adalah agar agar; tidak seperti aku penuh humus dan akar
udaramu kelembak bangkai; bukan paru paru pohon
mentarimu cahaya cahaya plastik; bukan panas yang menghangatkan
enggak rima !
itu hanya permainan kata saja !
engkau sendiri bercerita; tak ada beda agaragar dengan humus dan akar
keterbukaan hati lah yang menjadi mata bagi kita melihat
dan mataku masih tak mampu menantang milayaran silau matahari; tak mampu!
ah! sudahlah tak guna bicara denganmu
tidak rima justru kita harus bicara;
karena tuhan mencipta alam ini tidak dengan berdiam dan sembunyi
dia menampakkan diri dalam kalam; dalam alam kita
Manado, 21 Mei 2010
tidak aku masih disini;
tapi kau tak ada ?
aku ada tapi tak kau jangkau lagi
bagaimana bisa rima ? sedang dunia kita berpijak sama?
tidak ! kita tidak berpijak di tanah yang sama
tidak menghirup udara sama
tidak mencium bau mentari sama
tanahmu adalah agar agar; tidak seperti aku penuh humus dan akar
udaramu kelembak bangkai; bukan paru paru pohon
mentarimu cahaya cahaya plastik; bukan panas yang menghangatkan
enggak rima !
itu hanya permainan kata saja !
engkau sendiri bercerita; tak ada beda agaragar dengan humus dan akar
keterbukaan hati lah yang menjadi mata bagi kita melihat
dan mataku masih tak mampu menantang milayaran silau matahari; tak mampu!
ah! sudahlah tak guna bicara denganmu
tidak rima justru kita harus bicara;
karena tuhan mencipta alam ini tidak dengan berdiam dan sembunyi
dia menampakkan diri dalam kalam; dalam alam kita
Manado, 21 Mei 2010
kugenggam bulan tak kulepas #3
kugenggam bulan tak kulepas
karena bintang beralih sembunyi jejak
bulan tak bersinar lagi tanpa ada bintang
di angkasa hal demikian tak biasa
di bumi hal demikian petaka
di angkasa aku bergantung
di bumi aku berpijak
dalam kelam tak bercahaya
Manado, 21 Mei 2010
karena bintang beralih sembunyi jejak
bulan tak bersinar lagi tanpa ada bintang
di angkasa hal demikian tak biasa
di bumi hal demikian petaka
di angkasa aku bergantung
di bumi aku berpijak
dalam kelam tak bercahaya
Manado, 21 Mei 2010
kugenggam bulan tak kulepas #2
kugenggam bulan tak kulepas
menantang kilat siang hari
bulanku luruh bertiup angin di pasir
menggunung menimbun tubuh
menjadi lumpur yang mengendap oleh air mata
Manado, 20 Mei 2010
menantang kilat siang hari
bulanku luruh bertiup angin di pasir
menggunung menimbun tubuh
menjadi lumpur yang mengendap oleh air mata
Manado, 20 Mei 2010
geram
dada ini gemeretak menggeram
meremas udaraudara yang mendidih meletupletup penasaran
sudah habiskah kata kata darimu yang selalu santun dalam ujar
sudah mengeringkah bijakbijak kehidupan
sudah hilangkah semua? bahkan isyarat tak juga lagi kau punya
dada ini menuntut jawab namun hancur dibentur tembokmu yang diam dalam timbunan rahasia
kuhentak saja udara amarah agar terkeluar , hah !!!
Manado, 20 Mei 2010
meremas udaraudara yang mendidih meletupletup penasaran
sudah habiskah kata kata darimu yang selalu santun dalam ujar
sudah mengeringkah bijakbijak kehidupan
sudah hilangkah semua? bahkan isyarat tak juga lagi kau punya
dada ini menuntut jawab namun hancur dibentur tembokmu yang diam dalam timbunan rahasia
kuhentak saja udara amarah agar terkeluar , hah !!!
Manado, 20 Mei 2010
gamelan kepergian
derit kawat rebab menyayat penuh harmonis,
kayukayu bertalu perunggu kayukayu menabuh dengan merdu penuh anggun
bergema mendayu dayu hingga ke hati
mencipta lirih yang mengigil merasakan sukma sepahit empedu
ini tidak seperti biasanya
aku selalu hanyut arus ketenangan dalam denting denting bilah di atas rancakan
bunyi gamelan mampu membangun tembok kedap kebisingan dari sampah hiruk pikuk
ini tidak seperti biasanya, mungkin jiwa ini perlu beradaptasi lagi
alok alok wiraswara yang rampak dalam seruan: hak'e !
mematuh tamparan direntangan kulit yang diikat pada kedua ujung lobang kayu gelondong iringanpun jeda
akupun semelah dan jeda, ternyata tamparan sederhana pada kendang sanggup menggiring alunan
emosi masih tertahan berlanjut hingga gong penutup
satu bait ldr. sri rejeki tuntas kusimak
semakin liat saja gelegak emosiku tak mampu menemu kebersihan hati dan pikiran sehat
tentang kepergian tanpa jejak penjelasan
tidak seperti gending yang semeleh kepergiannya adalah kilatan petir yang menyambar
Manado, 19 Mei 2010
kayukayu bertalu perunggu kayukayu menabuh dengan merdu penuh anggun
bergema mendayu dayu hingga ke hati
mencipta lirih yang mengigil merasakan sukma sepahit empedu
ini tidak seperti biasanya
aku selalu hanyut arus ketenangan dalam denting denting bilah di atas rancakan
bunyi gamelan mampu membangun tembok kedap kebisingan dari sampah hiruk pikuk
ini tidak seperti biasanya, mungkin jiwa ini perlu beradaptasi lagi
alok alok wiraswara yang rampak dalam seruan: hak'e !
mematuh tamparan direntangan kulit yang diikat pada kedua ujung lobang kayu gelondong iringanpun jeda
akupun semelah dan jeda, ternyata tamparan sederhana pada kendang sanggup menggiring alunan
emosi masih tertahan berlanjut hingga gong penutup
satu bait ldr. sri rejeki tuntas kusimak
semakin liat saja gelegak emosiku tak mampu menemu kebersihan hati dan pikiran sehat
tentang kepergian tanpa jejak penjelasan
tidak seperti gending yang semeleh kepergiannya adalah kilatan petir yang menyambar
Manado, 19 Mei 2010
kugenggam bulan tak kulepas #1
memicingkan mata tepat di kulingkarkan ibu jari dan telunjukku, sempurna terang di dua jari
kugenggam bulan tak kulepas, malam kuisi dengan hangatnya
kujala angin dari susuh rimbunan gelap
meriap kala mengguyur tepat di ubun ubun resah, halau peluh segala kerinduan
dimanakah bidadari yang biasa membuka kalangan dari keheningan malam, lalu menari dan mendongeng betapa ramahnya alam dan tuhan
kupicingkan mata tepat di luasnya jagat tak menemunya diantara bintang
kuerat genggam rembulan jadikan suluh aku berkelana mencari
Manado, 18 Mei 2010
kugenggam bulan tak kulepas, malam kuisi dengan hangatnya
kujala angin dari susuh rimbunan gelap
meriap kala mengguyur tepat di ubun ubun resah, halau peluh segala kerinduan
dimanakah bidadari yang biasa membuka kalangan dari keheningan malam, lalu menari dan mendongeng betapa ramahnya alam dan tuhan
kupicingkan mata tepat di luasnya jagat tak menemunya diantara bintang
kuerat genggam rembulan jadikan suluh aku berkelana mencari
Manado, 18 Mei 2010
ada kenang
aspal yang mengelupas kerikilnya terburai
rumput rumput tajam, liar mengisi sela selanya
terpana menatap pandanganku yang selalu menunduk di perjalanan tadi
tak bergeming orang orang bergunjing
sesampai di kursi kerja ada kenang yang mengikatku
lamunan berlanjut di dalam dada tak beranjak
wajah yang membasahi aspal diarsir gerimis
juga satpam yang menegur di pinggir gerbang
Manado, 18 Mei 2010
rumput rumput tajam, liar mengisi sela selanya
terpana menatap pandanganku yang selalu menunduk di perjalanan tadi
tak bergeming orang orang bergunjing
sesampai di kursi kerja ada kenang yang mengikatku
lamunan berlanjut di dalam dada tak beranjak
wajah yang membasahi aspal diarsir gerimis
juga satpam yang menegur di pinggir gerbang
Manado, 18 Mei 2010
tangis bayi tergadai
merayap di dinding putih angkuh tembok rumah sakit
tangis bayi bergema gaungnya memantul kembali tak bisa keluar
iradat tuhan telah dirampas manusia
hak suci bayi bertemu orang tua tergadai oleh uang
tuhan tak mampu membayarnya
tuhan tak mampu membelinya
kalian orang orang miskin dilarang melahirkan
sumbatlah perankanmu dan kau bebas memadu hasrat
iradat tuhan tak bisa melaluimu
hanya membuat malu tuhan pada rumah sakit
karena hak atas anak bukan lagi padaNYA bukan lagi padamu
Manado, 18 Mei 2010
tangis bayi bergema gaungnya memantul kembali tak bisa keluar
iradat tuhan telah dirampas manusia
hak suci bayi bertemu orang tua tergadai oleh uang
tuhan tak mampu membayarnya
tuhan tak mampu membelinya
kalian orang orang miskin dilarang melahirkan
sumbatlah perankanmu dan kau bebas memadu hasrat
iradat tuhan tak bisa melaluimu
hanya membuat malu tuhan pada rumah sakit
karena hak atas anak bukan lagi padaNYA bukan lagi padamu
Manado, 18 Mei 2010
aku kecil debu tak nampak
membaca tulisanmu doa dari hati ridho akan keridhoan
bait keikhlasan
larik kepasrahan
siratkan misteri kedalaman hati
airmata ini gagah meresapi
jiwa gelisah dikepak kelangit kucari jawaban tuhan
aku kecil debu tak nampak
Manado, 17 Mei 2010
bait keikhlasan
larik kepasrahan
siratkan misteri kedalaman hati
airmata ini gagah meresapi
jiwa gelisah dikepak kelangit kucari jawaban tuhan
aku kecil debu tak nampak
Manado, 17 Mei 2010
cinta ini adalah mimpi
cinta ini adalah mimpi, maka terhadapmu adalah harapan
lama sudah kau nasehatkan padaku sari sari kebaikan
hingga kilau tajam pisau kenyataan mengiris pedih mimpi mimpi
lalu kepada siapa harus bercerita mimpiku jika tidur tak memimpi kamu lagi
setelah siang itu pintaku tak sanggup menahanmu pergi
di padang gersang puisiku berkelana mencarimu
tersesat dalam labirin ilalang yang pucat membisu
Manado, 16 Mei 2010
lama sudah kau nasehatkan padaku sari sari kebaikan
hingga kilau tajam pisau kenyataan mengiris pedih mimpi mimpi
lalu kepada siapa harus bercerita mimpiku jika tidur tak memimpi kamu lagi
setelah siang itu pintaku tak sanggup menahanmu pergi
di padang gersang puisiku berkelana mencarimu
tersesat dalam labirin ilalang yang pucat membisu
Manado, 16 Mei 2010
di pantai
desir desir pasir yang putih permadani cakrawala menyambut kehadiranku,
bunyi air terisap dari debur yang dihantar ombak: lagu selamat datang
tercenung aku sendiri mengingat ceritamu yang menyuka pantai
tentang kakimu yang putih menjadi lebih kemilau berbasuh air, lalu seakan ombak yang menyurut kelautan mengajakmu turut untuk serta, dan angin laut dikipaskan kewajahmu dari juntai juntai nyiur menghijau
memandang jauh mataku mememantulkan biru yang makin menua, ditiang perahu nelayan rinduku berkibar diterpa angin haluan, tercapar terik mentari
disini aku mencarimu namun hanya jejak jejak kaki yang tak kekal tersapu ombak kudapati
segeralah datang aku tak rela rinduku melegam terbakar siang
bunyi air terisap dari debur yang dihantar ombak: lagu selamat datang
tercenung aku sendiri mengingat ceritamu yang menyuka pantai
tentang kakimu yang putih menjadi lebih kemilau berbasuh air, lalu seakan ombak yang menyurut kelautan mengajakmu turut untuk serta, dan angin laut dikipaskan kewajahmu dari juntai juntai nyiur menghijau
memandang jauh mataku mememantulkan biru yang makin menua, ditiang perahu nelayan rinduku berkibar diterpa angin haluan, tercapar terik mentari
disini aku mencarimu namun hanya jejak jejak kaki yang tak kekal tersapu ombak kudapati
segeralah datang aku tak rela rinduku melegam terbakar siang
bintang baru
datanglah mendekat cantik
bersandarlah di dadaku yang sedang membara
karena pesonamu telah menghangatkan hati
tanganku akan segera mendekapmu dan seketika bulu halusnya berdiri ketika bersentuh tubuhmu yang dingin
kita lalu diam sejenak
kepalamu rebah di dada kiriku hingga kerudungmu sebagian tersisa dipundakku
sejenak bergeser sedikit ke kanan hingga telingamu tepat dimana degap jantungku berasal
seakan engkau hendak bermukim di situ
langit biru bersih malam hari semburat bintang taburan memenuhnya
ekor ekor cahaya yang berlarian mengibas menguaskan warna warna di kanvas langit
kelambu gantung peraduan kita
aku berbisik ditelingamu yang seperti sketsa dibalik tirai
tentang bintang yang baru lahir di langit itu
sinarnya berjuang menguat silau diantara jutaan kerlip
pandanganmu mengikut telunjukku yang mengarah
senyummu tipis kau gariskan lembut
bibirmu merekah segar seranum pipimu yang merona
matamu berkilau bahagia
lengan lenganku makin akrab dengan tubuhmu yang pasrah
hingga mengeratkan pelukanku
wajahku menunduk menikmati bintang dipelukan
Manado, 15 Mei 2010
bersandarlah di dadaku yang sedang membara
karena pesonamu telah menghangatkan hati
tanganku akan segera mendekapmu dan seketika bulu halusnya berdiri ketika bersentuh tubuhmu yang dingin
kita lalu diam sejenak
kepalamu rebah di dada kiriku hingga kerudungmu sebagian tersisa dipundakku
sejenak bergeser sedikit ke kanan hingga telingamu tepat dimana degap jantungku berasal
seakan engkau hendak bermukim di situ
langit biru bersih malam hari semburat bintang taburan memenuhnya
ekor ekor cahaya yang berlarian mengibas menguaskan warna warna di kanvas langit
kelambu gantung peraduan kita
aku berbisik ditelingamu yang seperti sketsa dibalik tirai
tentang bintang yang baru lahir di langit itu
sinarnya berjuang menguat silau diantara jutaan kerlip
pandanganmu mengikut telunjukku yang mengarah
senyummu tipis kau gariskan lembut
bibirmu merekah segar seranum pipimu yang merona
matamu berkilau bahagia
lengan lenganku makin akrab dengan tubuhmu yang pasrah
hingga mengeratkan pelukanku
wajahku menunduk menikmati bintang dipelukan
Manado, 15 Mei 2010
ajaib
kutunggu senyummu esok
bersama mentari yang menjilat hangat
dan gerah yang mengairi tubuh semalam
dapat disegarkan nyanyi cicit burung
serta rimbunan nafas pohon disepanjang jalanku
kehangatan hatimu
sanggup membangun dunia imaji
hanya dari khayalku saja
ajaib !
Manado, 14 Mei 2010
bersama mentari yang menjilat hangat
dan gerah yang mengairi tubuh semalam
dapat disegarkan nyanyi cicit burung
serta rimbunan nafas pohon disepanjang jalanku
kehangatan hatimu
sanggup membangun dunia imaji
hanya dari khayalku saja
ajaib !
Manado, 14 Mei 2010
di sebuah areal parkir
di tembok yang belum jadi, tanganku memegang tak berdaya besi besi tulangannya
punggung bersandar pada angin kaki menapak gemeletakan batu berserak
berpayung pohon bambu disinari cahaya bintang dan temaram bulan
jiwaku berkelana dalam nada nada suara, setelah kelelahannya, setelah ketidakhadirannya, dua minggu yang hilang.
kami bercerita tentang sebuah dekapan dalam mimpi
gurau tawa menghangatkan realita sebuah malam
yang dingin dan berbising mesin kendaraan
14 Mei 2010
punggung bersandar pada angin kaki menapak gemeletakan batu berserak
berpayung pohon bambu disinari cahaya bintang dan temaram bulan
jiwaku berkelana dalam nada nada suara, setelah kelelahannya, setelah ketidakhadirannya, dua minggu yang hilang.
kami bercerita tentang sebuah dekapan dalam mimpi
gurau tawa menghangatkan realita sebuah malam
yang dingin dan berbising mesin kendaraan
14 Mei 2010
kelebat wajah
kelebat rona muka
dari tiap kedip mata
ingatan telinga
menusuk sukma
tak menjumpa wajah di langit mendung
senyapnya hati resah terkungkung
rinduku hanya mampu terdiam
digigil hujan jeritnya kelam
Manado, 13 Mei 2010
dari tiap kedip mata
ingatan telinga
menusuk sukma
tak menjumpa wajah di langit mendung
senyapnya hati resah terkungkung
rinduku hanya mampu terdiam
digigil hujan jeritnya kelam
Manado, 13 Mei 2010
semoga saja
semoga saja seperti alam raya ini
yang terus berputar dan berganti
kau tetaplah bulan kala malam
dan mentari kala pagi
aku adalah bumi yang menerima keduanya
Manado, 12 Mei 2010
yang terus berputar dan berganti
kau tetaplah bulan kala malam
dan mentari kala pagi
aku adalah bumi yang menerima keduanya
Manado, 12 Mei 2010
jika saja
jika saja bisa aku pahat angin menjadi suara
tentu tidak lagi aku menyesatkan diri dalam tanya
mencari suaramu diantara belantara
yang tanpa sengaja tercipta kala itu
ketika sapa bersua
Manado, 12 Mei 2010
tentu tidak lagi aku menyesatkan diri dalam tanya
mencari suaramu diantara belantara
yang tanpa sengaja tercipta kala itu
ketika sapa bersua
Manado, 12 Mei 2010
kutuk
kutuk cinta
bersupata disaksikan alam yang masih purba
berkelana di buana manusia
dengan hati bersih dia menjadi jiwa
kutuk nafsu
bersupata disaksikan kegelapan dari mula
berkelana pada jagat jiwa manusia
dengan hati bersih dia menjadi warna
Manado, 12 Mei 2010
bersupata disaksikan alam yang masih purba
berkelana di buana manusia
dengan hati bersih dia menjadi jiwa
kutuk nafsu
bersupata disaksikan kegelapan dari mula
berkelana pada jagat jiwa manusia
dengan hati bersih dia menjadi warna
Manado, 12 Mei 2010
serigala
serigala bermata merah
lidahnya menjulur liurnya meretas
runcing taringnya berkilau menari irama perang dikilau bulan
tubuhnya diam dan makin awas mengintip segala ingsut
bergetar dengusnya mewaspadakan seluruh indera
dingin dari runcing angin yang menusuk
menyudutkannya pada lapar
kaki kakinya semakin bergetar
badannya meliuk sedikit mengikut gelombang haus
dia mengintai pada hati manusia
yang gersang dan bertabur bangkai
Manado, 12 Mei 2010
lidahnya menjulur liurnya meretas
runcing taringnya berkilau menari irama perang dikilau bulan
tubuhnya diam dan makin awas mengintip segala ingsut
bergetar dengusnya mewaspadakan seluruh indera
dingin dari runcing angin yang menusuk
menyudutkannya pada lapar
kaki kakinya semakin bergetar
badannya meliuk sedikit mengikut gelombang haus
dia mengintai pada hati manusia
yang gersang dan bertabur bangkai
Manado, 12 Mei 2010
hujan malam ini #3
hujan malam ini
mataku yang nanar dan pedih
hatiku memohon awan yang menggelisahkan
suntingkan bunga anggrek liar di lereng gunung
dan sematkan di dalam dadaku
dan sematkan di dalam dadanya
tinggalkan kami dalam sunyi
biar kami merangkai berdua saja
Manado, 10 Mei 2010
mataku yang nanar dan pedih
hatiku memohon awan yang menggelisahkan
suntingkan bunga anggrek liar di lereng gunung
dan sematkan di dalam dadaku
dan sematkan di dalam dadanya
tinggalkan kami dalam sunyi
biar kami merangkai berdua saja
Manado, 10 Mei 2010
hujan malam ini #2
hujan malam ini
punah gelisah aku menunggu
segala cerita telah kulumat dalam dada
dia disana menjaga amanah
aku sungguh menjaga cintanya
Manado, 10 Mei 2010
punah gelisah aku menunggu
segala cerita telah kulumat dalam dada
dia disana menjaga amanah
aku sungguh menjaga cintanya
Manado, 10 Mei 2010
hujan malam ini
hujan malam ini
telah membangun tembok penghalang angin
mungkin harus berkuyup tubuh
hanya untuk merasakan kesegaran
kasihku dimana pintu aku harus keluar
jika lubang angin sedikitpun tak kau tinggalkan
satu pak rokok sebuah korek api
dengan tulus mencipta kabut pesona
Manado, 10 Mei 2010
telah membangun tembok penghalang angin
mungkin harus berkuyup tubuh
hanya untuk merasakan kesegaran
kasihku dimana pintu aku harus keluar
jika lubang angin sedikitpun tak kau tinggalkan
satu pak rokok sebuah korek api
dengan tulus mencipta kabut pesona
Manado, 10 Mei 2010
melati itu beterbangan
hujan di malam ini
bermula dari sungai berliku lalu bermuara di laut
sari sari dari tanah dibawanya
semua basah dan kuyup
percik percik air dari daun ke tanah
menandai hitungan dalam waktu
ada yang menjelma ada yang menjelma
melati itu berterbangan menjadi kupu kupu putih
Manado, 10 Mei 2010
bermula dari sungai berliku lalu bermuara di laut
sari sari dari tanah dibawanya
semua basah dan kuyup
percik percik air dari daun ke tanah
menandai hitungan dalam waktu
ada yang menjelma ada yang menjelma
melati itu berterbangan menjadi kupu kupu putih
Manado, 10 Mei 2010
adalah sendirimu
adalah sendirimu dalam ramai yang melayang dan selalu mengambang di udara
kabut makin pekat menutup jalan setapak menujumu
dari daun daun dan ranting basah yang menyimpan bayangbayangmu
aku bertanya kemana engkau
datanglah kembali menembus kabut karena hangatmu yang sanggup
kita bertemu disini saja
lalu rebah dan biarkan rumput rumput yang menjadi saksi
Manado, 10 Mei 2010
kabut makin pekat menutup jalan setapak menujumu
dari daun daun dan ranting basah yang menyimpan bayangbayangmu
aku bertanya kemana engkau
datanglah kembali menembus kabut karena hangatmu yang sanggup
kita bertemu disini saja
lalu rebah dan biarkan rumput rumput yang menjadi saksi
Manado, 10 Mei 2010
dalam diam
dalam diam
ada pelangi dari mozaik air muka yang senantiasa membayang di mata
ada sinar mata yang cahayanya menusuk jutaan poripori tubuhku menegakkan bulubulunya
ada senyum yang sedikit sunggingnya sungguh, sanggup menghentikan waktu
ada gerak yang walau diam selalu menari nari di panggung bercahaya
ada suara yang lamat lamat mengunyah renyah telinga
dalam diam
ada ragu lalu membiru membilu tak lalu menjadi sedu
ada acuh yang sanggup membunuh
ada canda yang tak kumengerti apa yang membuatnya tertawa
ada jarak yang berbilang langit dengan bumi
dalam diam
dia bertahan
hingga waktu bersaksi
bahwa diam tak selalu emas
Manado, 8 Mei 2010
ada pelangi dari mozaik air muka yang senantiasa membayang di mata
ada sinar mata yang cahayanya menusuk jutaan poripori tubuhku menegakkan bulubulunya
ada senyum yang sedikit sunggingnya sungguh, sanggup menghentikan waktu
ada gerak yang walau diam selalu menari nari di panggung bercahaya
ada suara yang lamat lamat mengunyah renyah telinga
dalam diam
ada ragu lalu membiru membilu tak lalu menjadi sedu
ada acuh yang sanggup membunuh
ada canda yang tak kumengerti apa yang membuatnya tertawa
ada jarak yang berbilang langit dengan bumi
dalam diam
dia bertahan
hingga waktu bersaksi
bahwa diam tak selalu emas
Manado, 8 Mei 2010
pada bayang antara 1993 – 1994
dan getar tiba tiba terkirim diantara riuh hari kala itu
desir desir kuat menjadi degapnya jantung
kala masa itu purba
adalah persinggahan singkat
meninggalkan hidangan kue di meja
tergigit sedikit ujungnya lalu kembali memenuh piring
hingga lalat lalat membersih habiskan semua yang di hati
purba perburuan jati diri
onak duri disambut tawa
kegagalan menjadi lelucon yang menghibur
menangkap isyarat salah menjadi suluh penunjuk keyakinan
butakah kala itu kedua kelopak mata ini
bahkan mata yang hitam sanggup mengkilapkan cahaya
berhasil menyilaukan diantara teman cengkeramaku
butakah kala itu
tidak!
pada bayang bayang antara 1993 - 1994
seperti bayang bayang yang lain selalu menjauh sumber cahaya
jika kita makin mendekat kini
hingga getar itu tenggelam memfosil dalam gelapnya pusat bayang bayang
seorang ibu muda mendapatinya dalam tempat kaca
dimana seluruh sejarah dipamerkan di tempat itu
Manado, 6 Mei 2010
desir desir kuat menjadi degapnya jantung
kala masa itu purba
adalah persinggahan singkat
meninggalkan hidangan kue di meja
tergigit sedikit ujungnya lalu kembali memenuh piring
hingga lalat lalat membersih habiskan semua yang di hati
purba perburuan jati diri
onak duri disambut tawa
kegagalan menjadi lelucon yang menghibur
menangkap isyarat salah menjadi suluh penunjuk keyakinan
butakah kala itu kedua kelopak mata ini
bahkan mata yang hitam sanggup mengkilapkan cahaya
berhasil menyilaukan diantara teman cengkeramaku
butakah kala itu
tidak!
pada bayang bayang antara 1993 - 1994
seperti bayang bayang yang lain selalu menjauh sumber cahaya
jika kita makin mendekat kini
hingga getar itu tenggelam memfosil dalam gelapnya pusat bayang bayang
seorang ibu muda mendapatinya dalam tempat kaca
dimana seluruh sejarah dipamerkan di tempat itu
Manado, 6 Mei 2010
AH
ah .. otakku pekat jelaga
kutanya hati di halau tabu
ah .. ayolah aku
ayun aku jauh ke kesadaran
bermain nafsu
hati lindap
ah .. tuhan maha cinta
kenapa kau cipta nafsu
bait-baitmu mana harus kurujuk
jika engkau tak mengalami
tapi membuatnya terjadi
ah ..ayolah aku
ayun aku jauh ke kesadaran
tanpa harus membelah angin yang tenang
Manado, 6 Mei 2010
kutanya hati di halau tabu
ah .. ayolah aku
ayun aku jauh ke kesadaran
bermain nafsu
hati lindap
ah .. tuhan maha cinta
kenapa kau cipta nafsu
bait-baitmu mana harus kurujuk
jika engkau tak mengalami
tapi membuatnya terjadi
ah ..ayolah aku
ayun aku jauh ke kesadaran
tanpa harus membelah angin yang tenang
Manado, 6 Mei 2010
tak kulihat bianglala
mendung itu tidak menggumpal dan segelap badai mengganas
cukup membuat semua yang ada dalam dada menjadi abu abu
udara panas dari laut yang mendidih lalu menghembusnya
deras kesedihan merenangi cukup lama
di dalam ruang kuhibur diri bersama lampu lampu bercahya
membantu mengeja mata karena sudah banjir air yang asin
mengembang dipelupuk mata bermuara di ujung mulut
matahari berilah aku kabar baik karena tak kulihat bianglala dari hujan ini
Manado, 5 Mei 2010
cukup membuat semua yang ada dalam dada menjadi abu abu
udara panas dari laut yang mendidih lalu menghembusnya
deras kesedihan merenangi cukup lama
di dalam ruang kuhibur diri bersama lampu lampu bercahya
membantu mengeja mata karena sudah banjir air yang asin
mengembang dipelupuk mata bermuara di ujung mulut
matahari berilah aku kabar baik karena tak kulihat bianglala dari hujan ini
Manado, 5 Mei 2010
cicak
ada suara cicak di ruang tengah yang TV dan lampunya sudah dimatikan
ada suara jangkrik dibatas tembok dengan tanah diluar dekat kamar
sepinya menggigit
yang tidak ada hanya sapa
mata ini sudah tak mampu lagi untuk segar
suara cicak dan jangkrik makin mengajak berteka teki
meresapi bisikan bisikannya yang bukan saja tak terdengar
tapi juga tak kumengerti
konon mereka mengetahui yang terbersit di hati
tentang harapku 2 malam terakhir
dan kutegaskan lagi tadi pagi
agar segera terkabul
tapi suara cicak dan jangkrik
hanya nada nada yang tak kumengerti
makin mendekatkan jarak dengan sepi
dihalaman belakang sebelah rumah ayam jantan bertalu menabuh genderang tengah malahm
menarik jauh kedalam sepi yang makin larut
harap dan kabar kubawa terpejam
doaku tidak pernah tidur
Manado, 4 Mei 2010
ada suara jangkrik dibatas tembok dengan tanah diluar dekat kamar
sepinya menggigit
yang tidak ada hanya sapa
mata ini sudah tak mampu lagi untuk segar
suara cicak dan jangkrik makin mengajak berteka teki
meresapi bisikan bisikannya yang bukan saja tak terdengar
tapi juga tak kumengerti
konon mereka mengetahui yang terbersit di hati
tentang harapku 2 malam terakhir
dan kutegaskan lagi tadi pagi
agar segera terkabul
tapi suara cicak dan jangkrik
hanya nada nada yang tak kumengerti
makin mendekatkan jarak dengan sepi
dihalaman belakang sebelah rumah ayam jantan bertalu menabuh genderang tengah malahm
menarik jauh kedalam sepi yang makin larut
harap dan kabar kubawa terpejam
doaku tidak pernah tidur
Manado, 4 Mei 2010
berharap
aku disini
keringat menyusuri dahi dan leher
gelisahku jauh disana
berharap tidak ada selain kebaikan
Manado, 4 Mei 2010
keringat menyusuri dahi dan leher
gelisahku jauh disana
berharap tidak ada selain kebaikan
Manado, 4 Mei 2010
lulus
lulus....!
pekik seorang pelajar
membaca kata yang tercetak dengan huruf besar
di selembar kertas yang hampir hampir robek
karena basah oleh tangannya yang membanjir keringat
dan akhirnya memang sudah suratan bahwa kertas itu sobek
berpendar serpih serpih yang melayang dan sesekali
memantulkan cahaya mentari
menjadi seperti lampu cermin di diskotik
tuntaslah sudah segala resahnya
yang seakan telah menelan hidupnya
beberapa bulan terakhir
sebuah garis bahwa dia harus bersanding dengan anggota siskamling
memeriksa setiap gang dan lorong lorong dari bukunya
di pinggiran desa
temannya satu bangku
melempar tali yang dicuri dari leher sapi yang diikat
di dahan terkuat yang sudah dia pahami
di ikatnya satu ujung pada dahan lain untuk penahan
dia berdiri gagah di dahan tadi
dosa dosanya pada orang tua seakan tak terampuni lagi
nama baik keluarga terjerembab di kubangan septic tank
dia sudah TEKAD harus menebusnya dan BERTANGGUNG JAWAB
pendar pendar serpih robekan kertas
melayang layang tak memantulkan mentari
seekor kambing menyaksikan sambil sesekali
menjilat kaki yang terjuntai
.....
aku marah sekali melihat berita TV seperti itu
langsung saja ku pindahkan channel
dan tidur membiru dendam
Manado, 4 Mei 2010
pekik seorang pelajar
membaca kata yang tercetak dengan huruf besar
di selembar kertas yang hampir hampir robek
karena basah oleh tangannya yang membanjir keringat
dan akhirnya memang sudah suratan bahwa kertas itu sobek
berpendar serpih serpih yang melayang dan sesekali
memantulkan cahaya mentari
menjadi seperti lampu cermin di diskotik
tuntaslah sudah segala resahnya
yang seakan telah menelan hidupnya
beberapa bulan terakhir
sebuah garis bahwa dia harus bersanding dengan anggota siskamling
memeriksa setiap gang dan lorong lorong dari bukunya
di pinggiran desa
temannya satu bangku
melempar tali yang dicuri dari leher sapi yang diikat
di dahan terkuat yang sudah dia pahami
di ikatnya satu ujung pada dahan lain untuk penahan
dia berdiri gagah di dahan tadi
dosa dosanya pada orang tua seakan tak terampuni lagi
nama baik keluarga terjerembab di kubangan septic tank
dia sudah TEKAD harus menebusnya dan BERTANGGUNG JAWAB
pendar pendar serpih robekan kertas
melayang layang tak memantulkan mentari
seekor kambing menyaksikan sambil sesekali
menjilat kaki yang terjuntai
.....
aku marah sekali melihat berita TV seperti itu
langsung saja ku pindahkan channel
dan tidur membiru dendam
Manado, 4 Mei 2010
apa yang dirasanya?
rupanya riang sedang mengguyur tubuhmu
dan engkau berterima kasih kepada air air yang menetes
dari embun embun nafas kala senyum dan kala ramah
yang menfilm di benakmu dan sesuka hati lakon apa akan dipilih imaji
hingga.. tidak seketika itu pula, lalu
menjelma bunga bunga
menjelma kekasihmu
menjelma adegan engkau berlarian dengan kekasih di taman yang hanya ada 2 orang disitu
hingga menyalakan api yang sulur sulurnya sedikit redup di dadamu
katakanlah akan kemana engkau mau
sedangkan kaki dan tanganmu terikat
Manado, 4 Mei 2010
dan engkau berterima kasih kepada air air yang menetes
dari embun embun nafas kala senyum dan kala ramah
yang menfilm di benakmu dan sesuka hati lakon apa akan dipilih imaji
hingga.. tidak seketika itu pula, lalu
menjelma bunga bunga
menjelma kekasihmu
menjelma adegan engkau berlarian dengan kekasih di taman yang hanya ada 2 orang disitu
hingga menyalakan api yang sulur sulurnya sedikit redup di dadamu
katakanlah akan kemana engkau mau
sedangkan kaki dan tanganmu terikat
Manado, 4 Mei 2010
Tuhan, Sekarang !
Tuhan ...
Tuhan ...
Tuhan ...
Tuhanku
dari segala pintaku
kabulkan satu saja dahulu sekarang
ya sekarang
bukan besok atau lusa atau kapan menurut Engkau baik
tapi sekarang
aku minta .. angkat dan kirim segala sakit penyakit
yang sekedar singgah di sekitar ku
di orang-orang yang dekat denganku
dan orang orang terdekat dari orang orang terdekatku semua
dan mereka yang fakir dan mereka yang kesusahan
ke tempat tempat yang kami manusia bahkan
belum pernah mendengar nama atau melihatnya
.....
bukan karena anti dengan sakitmu
sungguh salah tuhan
tapi dengan hati bersih dan ikhlas
segala sakit adalah ujian penghambaan
....
ujian itu telah membekas
bagi penghayatan ke adi kuasaan diriMU
dan kekerdilan selain diriMU
....
Tuhan Engkau pasti sedang tidak tidur
dengan penuh Iman aku yakin
engkau mendengar hati yang berdoa
dan aksara aksara yang mengalir
dengan iman dan yakin pula
engkau langsung kabulkan
karena engkau TUHAN
Manado, 3 Mei 2010
Tuhan ...
Tuhan ...
Tuhanku
dari segala pintaku
kabulkan satu saja dahulu sekarang
ya sekarang
bukan besok atau lusa atau kapan menurut Engkau baik
tapi sekarang
aku minta .. angkat dan kirim segala sakit penyakit
yang sekedar singgah di sekitar ku
di orang-orang yang dekat denganku
dan orang orang terdekat dari orang orang terdekatku semua
dan mereka yang fakir dan mereka yang kesusahan
ke tempat tempat yang kami manusia bahkan
belum pernah mendengar nama atau melihatnya
.....
bukan karena anti dengan sakitmu
sungguh salah tuhan
tapi dengan hati bersih dan ikhlas
segala sakit adalah ujian penghambaan
....
ujian itu telah membekas
bagi penghayatan ke adi kuasaan diriMU
dan kekerdilan selain diriMU
....
Tuhan Engkau pasti sedang tidak tidur
dengan penuh Iman aku yakin
engkau mendengar hati yang berdoa
dan aksara aksara yang mengalir
dengan iman dan yakin pula
engkau langsung kabulkan
karena engkau TUHAN
Manado, 3 Mei 2010
datanglah
datanglah terus seperti ini
tamu hati dan pikiranku
hingga lelah menjadi batas
aku masih haus menulis
kertas putih dan tinta hitam
bagai pelangi warna warni abadi
Manado, 3 Mei 2010
tamu hati dan pikiranku
hingga lelah menjadi batas
aku masih haus menulis
kertas putih dan tinta hitam
bagai pelangi warna warni abadi
Manado, 3 Mei 2010
sejak peristiwa itu
sejak peristiwa itu
malam malam seperti menjauhiku
hanya menyisakan kantuk yang sangat
ruang gelap, meja, kursi dan dipan
sungguh menunjukkan kesejatian kebendaannya
mereka tidak lagi berkomunikasi denganku
bahkan cahaya monitor tidak sepelangi dulu
sejak peristiwa itu
1 juta kata dalam kamus
hanya huruf huruf mati tak berarti
tanda baca dan jeda ucapan menjadi antah
bulu bulu dan rambutnya berdiri
telinganya dipekakkan oleh suara halilintar
yang hampir hampir langit pecah walau sempat retak
itulah saat huruf huruf pun membatu
sejak peristiwa itu pula
seakan cahaya berdiam disitu
biasanya dia merambat ke mata
lalu bermukin sejenak di benakku
sebelum bertamu di hati
hingga kegaiban merubahnya menjadi cair
menjadi tinta untuk ditorehkan
lalu sekumpulan sepi bercengkerama
mereka bercanda riang
jika saja tidak kuhardiknya
hingga meminta maaf,
"baiklah" (demikian aku memaafkan mereka)
namun sepi makin diam disitu
menyesali hadirnya
terikat terus disitu oleh kutukku
kini menunggu cintaku membakar tali tali pengikat
agar segera pergi menjauh
Manado, 3 Mei 2010
malam malam seperti menjauhiku
hanya menyisakan kantuk yang sangat
ruang gelap, meja, kursi dan dipan
sungguh menunjukkan kesejatian kebendaannya
mereka tidak lagi berkomunikasi denganku
bahkan cahaya monitor tidak sepelangi dulu
sejak peristiwa itu
1 juta kata dalam kamus
hanya huruf huruf mati tak berarti
tanda baca dan jeda ucapan menjadi antah
bulu bulu dan rambutnya berdiri
telinganya dipekakkan oleh suara halilintar
yang hampir hampir langit pecah walau sempat retak
itulah saat huruf huruf pun membatu
sejak peristiwa itu pula
seakan cahaya berdiam disitu
biasanya dia merambat ke mata
lalu bermukin sejenak di benakku
sebelum bertamu di hati
hingga kegaiban merubahnya menjadi cair
menjadi tinta untuk ditorehkan
lalu sekumpulan sepi bercengkerama
mereka bercanda riang
jika saja tidak kuhardiknya
hingga meminta maaf,
"baiklah" (demikian aku memaafkan mereka)
namun sepi makin diam disitu
menyesali hadirnya
terikat terus disitu oleh kutukku
kini menunggu cintaku membakar tali tali pengikat
agar segera pergi menjauh
Manado, 3 Mei 2010
berebut ikan
burung burung bangau menggaris putih di langit di laut biru
riuhnya suara mengabarkan hari cerah pada nelayan
mereka berebutan ikan
bangau bangau berkendara angin, nelayan didayung angin
jaring-jaring telah diperiksa
jangan ada putus dan kendor sulaman
ditengah laut gelepar gelepar ikan dalam jaring
tak kalah ramai dengan binar mata nelayan dan senyum bahagia bangau bangau
Manado, 3 Mei 2010
riuhnya suara mengabarkan hari cerah pada nelayan
mereka berebutan ikan
bangau bangau berkendara angin, nelayan didayung angin
jaring-jaring telah diperiksa
jangan ada putus dan kendor sulaman
ditengah laut gelepar gelepar ikan dalam jaring
tak kalah ramai dengan binar mata nelayan dan senyum bahagia bangau bangau
Manado, 3 Mei 2010
bising
bising genset seakan kekal menggaung di sekiling ruang
entah mengapa padahal genset itu cukup jauh dan memiliki gedungnya sendiri
ruangku ini juga tidak berada dalam gua
justru langit luas menaungi
dimanakah sesungguhnya gema itu bersembunyi
benakku terus menerus didera tanya
mengapa kejadiannya sama seperti rindu ini
selalu menggema dalam dada
Manado, 3 Mei 2010
entah mengapa padahal genset itu cukup jauh dan memiliki gedungnya sendiri
ruangku ini juga tidak berada dalam gua
justru langit luas menaungi
dimanakah sesungguhnya gema itu bersembunyi
benakku terus menerus didera tanya
mengapa kejadiannya sama seperti rindu ini
selalu menggema dalam dada
Manado, 3 Mei 2010
Selasa, 12 April 2011
bagaimana?
mau kamu bagaimana
aku tidak tahu
ya sudah
..
tetapi kenapa seperti menyisakan tanda tanya besar
Manado, 2 Mei 2010
aku tidak tahu
ya sudah
..
tetapi kenapa seperti menyisakan tanda tanya besar
Manado, 2 Mei 2010
inilah cerita
tidak pupus atau dipendam
tapi mati kala itu karena takdirnya
hingga kemudian hidup ditiup ruh kehadirannya
berkembang tumbuh dengan pupuk tutur katanya
Manado, 30 April 2010
tapi mati kala itu karena takdirnya
hingga kemudian hidup ditiup ruh kehadirannya
berkembang tumbuh dengan pupuk tutur katanya
Manado, 30 April 2010
Sabtu, 09 April 2011
Kabar Dari Laut (selingan sebuah Sajak dari Chairil Anwar)
Kabar Dari Laut
aku memang benar tolol ketika itu
mau pula membikin hubungan dengan kau;
lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu
berujuk kembali dengan tujuan biru
di tubuhku ada luka sekarang,
bertambah lebar juga, mengeluar darah,
di bekas dulu kau cium nafsu dan garang;
lagi aku pun sangat lemah serta menyerah.
hidup berlangsung antara buritan dan kemudi.
pembatasan cuma tambah menyatukan kenang.
dan tawa gila pada whisky tercermin tenang.
dan kau? apakah kerjamu sembahyang dan memuji,
atau diantara mereka juga terdampar,
burung mati pagi hari di sisi sangkar?
Chairil Anwar - 1946
Manado, 10 April 2011
aku memang benar tolol ketika itu
mau pula membikin hubungan dengan kau;
lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu
berujuk kembali dengan tujuan biru
di tubuhku ada luka sekarang,
bertambah lebar juga, mengeluar darah,
di bekas dulu kau cium nafsu dan garang;
lagi aku pun sangat lemah serta menyerah.
hidup berlangsung antara buritan dan kemudi.
pembatasan cuma tambah menyatukan kenang.
dan tawa gila pada whisky tercermin tenang.
dan kau? apakah kerjamu sembahyang dan memuji,
atau diantara mereka juga terdampar,
burung mati pagi hari di sisi sangkar?
Chairil Anwar - 1946
Manado, 10 April 2011
tidakkah engkau rindu seperti aku
tidakkah engkau rindu seperti aku
tentang pergumulan canda kata kita
di malam malam yang selalu berdenyut pagi
yang membuat iri dinding dinding kamar yang selalu dingin
walau udara telah begitu membakar
dan akhir akhir lalu engkau berbincang
tentang isyarat pertemuan
hingga meretakkan tembok tembok kamar
karena malam tak lagi berdenyut pagi
kini malam telah mencipta paginya sendiri
walau sejauh alam ada hingga tak bisa kita kira kapan berakhirnya
malam tetaplah gelap bertabur bintang bulan
dan bahkan sesekali mendung
juga angin seperti mati
kehilangan jiwa untuk berhembus
Manado, 29 April 2010
tentang pergumulan canda kata kita
di malam malam yang selalu berdenyut pagi
yang membuat iri dinding dinding kamar yang selalu dingin
walau udara telah begitu membakar
dan akhir akhir lalu engkau berbincang
tentang isyarat pertemuan
hingga meretakkan tembok tembok kamar
karena malam tak lagi berdenyut pagi
kini malam telah mencipta paginya sendiri
walau sejauh alam ada hingga tak bisa kita kira kapan berakhirnya
malam tetaplah gelap bertabur bintang bulan
dan bahkan sesekali mendung
juga angin seperti mati
kehilangan jiwa untuk berhembus
Manado, 29 April 2010
tolong jangan pamit
tolong jangan pamit
engkau baru datang
belum lama juga aku menyambutmu
bersama merekahnya pagi di ufuk
yang membelah pecah perlahan langit malam
bicaralah yang lain
jangan bicara pamit
apalagi,
jangan diam
Manado, 29 April 2010
engkau baru datang
belum lama juga aku menyambutmu
bersama merekahnya pagi di ufuk
yang membelah pecah perlahan langit malam
bicaralah yang lain
jangan bicara pamit
apalagi,
jangan diam
Manado, 29 April 2010
di kedalaman cintaku diam
mendung hari hari memakin kelam
di kedalaman cintaku diam
jika tuhan membuatnya sirna
memang bukan karena tak suka
seperti pelangi yang selalu ada
kala mentari membakar bulir air di udara
itu memang sudah jamaknya
perasaan syahdu dan sedih
pasti menghimpit perih
melahirkan ucap yang lirih sembunyi
tapi tak ada satu katapun yang sanggup memberi arti
apa dan bagaimana yang dimau hati
mendung hari hari memakin kelam
di kedalaman cintaku diam
dua insan dewasa menemu indah
kala waktu tak lagi ada
sudah ... menjadi milik yang ada
berlalu ... keindahaan tidak bisa punah
berganti ... keindahan senantiasa harus dilangkah
aaahh ... iya
mendung hari hari memakin kelam
dan, ..di kedalaman .. cintaku diam
cinta yang begini bagai hari yang memakin kelam
di kedalaman dia menunggu giliran
saat bila mentari bersinar bebas
menghalau mendung menjadi awan terang
Manado, 28 April 2010
di kedalaman cintaku diam
jika tuhan membuatnya sirna
memang bukan karena tak suka
seperti pelangi yang selalu ada
kala mentari membakar bulir air di udara
itu memang sudah jamaknya
perasaan syahdu dan sedih
pasti menghimpit perih
melahirkan ucap yang lirih sembunyi
tapi tak ada satu katapun yang sanggup memberi arti
apa dan bagaimana yang dimau hati
mendung hari hari memakin kelam
di kedalaman cintaku diam
dua insan dewasa menemu indah
kala waktu tak lagi ada
sudah ... menjadi milik yang ada
berlalu ... keindahaan tidak bisa punah
berganti ... keindahan senantiasa harus dilangkah
aaahh ... iya
mendung hari hari memakin kelam
dan, ..di kedalaman .. cintaku diam
cinta yang begini bagai hari yang memakin kelam
di kedalaman dia menunggu giliran
saat bila mentari bersinar bebas
menghalau mendung menjadi awan terang
Manado, 28 April 2010
di atas batu bulan
ada di tengah ruang yang ramai
namun serasa sendirian
duduk di atas batu di bulan
memandangi bumi di kejauhan
Manado, 27 April 2010
namun serasa sendirian
duduk di atas batu di bulan
memandangi bumi di kejauhan
Manado, 27 April 2010
pendongeng malam
pendongeng malam
bercerita kepada penyendiri
dewi malam bidadari kesunyian
berceritalah di dalam dadaku
datanglah disampingku
malam sepi dan gelap
tidak lagi cekam
dan di pagi hari
kita tidur bersama
Manado, 27 April 2010
bercerita kepada penyendiri
dewi malam bidadari kesunyian
berceritalah di dalam dadaku
datanglah disampingku
malam sepi dan gelap
tidak lagi cekam
dan di pagi hari
kita tidur bersama
Manado, 27 April 2010
kasmaran
ada kasmaran dibawa terbang burung burung camar yang putih
dari batas cakrawala tempat mula dan akhir matahari
setiba di pantai adakah dia kekal
kala angin darat meniup surut gelombang datang
meninggalkan buih buih air yang terserap pasir putih
Manado, 27 April 2010
dari batas cakrawala tempat mula dan akhir matahari
setiba di pantai adakah dia kekal
kala angin darat meniup surut gelombang datang
meninggalkan buih buih air yang terserap pasir putih
Manado, 27 April 2010
kekasih dari masa lampau
gerah janganlah kau datang di malam ini
aku tahu karena aku mengenalmu dari angin
yang selalu resah mengusik daun daun kering
tapi kini tak kudengar gemerisiknya
gerimis yang tak jadi turun
seakan menahan panas siang tak segera hilang
tapi janganlah engkau datang malam ini
aku sudah cukup gerah dan panas
karena kekasihku dari lampau datang
kami butuh dinginmu
penawar bara antara kami
Manado, 26 April 2010
aku tahu karena aku mengenalmu dari angin
yang selalu resah mengusik daun daun kering
tapi kini tak kudengar gemerisiknya
gerimis yang tak jadi turun
seakan menahan panas siang tak segera hilang
tapi janganlah engkau datang malam ini
aku sudah cukup gerah dan panas
karena kekasihku dari lampau datang
kami butuh dinginmu
penawar bara antara kami
Manado, 26 April 2010
mimpi sajak sajak
aku bermimpi lagi
kugenggam jari jari ditelapak yang halus lembut
berhias cincin di jari manis kananmu
tanganku merasakan setiap momen itu
saat itu segala indera yang ada
seakan hanya di tangan itu
matamu bercahaya malu malu
aku menatap tegas
mata kita bertemu jari jari berdekap kuat
kuarahkan tanganmu meraih pena
engkau memahami sambil mengambil secarik kertas tebal
kupeluk dari belakang dan tanganku masih mengarahkan jemarinya
melayang aku betapa harumnya membiusku kala itu
terpejam tersenyum bahagia
kita pun mengarungi samudera menulis sajak tentang cinta
tak perlu aku berbisik karena engkau mendengar jelas dari hati
seiring degap di dadaku tempatmu bersandar
tiba tiba engkau menoleh sambil menunjukkan kertas itu
pelukanku segera lepas
aku pun terjaga dari mimpi tapi tidak dari sajak ini
Manado, 25 April 2010
kugenggam jari jari ditelapak yang halus lembut
berhias cincin di jari manis kananmu
tanganku merasakan setiap momen itu
saat itu segala indera yang ada
seakan hanya di tangan itu
matamu bercahaya malu malu
aku menatap tegas
mata kita bertemu jari jari berdekap kuat
kuarahkan tanganmu meraih pena
engkau memahami sambil mengambil secarik kertas tebal
kupeluk dari belakang dan tanganku masih mengarahkan jemarinya
melayang aku betapa harumnya membiusku kala itu
terpejam tersenyum bahagia
kita pun mengarungi samudera menulis sajak tentang cinta
tak perlu aku berbisik karena engkau mendengar jelas dari hati
seiring degap di dadaku tempatmu bersandar
tiba tiba engkau menoleh sambil menunjukkan kertas itu
pelukanku segera lepas
aku pun terjaga dari mimpi tapi tidak dari sajak ini
Manado, 25 April 2010
Jumat, 08 April 2011
24 petir
24 petir menyambar di seluruh penjuru angin
suaranya memekakkan
gemuruhnya mengoncang
hanya dari sebuah kata
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
sebaris kata bermakna gaib
dari alunan bincang malam itu
engkau menangis?
.. aku teriris dengan tajam
dari sembilu bambu yang diraut katamu yang pendek
hatiku menitikkan .. darah!
perihnya tak bisa kita kiaskan
dan garam air mata bagai air panas disiramkan ke luka
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
aku melabrak hulubalang di langit
kurampas sayap sayap mereka
lalu terbang kucegat kataku yang lalu
menembus waktu kini ke lampau hari
tapi 24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
menghanguskan malam dan aku terkapar meriang
.. engkau menangis ?
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
tuntaskanlah engkau bergolak .. wahai geledek langit !
segeralah .. jatuhkan saja mendungmu menderas
padamkan aku yang hangus
bersama hujanmu ..
.. aku menangis ?
Manado, 24 April 2010
suaranya memekakkan
gemuruhnya mengoncang
hanya dari sebuah kata
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
sebaris kata bermakna gaib
dari alunan bincang malam itu
engkau menangis?
.. aku teriris dengan tajam
dari sembilu bambu yang diraut katamu yang pendek
hatiku menitikkan .. darah!
perihnya tak bisa kita kiaskan
dan garam air mata bagai air panas disiramkan ke luka
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
aku melabrak hulubalang di langit
kurampas sayap sayap mereka
lalu terbang kucegat kataku yang lalu
menembus waktu kini ke lampau hari
tapi 24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
menghanguskan malam dan aku terkapar meriang
.. engkau menangis ?
24 petir menyambar dari seluruh penjuru angin
tuntaskanlah engkau bergolak .. wahai geledek langit !
segeralah .. jatuhkan saja mendungmu menderas
padamkan aku yang hangus
bersama hujanmu ..
.. aku menangis ?
Manado, 24 April 2010
cinta ini adalah titik titik air
cinta ini adalah titik titik air
dari mendung yang makin pekat
bersama gerimis ia memberi peringatan
agar bergegas atau bersiap akan datangnya hujan
didalam rumah dari balik jendela yang bertebal hujan
kulihat jalanan sepi dan basah
dan orang orang semua berteduh
Malang, 23 April 2010
dari mendung yang makin pekat
bersama gerimis ia memberi peringatan
agar bergegas atau bersiap akan datangnya hujan
didalam rumah dari balik jendela yang bertebal hujan
kulihat jalanan sepi dan basah
dan orang orang semua berteduh
Malang, 23 April 2010
bunga dalam pot di taman hati
pot itu terisi lagi
kuambilkan humus yang gembur subur
kutanam bunga disitu
sesudahnya menangis aku karena keindahannya
airmata menyirami hari harinya
kenyataan adalah pisau teramat tajam
bunga mati karena asin airmata
betapa aku dulu tidak membiarkannya tumbuh di halaman rumah
kuikhlaskan hujan dan mentari merawatnya
tapi malah kusimpan pot itu dalam hati
Malang, 22 April 2010
kuambilkan humus yang gembur subur
kutanam bunga disitu
sesudahnya menangis aku karena keindahannya
airmata menyirami hari harinya
kenyataan adalah pisau teramat tajam
bunga mati karena asin airmata
betapa aku dulu tidak membiarkannya tumbuh di halaman rumah
kuikhlaskan hujan dan mentari merawatnya
tapi malah kusimpan pot itu dalam hati
Malang, 22 April 2010
engkau selalu menunggu
engkau selalu menunggu
kata kataku
awal dari penuh
hingga malam menemu pagi kembali
keranjang rasa ini
hampir bersih isinya dari kata kata
tak maukah engkau
jika aku datang
kata kataku telah habis
sesat dari tujuannya
Malang, 21 April 2010
kata kataku
awal dari penuh
hingga malam menemu pagi kembali
keranjang rasa ini
hampir bersih isinya dari kata kata
tak maukah engkau
jika aku datang
kata kataku telah habis
sesat dari tujuannya
Malang, 21 April 2010
henti
kawan berhentilah dari kegilaan
tubuhmu terikat, percuma meregang
komat kamit cinta bius otakmu
melek sedikit jangan dulu buta
hargailah hati yang katamu tulus itu
Malang, 20 April 2010
tubuhmu terikat, percuma meregang
komat kamit cinta bius otakmu
melek sedikit jangan dulu buta
hargailah hati yang katamu tulus itu
Malang, 20 April 2010
rembulan
kuikat hati pada rembulan
agar setiap malam bisa kulihat
karena bulan lembut sinarnya
kutitipkan cinta di kegelapan malam
agar esok masih bertemu pagi
mengisi hati kala rembulan istirahat
Malang, 20 April 2010
agar setiap malam bisa kulihat
karena bulan lembut sinarnya
kutitipkan cinta di kegelapan malam
agar esok masih bertemu pagi
mengisi hati kala rembulan istirahat
Malang, 20 April 2010
mari kita bertemu
mari kita bertemu
kau
aku
kita kirim layang kepada tuhan
memutar waktu
meminta senggang
kau
aku
bertemu
balasan tuhan kita tunggu
waktu di nampan
senggang di genggam
Malang, 19 April 2010
kau
aku
kita kirim layang kepada tuhan
memutar waktu
meminta senggang
kau
aku
bertemu
balasan tuhan kita tunggu
waktu di nampan
senggang di genggam
Malang, 19 April 2010
sawah
sesenyap sore bergulir malam
bersama tenggelamnya surya di cakrawala
burung burung cicit ramai berterbangan
mengabarkan gelap segera menjelang
padi padi yang menjadi ladang bermainnya
kini diam terpaku berpayung langit hitam
gulir waktu menghantar ketulusannya
pada pedih terhimpit
diantara lembah hijau itu
hanya sebagai persinggahan burung burung
kala mentari membakar darah
Malang, 19 April 2010
bersama tenggelamnya surya di cakrawala
burung burung cicit ramai berterbangan
mengabarkan gelap segera menjelang
padi padi yang menjadi ladang bermainnya
kini diam terpaku berpayung langit hitam
gulir waktu menghantar ketulusannya
pada pedih terhimpit
diantara lembah hijau itu
hanya sebagai persinggahan burung burung
kala mentari membakar darah
Malang, 19 April 2010
mata pesona
jangan melihat mata pesona
sihirnya akan membutakan
hatimu akan dirogoh merobek dada
berakhir di gengaman kanannya
jantungmu sesudahnya
ditangan kirinya jantung ajeg berdegap degap
dengan sihirnya degap degap itu dikirim ketubuh kita
menjaga kita tetap hidup
paku paku magis
tertancap di sendi sendi
membuat lumpuh
jika sudah demikian
rasai saja .. kawan
Malang, 19 April 2010
sihirnya akan membutakan
hatimu akan dirogoh merobek dada
berakhir di gengaman kanannya
jantungmu sesudahnya
ditangan kirinya jantung ajeg berdegap degap
dengan sihirnya degap degap itu dikirim ketubuh kita
menjaga kita tetap hidup
paku paku magis
tertancap di sendi sendi
membuat lumpuh
jika sudah demikian
rasai saja .. kawan
Malang, 19 April 2010
malam 2
aku ceritakan tentang malam malam yang indah
walau sepi dan senyap adalah bahasanya
namun jika engkau memahami apa yang disampaikan
dia adalah rindu cerita cerita pagi hari
bunga bunga indah sebuah mimpi
Malang, 18 April 2010
walau sepi dan senyap adalah bahasanya
namun jika engkau memahami apa yang disampaikan
dia adalah rindu cerita cerita pagi hari
bunga bunga indah sebuah mimpi
Malang, 18 April 2010
malam 1
selamat malam bagimu
yang selalu datang di malam malam
telah beberapa malam
memang hanya sepi yang datang
tapi ya itulah malam
apalagi yang bisa kita harapkan
Malang, 18 April 2010
yang selalu datang di malam malam
telah beberapa malam
memang hanya sepi yang datang
tapi ya itulah malam
apalagi yang bisa kita harapkan
Malang, 18 April 2010
siluet
gambarnya mengisi pandangan
jelas sekali seperti bercermin di danau jernih
di ruang benak dikekalkan
riak riak air membuatnya nampak hidup
yang tak mungkin kulemparkan kail kesitu
sayang jika harus begitu
akan membuat bayangan jadi hilang
Malang, 17 April 2010
jelas sekali seperti bercermin di danau jernih
di ruang benak dikekalkan
riak riak air membuatnya nampak hidup
yang tak mungkin kulemparkan kail kesitu
sayang jika harus begitu
akan membuat bayangan jadi hilang
Malang, 17 April 2010
rindu ini
di luar masih dapat kurasa sejuknya hembusan
di dalam hanya sesekali saja angin melewati jendela
ruangku gerah walau sudah berkaos singlet
seperti itulah rindu ini
Malang, 17 April 2010
di dalam hanya sesekali saja angin melewati jendela
ruangku gerah walau sudah berkaos singlet
seperti itulah rindu ini
Malang, 17 April 2010
jeda
jeda
bagian kosong dari waktu
dan disitu kita bertanya
apa yang kita cari
jika hidup hanya menjalani
jeda
bagian kosong dari waktu
selusuri dalam diri
hanya kebingungan
orang orang haus rakus
remah remah gemerlap
yang menjadi tanda
bahwa hidup telah lengkap
jeda
bagian kosong dari waktu
apakah hati nurani
sudah menjadi mimpi
cerita cerita fiksi
puisi puisi basi
orang orang tak lagi peduli
hanya nafsunya yang digubris
walau yang lain setuju meski basa basi
karena sedang menunggu
berganti menginjak yang disetujui
jeda
bagian kosong dari waktu
doa doa yang palsu
makin mengisi bumi yang semu
berlomba memburu
demi saku saku tak pernah penuh
disini demi aku
waktuku harus kurengkuh penuh
tak mau aku memakai gincu itu
tak mau aku menjadi korban penikaman waktu
ya alloh aku butuh kamu
Malang, 17 April 2010
bagian kosong dari waktu
dan disitu kita bertanya
apa yang kita cari
jika hidup hanya menjalani
jeda
bagian kosong dari waktu
selusuri dalam diri
hanya kebingungan
orang orang haus rakus
remah remah gemerlap
yang menjadi tanda
bahwa hidup telah lengkap
jeda
bagian kosong dari waktu
apakah hati nurani
sudah menjadi mimpi
cerita cerita fiksi
puisi puisi basi
orang orang tak lagi peduli
hanya nafsunya yang digubris
walau yang lain setuju meski basa basi
karena sedang menunggu
berganti menginjak yang disetujui
jeda
bagian kosong dari waktu
doa doa yang palsu
makin mengisi bumi yang semu
berlomba memburu
demi saku saku tak pernah penuh
disini demi aku
waktuku harus kurengkuh penuh
tak mau aku memakai gincu itu
tak mau aku menjadi korban penikaman waktu
ya alloh aku butuh kamu
Malang, 17 April 2010
cemburu
bagaimana aku bisa cemburu
jika lawan lawanku adalah kenisbian
kata kata dan rayuan hanya fatamorgana
yang membara ini
yang membakar ini
yang menjerat di leher ini
tidak membutuhkan lawan
apalagi kenisbian
seperti cemburu itu
juga nisbi
Malang, 17 April 2010
jika lawan lawanku adalah kenisbian
kata kata dan rayuan hanya fatamorgana
yang membara ini
yang membakar ini
yang menjerat di leher ini
tidak membutuhkan lawan
apalagi kenisbian
seperti cemburu itu
juga nisbi
Malang, 17 April 2010
peluk
dia memeluk malamnya
aku memeluk malamku
dikegelapan kami berpelukan
walau tidak saling
diantar dinginnya malam
bernadakan sepi tik tok tik tok
peluk itu bertemu
dalam malam yang dingin dan gelap
Malang, 17 April 2010
aku memeluk malamku
dikegelapan kami berpelukan
walau tidak saling
diantar dinginnya malam
bernadakan sepi tik tok tik tok
peluk itu bertemu
dalam malam yang dingin dan gelap
Malang, 17 April 2010
tentang nyala
aku bertanya
tentang nyala dian
akan menunggu padam
haruskah kepada matahari
yang kekal menyala nyala
jika hanya dia yang mampu menjawab
Malang, 16 April 2010
tentang nyala dian
akan menunggu padam
haruskah kepada matahari
yang kekal menyala nyala
jika hanya dia yang mampu menjawab
Malang, 16 April 2010
tragedi priok
malam ini shalawat dan zikir
dikumandangkan di priok
mengiringi darah yang mengering
deru amarah menjadi rebana
tangisan yang mengkerikil
esok akan menjadi pasir
lalu tersisih dipinggir trotoar
di hempas rodaroda tronton dan trailer
episode bubrah kembali tumpah
ruah akibat pongah
penguasa arogan dan jumawa
melanggar janji yang telah menjadi sumpah
janji menjaga negeri
dan rakyat
agar tak bubrah
Malang, 15 April 2010
dikumandangkan di priok
mengiringi darah yang mengering
deru amarah menjadi rebana
tangisan yang mengkerikil
esok akan menjadi pasir
lalu tersisih dipinggir trotoar
di hempas rodaroda tronton dan trailer
episode bubrah kembali tumpah
ruah akibat pongah
penguasa arogan dan jumawa
melanggar janji yang telah menjadi sumpah
janji menjaga negeri
dan rakyat
agar tak bubrah
Malang, 15 April 2010
berteman bintang
sungguh asyik
berteman bintang
di malam yang gerah
karena mendung mengirimnya
walau hanya satu
nun jauh pula disana
sungguh asyik
berteman bintang
Malang, 15 April 2010
berteman bintang
di malam yang gerah
karena mendung mengirimnya
walau hanya satu
nun jauh pula disana
sungguh asyik
berteman bintang
Malang, 15 April 2010
tak sia sia
hanya engkau yang sanggup berbicara
kala semua kata raib tertelan mau
mau dirasa tak mau dinyata
engkau berdiam tapi bahasamu terlontar
menderas pedas cecas menghempas
lirih namun menusuk
berujar sia sia!
hidup di kala pagi jangan mengharap sore
hanya engkau peniada kesiasiaan itu
engkau Ya Alloh
engkau kerinduan sesungguhnya tempat mula berasal
Malang, 15 April 2010
kala semua kata raib tertelan mau
mau dirasa tak mau dinyata
engkau berdiam tapi bahasamu terlontar
menderas pedas cecas menghempas
lirih namun menusuk
berujar sia sia!
hidup di kala pagi jangan mengharap sore
hanya engkau peniada kesiasiaan itu
engkau Ya Alloh
engkau kerinduan sesungguhnya tempat mula berasal
Malang, 15 April 2010
Kamis, 07 April 2011
sajak yang tak pernah usai
sajak yang tak pernah usai
dari unggun unggun di belantara
entah siapa pengelana di dalamnya
membakar habis kayu kayu kering
pengusir kelam yang menyedot seluruh terang
tapi belantara entah dimana
dirumahku tak mungkin ada
unggun unggun tak sempat membara
kayu kayu telah menjadi perabot
belantara ada dimana?
sajak yang tak pernah usai
membara di dalam belantara
kayu kayu kering dibakar habis
membentuk dunianya sendiri
dunia dari hidupku
Malang, 14 April 2010
dari unggun unggun di belantara
entah siapa pengelana di dalamnya
membakar habis kayu kayu kering
pengusir kelam yang menyedot seluruh terang
tapi belantara entah dimana
dirumahku tak mungkin ada
unggun unggun tak sempat membara
kayu kayu telah menjadi perabot
belantara ada dimana?
sajak yang tak pernah usai
membara di dalam belantara
kayu kayu kering dibakar habis
membentuk dunianya sendiri
dunia dari hidupku
Malang, 14 April 2010
yang dulu gegemetaran
diantara juta deru dari pagi hingga kini
matahari tepat sepenggala berdiri
deru keheningannya deru terbelahnya angkasa
deru hiruk pikuk bandara
tak juga memberi keramaian di indera inderaku
yang melemah peka
satu nada bersembunyi di sana
nada renyah menyapa dikehingan malam
yang dengan gegemetaran berlirih
"ada apa..?"
Juanda, 11 April 2010
matahari tepat sepenggala berdiri
deru keheningannya deru terbelahnya angkasa
deru hiruk pikuk bandara
tak juga memberi keramaian di indera inderaku
yang melemah peka
satu nada bersembunyi di sana
nada renyah menyapa dikehingan malam
yang dengan gegemetaran berlirih
"ada apa..?"
Juanda, 11 April 2010
ozone
dimanakah ozone
kala mentari memanggang hari
gunung dan laut
hembuskanlah nafasmu
menjadi tabir
Manado, 10 April 2010
kala mentari memanggang hari
gunung dan laut
hembuskanlah nafasmu
menjadi tabir
Manado, 10 April 2010
langit biru luas tak berbatas
langit biru luas tak berbatas
pada cupetnya pemikiran
pada sempitnya hati
jiwa jiwa merdeka penakluknya
tiada khawatir tiada bersedih
jiwa jiwa tenang menggenggamnya
dalam segala makna
Manado, 10 April 2010
pada cupetnya pemikiran
pada sempitnya hati
jiwa jiwa merdeka penakluknya
tiada khawatir tiada bersedih
jiwa jiwa tenang menggenggamnya
dalam segala makna
Manado, 10 April 2010
satu babak
kau ..
ketahuilah
bukan hilangnya juga perginya engkau
yang kutakutkan akan mengutukku dalam keresahan
tapi hati yang padam apinya
setelah panasnya membara disetiap nadi
karena kau hanyalah mitos yang kuyakini kebenarannya
masihkah engkau mengingatnya
ketika kau bertanya tentang sebuah kejujuran
ternyata engkau kaget dengan kejujuran itu sendiri
walaupun aku tidak memahami
sungguh benarkah engkau kaget
atau kau berpura-pura kaget
tapi aku menangisinya
sejadi jadinya menyadari akan kejujuran itu
bukan karena ingkar adanya
tapi karena bahagia
seperti kering yang merindu hujan
basah dan menyegarkan
lalu ku nyanyikan lagu tentang bunga ditamanku
yang menjadi mozaik dari cermin
disitu kuajak engkau bercermin
akan bagaimanakah wajah wajah kita kini
akankah cermin memantulkan isyarat .. iya
bahwa engkau dan aku tersimpan dalam cermin itu
mentari bagai tersedot magnet dan pagi tak berani beranjak
bunga bunga memekar kupu kupu riang beterbangan
pelangi mengikat itu semua
... mengapa?
karena semua takjub pada hati yang membara
...rupanya?... mitos itu berulang
hanya saja kini lakon lakonnya berada di panggung yang sama
definisi definisi meminta diurai
apakah cinta
apakah gairah
apakah emosi
tak satupun kamus menunjukkan
hati menjadi vocabuler tak lebih
itulah kejamnya definisi
dia tak lebih dari vocabuler pemikiran
cerita dan mitos pengantar tidur
karena tak sedikitpun isyarat cermin
menyama apa yang di benakmu
sementara cermin itu terlanjur kupecahkan demi mencari jawab
lalu kerinduan tiba tiba menyerang
dari segenap sudut sudut yang telah menunggu dengan sembunyi
dengan tombak dan panahnya
menyerang menerobos satu tombak di dadaku
dua anak panah menancap tepat di mata yang hitam
satu tombak lagi terpaku di rusuk
..menangis ? ... tidak ! karena airnya telah larut di darah
tak satupun isyarat mentari nampak
atau juga hitamnya malam memberi petunjuk
kemana engkau berada
mengapa engkau tiada
kala aku terkapar waktu itu
hanya bisikan jangkrik yang mengeruk lubang sembunyinya
berkata “engkau akan tahu”
aku pun terbang meninggalkan jasad terkapar
ruh ku tetap melayang bebas merdeka
kususuri lagi medan perang
kusadari semua telah kalah
lalu melesat lagi berendam di pancuran mentari
agar dibakar musnah segala luka
panasnya mengajak untuk segera
ceburkan di palung terdalam
yang dinginnya mampu menenangkan
galaknya jilatan mentari
demikianlah kutemukan mutiara
dari tetes air mata yang disarikan dari darah
jika saja tangis bahagia bisa dituliskan dengan lugas
tentu sumpah yang akan menjadi serapah .. tidak diperlukan lagi
kini kau
telah menjadi mutiara
kujadikan bola mata bagi jasadku
namun aku telah terbebas dari raga
melayang merdeka mengitari bumiku sendiri
menjaga angsa angsa putih yang berenang
di danau dipunggung gunung yang biru
Manado, 9 April 2010
ketahuilah
bukan hilangnya juga perginya engkau
yang kutakutkan akan mengutukku dalam keresahan
tapi hati yang padam apinya
setelah panasnya membara disetiap nadi
karena kau hanyalah mitos yang kuyakini kebenarannya
masihkah engkau mengingatnya
ketika kau bertanya tentang sebuah kejujuran
ternyata engkau kaget dengan kejujuran itu sendiri
walaupun aku tidak memahami
sungguh benarkah engkau kaget
atau kau berpura-pura kaget
tapi aku menangisinya
sejadi jadinya menyadari akan kejujuran itu
bukan karena ingkar adanya
tapi karena bahagia
seperti kering yang merindu hujan
basah dan menyegarkan
lalu ku nyanyikan lagu tentang bunga ditamanku
yang menjadi mozaik dari cermin
disitu kuajak engkau bercermin
akan bagaimanakah wajah wajah kita kini
akankah cermin memantulkan isyarat .. iya
bahwa engkau dan aku tersimpan dalam cermin itu
mentari bagai tersedot magnet dan pagi tak berani beranjak
bunga bunga memekar kupu kupu riang beterbangan
pelangi mengikat itu semua
... mengapa?
karena semua takjub pada hati yang membara
...rupanya?... mitos itu berulang
hanya saja kini lakon lakonnya berada di panggung yang sama
definisi definisi meminta diurai
apakah cinta
apakah gairah
apakah emosi
tak satupun kamus menunjukkan
hati menjadi vocabuler tak lebih
itulah kejamnya definisi
dia tak lebih dari vocabuler pemikiran
cerita dan mitos pengantar tidur
karena tak sedikitpun isyarat cermin
menyama apa yang di benakmu
sementara cermin itu terlanjur kupecahkan demi mencari jawab
lalu kerinduan tiba tiba menyerang
dari segenap sudut sudut yang telah menunggu dengan sembunyi
dengan tombak dan panahnya
menyerang menerobos satu tombak di dadaku
dua anak panah menancap tepat di mata yang hitam
satu tombak lagi terpaku di rusuk
..menangis ? ... tidak ! karena airnya telah larut di darah
tak satupun isyarat mentari nampak
atau juga hitamnya malam memberi petunjuk
kemana engkau berada
mengapa engkau tiada
kala aku terkapar waktu itu
hanya bisikan jangkrik yang mengeruk lubang sembunyinya
berkata “engkau akan tahu”
aku pun terbang meninggalkan jasad terkapar
ruh ku tetap melayang bebas merdeka
kususuri lagi medan perang
kusadari semua telah kalah
lalu melesat lagi berendam di pancuran mentari
agar dibakar musnah segala luka
panasnya mengajak untuk segera
ceburkan di palung terdalam
yang dinginnya mampu menenangkan
galaknya jilatan mentari
demikianlah kutemukan mutiara
dari tetes air mata yang disarikan dari darah
jika saja tangis bahagia bisa dituliskan dengan lugas
tentu sumpah yang akan menjadi serapah .. tidak diperlukan lagi
kini kau
telah menjadi mutiara
kujadikan bola mata bagi jasadku
namun aku telah terbebas dari raga
melayang merdeka mengitari bumiku sendiri
menjaga angsa angsa putih yang berenang
di danau dipunggung gunung yang biru
Manado, 9 April 2010
panah 3
dari batang pohon yang hanya ada di tengah tengah rimba padat yang tersembunyi hingga membutuhkan pencarian tak berbatas pada apa saja dengan segala sisa tenaga yang tertampung di dalam dada diwariskan ke lengan lenganya yang kokoh namun bergetar mengayun pedang menebas batang itu dalam sekali hempas di sarungkan batang itu dengan kain yang menempel ditubuhnya lalu menyusuri jalan kembali dengan mengambil akar akar pilihan sesampainya di raut batang itu menjadi beberapa bilah ya anak panah yang terpilih untuk menggenapi tempatnya yang telah kosong dibelahnya intan berlian dan diasah dengan intan pula menjadi pucuk pucuk tajam mata panah lalu diikat kuat dengan akar di ujung tiap tiap anak panah busurnya juga telah siap semua telah siap tapi tidak akan dipanahkan sebelum akhirnya nanti dia akan memanah angkara langit yang menutupi cahaya hingga menembus angkara gelap mengoyak lebar lalu paripurna perjalanan anak panah bertemu dengan cahaya
Manado, 9 April 2010
Manado, 9 April 2010
panah 2
ibarat panah melesat dari busurnya
yang telah sekian lama direntang
dengan waspada dan sepenuh jiwa
badannya berputar cepat mengukir angin
seakan lorong panjang membuka jalan udara
dimatanya waktu hanya sekejapan
hidupnya sekelebatan
bumi adalah bayangan
langitpun cermin buram
cakrawalanya hanya satu titik
niatnya tuju disana..
ah... meleset !
hilang anak panah di belantara
pemanah gelisah kehilangan satu satunya senjata
gagah dan pasrah dia menghadang lawan
Manado, 8 April 2010
yang telah sekian lama direntang
dengan waspada dan sepenuh jiwa
badannya berputar cepat mengukir angin
seakan lorong panjang membuka jalan udara
dimatanya waktu hanya sekejapan
hidupnya sekelebatan
bumi adalah bayangan
langitpun cermin buram
cakrawalanya hanya satu titik
niatnya tuju disana..
ah... meleset !
hilang anak panah di belantara
pemanah gelisah kehilangan satu satunya senjata
gagah dan pasrah dia menghadang lawan
Manado, 8 April 2010
nyanyi senja
gunung berbaju biru
lembahnya berkerudung hitam
disinggahi rajawali
sepulang susuri cakrawala
pelangipun pulang di kedalaman lembah
cahaya mentari tak lagi jingga namun memerak lemah
lengkaplah senja
gunung semakin gelap lembah makin pekat
Manado, 8 April 2010
lembahnya berkerudung hitam
disinggahi rajawali
sepulang susuri cakrawala
pelangipun pulang di kedalaman lembah
cahaya mentari tak lagi jingga namun memerak lemah
lengkaplah senja
gunung semakin gelap lembah makin pekat
Manado, 8 April 2010
apakah
apakah air mata itu ?
hanya sesuatu yang mahal
apakah keluasan itu?
lautan angkasa aku punya
Manado, 8 April 2010
hanya sesuatu yang mahal
apakah keluasan itu?
lautan angkasa aku punya
Manado, 8 April 2010
panah
segera meriap kabut
pendar pendar dari terang
menguas di kanvas
sesaat kuteriak !! kan, KAU
berbaju mentari beralaskan angin
menyusuk di hati dan di wajah
panah panah dengan racun bahagia di matanya
lepas dari busur setelah diregang oleh hikmah
saat itulah aku teriak !! kan, KAU
tersenyumlah sejujur engkau sanggup
jangan sudah kau hiraukan
pemanah pemanah itu menjagaku
Manado, 7 April 2010
pendar pendar dari terang
menguas di kanvas
sesaat kuteriak !! kan, KAU
berbaju mentari beralaskan angin
menyusuk di hati dan di wajah
panah panah dengan racun bahagia di matanya
lepas dari busur setelah diregang oleh hikmah
saat itulah aku teriak !! kan, KAU
tersenyumlah sejujur engkau sanggup
jangan sudah kau hiraukan
pemanah pemanah itu menjagaku
Manado, 7 April 2010
tersenyum
bunga bunga mengering ... tersenyum
kupu kupu lumpuh ... tersenyum
bumi berkalang ... tersenyum
awan pecah ... tersenyum
hujan payau ... tersenyum
mentari gerhana ... tersenyum
bulan sepenggal ... tersenyum
danau gelisah ... tersenyum
kamu bahagia ... tersenyum
pagi memudar ... tersenyum
siang meranggas ... tersenyum
senja meriap ... tersenyum
malam melangut ... tersenyum
aku terpaut ... tersenyum
dan Tuhan tersenyum menyaksikan
Manado, 7 April 2010
kupu kupu lumpuh ... tersenyum
bumi berkalang ... tersenyum
awan pecah ... tersenyum
hujan payau ... tersenyum
mentari gerhana ... tersenyum
bulan sepenggal ... tersenyum
danau gelisah ... tersenyum
kamu bahagia ... tersenyum
pagi memudar ... tersenyum
siang meranggas ... tersenyum
senja meriap ... tersenyum
malam melangut ... tersenyum
aku terpaut ... tersenyum
dan Tuhan tersenyum menyaksikan
Manado, 7 April 2010
kata-kata dan isyarat
kata kata adalah isyarat
isyarat adalah kata kata
keduanya bicara akan maksud
suatu kata atau isyarat yang bertirai kabut
Manado, 7 April 2010
isyarat adalah kata kata
keduanya bicara akan maksud
suatu kata atau isyarat yang bertirai kabut
Manado, 7 April 2010
bunga-bunga kering
kepada daun daun kering bunga melati
sebelum engkau benar benar luruh layu
melayang pasti mencium haribaan bumi
menelungkup di tanah gembur dan menghumus
ajarkan padaku
bagaimana engkau meminta maaf
telah menjadi bagian tidak sedap
dari putih dan hijau yang selalu bermandikan air dan cahaya
ajarkan padaku
bagaimana engkau menyesali
telah mengembang tapi menjadi ranggas
disebuah tanaman yang agung
ajarkan padaku
bagaimana engkau dengan gagah
menerima kekalahan atas dahan
jatuh mengering bertanah dan mati
Manado, 6 April 2010
sebelum engkau benar benar luruh layu
melayang pasti mencium haribaan bumi
menelungkup di tanah gembur dan menghumus
ajarkan padaku
bagaimana engkau meminta maaf
telah menjadi bagian tidak sedap
dari putih dan hijau yang selalu bermandikan air dan cahaya
ajarkan padaku
bagaimana engkau menyesali
telah mengembang tapi menjadi ranggas
disebuah tanaman yang agung
ajarkan padaku
bagaimana engkau dengan gagah
menerima kekalahan atas dahan
jatuh mengering bertanah dan mati
Manado, 6 April 2010
suara renjana
suara
adalah sajaknya angin
hembusnya merima katakata
derunya melarik merdu
sentuhannya membait lagu
dari susuhnya
di pepohonan dan gua gua
dia?, terbang !
melukis cuaca
pengembaraannya adalah nyanyian
buluh perindu semesta biru
membuai pikir
membuyarkan jiwa
suara adalah angin misteri bagi telinga
terngiang lalu menggema bersaut saut dalam sukma
menelusuri dalam tak berujungnya hati
di kegelapan renjana
Manado, 5 April 2010
adalah sajaknya angin
hembusnya merima katakata
derunya melarik merdu
sentuhannya membait lagu
dari susuhnya
di pepohonan dan gua gua
dia?, terbang !
melukis cuaca
pengembaraannya adalah nyanyian
buluh perindu semesta biru
membuai pikir
membuyarkan jiwa
suara adalah angin misteri bagi telinga
terngiang lalu menggema bersaut saut dalam sukma
menelusuri dalam tak berujungnya hati
di kegelapan renjana
Manado, 5 April 2010
sapa
sapaku kepada siapa
merambati angin
mengetuk buana
kini menunggu dibukakan pintu
kenapa kabar memendung kekal
tak secercah pun kata menyelinap
diam dari sepi yang melambai lambai
sapaku tak berbalas
Manado, 5 April 2010
merambati angin
mengetuk buana
kini menunggu dibukakan pintu
kenapa kabar memendung kekal
tak secercah pun kata menyelinap
diam dari sepi yang melambai lambai
sapaku tak berbalas
Manado, 5 April 2010
dia dan hujan
datang dalam berjuta tetesan
beradu di atap benak rumah
gemuruhnya me ruh
menggema dan meruang di kamar hati
Manado, 5 April 2010
beradu di atap benak rumah
gemuruhnya me ruh
menggema dan meruang di kamar hati
Manado, 5 April 2010
dalam renjana dari 6 minggu yang sudah dan sedang
bersua jua bagai maya
yang 6 minggu sudah
menyisip renjana
bertukar cerita menyulam kata
memecah masa
dari kala di masa yang tak lagi bisa di kini
masa yang menyimpan rasa
untuk kala yang sangat lama
kini terbaca karena tak lagi terasa luka
luka tak lagi dulu
kini menjadi rindu
lalu menyembilu, sedu, pilu
dalam renjana yang sedang kini
mencipta lautan dan cakrawala tak berbatas
meminta asa mengasingkan kami berdua
Manado, 4 April 2010
yang 6 minggu sudah
menyisip renjana
bertukar cerita menyulam kata
memecah masa
dari kala di masa yang tak lagi bisa di kini
masa yang menyimpan rasa
untuk kala yang sangat lama
kini terbaca karena tak lagi terasa luka
luka tak lagi dulu
kini menjadi rindu
lalu menyembilu, sedu, pilu
dalam renjana yang sedang kini
mencipta lautan dan cakrawala tak berbatas
meminta asa mengasingkan kami berdua
Manado, 4 April 2010
untukmu diajeng
tiga puluh lima tahun diajeng umurmu
selamat ulang tahun
menginjakkan awal dari hari
semoga ucapanku menyampai
di maha pendengaranNYA
doa selamatku adalah peneguhanku
kepada tuhan yang kita sembah dan kita cinta
peneguhanku akan jati diriku
peneguhanku akan keimamanku
peneguhan bahtera kita di luasnya laut yang misteri
untukmu diajeng
cinta tidaklah cukup bahkan mungkin konyol
untukmu adalah tanggung dan jawab ku
tanggung atas segala beban dan lemahmu
jawab semua resah dan rintihmu
untukmu diajeng
kusarikan kisah kamajaya dan ratih
kisah tentang runtuhnya ego dan nafsu
bahwa kerukunan dibangun dari penyerahan diri
bukan kepada pasangannya tapi kepada tuhannya
untukmu diajeng
yang menjaga buah kasih kita
kuhadiahkan baju kesehatan
kuhadiahkan kerudung kebijaksanaan
lalu kupeluk dengan keluasan hati
untukmu diajeng
yang menjaga rumah hatiku
yang menjaga lunas bahtera kita
bersandinglah denganku kini di haluan
saksikan aku menerjang gelombang
kita menuju pulau disana itu
yang dijanjikan penuh buah
penuh air jernih dan menyegarkan
penuh hangat bunga dan awan yang biru teduh
tempat kita menjemput janji tak teringkarkan dari NYA
Manado, 4 April 2010
selamat ulang tahun
menginjakkan awal dari hari
semoga ucapanku menyampai
di maha pendengaranNYA
doa selamatku adalah peneguhanku
kepada tuhan yang kita sembah dan kita cinta
peneguhanku akan jati diriku
peneguhanku akan keimamanku
peneguhan bahtera kita di luasnya laut yang misteri
untukmu diajeng
cinta tidaklah cukup bahkan mungkin konyol
untukmu adalah tanggung dan jawab ku
tanggung atas segala beban dan lemahmu
jawab semua resah dan rintihmu
untukmu diajeng
kusarikan kisah kamajaya dan ratih
kisah tentang runtuhnya ego dan nafsu
bahwa kerukunan dibangun dari penyerahan diri
bukan kepada pasangannya tapi kepada tuhannya
untukmu diajeng
yang menjaga buah kasih kita
kuhadiahkan baju kesehatan
kuhadiahkan kerudung kebijaksanaan
lalu kupeluk dengan keluasan hati
untukmu diajeng
yang menjaga rumah hatiku
yang menjaga lunas bahtera kita
bersandinglah denganku kini di haluan
saksikan aku menerjang gelombang
kita menuju pulau disana itu
yang dijanjikan penuh buah
penuh air jernih dan menyegarkan
penuh hangat bunga dan awan yang biru teduh
tempat kita menjemput janji tak teringkarkan dari NYA
Manado, 4 April 2010
baik
mengapa engkau begitu baik
seperti gelap yang selalu ada
menyelimuti jiwa yang lelah melewati malam
ya engkau teramat baik
bagai embun yang membasuh kulit dedaunan
memberi segar bagi hati menyambut pagi
sungguh engkau sungguh baik
laksana kembang yang mekar dipagi hari
menghantarkan harum bagi nurani menapaki hari
Manado, 4 April 2010
seperti gelap yang selalu ada
menyelimuti jiwa yang lelah melewati malam
ya engkau teramat baik
bagai embun yang membasuh kulit dedaunan
memberi segar bagi hati menyambut pagi
sungguh engkau sungguh baik
laksana kembang yang mekar dipagi hari
menghantarkan harum bagi nurani menapaki hari
Manado, 4 April 2010
Anggrek Bulan
anggrek bulan tumbuh di alam tropika hari hariku
akarnya mendaging serabut
mengenggam erat bahkan terlalu kuat di dahanku
tapi hidupnya tak pernah merugikan pohon inang
daging dagingnya di akar dan batang yang tebal
menyimpan sari sari embun, uap udara dan inti hujan
dari situ dia mengembang lalu mewangi
hidupnya yang santun tak menyuka sorot mentari langsung
anggrek bulan abadi mekarnya
dalam kesederhanaannya yang begitu sayang pada air
namun bukan ditaman taman dan kebun yang asri
justru di hatiku
Manado, 3 April 2010
akarnya mendaging serabut
mengenggam erat bahkan terlalu kuat di dahanku
tapi hidupnya tak pernah merugikan pohon inang
daging dagingnya di akar dan batang yang tebal
menyimpan sari sari embun, uap udara dan inti hujan
dari situ dia mengembang lalu mewangi
hidupnya yang santun tak menyuka sorot mentari langsung
anggrek bulan abadi mekarnya
dalam kesederhanaannya yang begitu sayang pada air
namun bukan ditaman taman dan kebun yang asri
justru di hatiku
Manado, 3 April 2010
selinap rindu
melangkahlah sahabat
tinggalkan tapak kaki yang membekas dibelakang
genapkan langkah didepan
senyumlah pada jalan setapak yang kau lihat
kemarin sudah
kini memula
esok dijelang
terbalut dalam cerita kita masing masing
melangkahlah sahabat
seringan burung burung yang melesat dari awan ke awan
menukik menyambar terobos membelah udara
lalu cicitnya nyaring melagukan bahagia
dalam kepaknya mengebas angin
dadanya mengembang ringan
sorotnya tajam menembus awan
diangguknya kepala sesekali dia merindu hinggap ke bumi lagi
namun terus melangkahlah sahabat
rindu yang menyelinap seperti itu
menyadarkan bahwa kita terus harus melangkah
jadikanlah awan lalu kendarai
duduklah diatasnya dan tangkupkan sayapmu
biarlah angin bekerja ciumlah harumnya angkasa bebas
setelah itu engku dapat membuka kisah
yang telah tertulis disayapmu kala itu
dalam rindu yang menyelinap engkau harus melangkah
pada jalan setapakmu dan terbanglah di antar awan
begitu pula aku
dalam rindu yang menyelinap kupejam saja mata lalu terbaring mengambang.
Manado, 2 April 2010
tinggalkan tapak kaki yang membekas dibelakang
genapkan langkah didepan
senyumlah pada jalan setapak yang kau lihat
kemarin sudah
kini memula
esok dijelang
terbalut dalam cerita kita masing masing
melangkahlah sahabat
seringan burung burung yang melesat dari awan ke awan
menukik menyambar terobos membelah udara
lalu cicitnya nyaring melagukan bahagia
dalam kepaknya mengebas angin
dadanya mengembang ringan
sorotnya tajam menembus awan
diangguknya kepala sesekali dia merindu hinggap ke bumi lagi
namun terus melangkahlah sahabat
rindu yang menyelinap seperti itu
menyadarkan bahwa kita terus harus melangkah
jadikanlah awan lalu kendarai
duduklah diatasnya dan tangkupkan sayapmu
biarlah angin bekerja ciumlah harumnya angkasa bebas
setelah itu engku dapat membuka kisah
yang telah tertulis disayapmu kala itu
dalam rindu yang menyelinap engkau harus melangkah
pada jalan setapakmu dan terbanglah di antar awan
begitu pula aku
dalam rindu yang menyelinap kupejam saja mata lalu terbaring mengambang.
Manado, 2 April 2010
puisi untukmu
mengajakmu berlarian di rimba rimba hatiku
bergurau dengan flora flora yang kukenali sendiri
engkau dengan kasihmu tersenyum
menutupi segala lelah di pikirmu di rasamu
egoku kau lumat habis
walau juga tak habis habisnya aku mengasupmu
hingga meruah menyeret ke hilir di rawa rawa
yang membuat payau segala rasa
tapi itu belum cukup buat aku menyadari
bahwa engkau lelah hilang rengkuh
masih terus aku mengajakmu berlari gairah
tak sadar tenggelam pada rawa rawa sampai ke leher
lalu dengan apa aku menyerah
jika isyaratmu pun punah dalam serapahku
maafkan atas segala jerih ini
yang memerih engkau memerih risau
kutuliskan sajak ini semoga belum terlambat
untuk kugapai dahan menambatmu kuat
raih dan melompatlah di aliran bening
bersama bahtera dan buritannya diekas angin barat
sebentar lagi rawa rawa mengering
bertarung dengan panas geliatku untuk mentas
dan dipinggir sungai kulihat perahumu dihantar lembut ombak
menuju jingga cakrawala bersama rajawali yang meradar di haluan
Manado, 1 April 2010
bergurau dengan flora flora yang kukenali sendiri
engkau dengan kasihmu tersenyum
menutupi segala lelah di pikirmu di rasamu
egoku kau lumat habis
walau juga tak habis habisnya aku mengasupmu
hingga meruah menyeret ke hilir di rawa rawa
yang membuat payau segala rasa
tapi itu belum cukup buat aku menyadari
bahwa engkau lelah hilang rengkuh
masih terus aku mengajakmu berlari gairah
tak sadar tenggelam pada rawa rawa sampai ke leher
lalu dengan apa aku menyerah
jika isyaratmu pun punah dalam serapahku
maafkan atas segala jerih ini
yang memerih engkau memerih risau
kutuliskan sajak ini semoga belum terlambat
untuk kugapai dahan menambatmu kuat
raih dan melompatlah di aliran bening
bersama bahtera dan buritannya diekas angin barat
sebentar lagi rawa rawa mengering
bertarung dengan panas geliatku untuk mentas
dan dipinggir sungai kulihat perahumu dihantar lembut ombak
menuju jingga cakrawala bersama rajawali yang meradar di haluan
Manado, 1 April 2010
harmoni malang
embun melembak menyelimuti pagi
pohon rerindangan hijau
menghembuskan sari sari udara yang bersih
kokok ayam bertalu timpal menimpali dalam harmoni
pagi itu di kota malang
semua gegas dalam kesahajaan
riuh keceriaan di dada setiap orang
ke pasar ke kantor ke sekolah
hidup adalah anugrah kala itu
indah sejuk tenang damai juga harmoni
"harmoni" aku memanggilmu ... "kota malang"
pohon rerindangan hijau
menghembuskan sari sari udara yang bersih
kokok ayam bertalu timpal menimpali dalam harmoni
pagi itu di kota malang
semua gegas dalam kesahajaan
riuh keceriaan di dada setiap orang
ke pasar ke kantor ke sekolah
hidup adalah anugrah kala itu
indah sejuk tenang damai juga harmoni
"harmoni" aku memanggilmu ... "kota malang"
kepada ML
yang satu ini menyapa
kala melati mengajak bercerita
tentang belukar yang ramai padanya
datang dari masa lalu
masa yang berbunga
merekah mewangi
tak menyampai padanya
masa itu mentari tak kuasa
melewatkan senyum yang mengalahkan pagi
hingga mendung menyingkir
memberi ruang bagi mentari menikmati
manado, 31 maret 2010
kala melati mengajak bercerita
tentang belukar yang ramai padanya
datang dari masa lalu
masa yang berbunga
merekah mewangi
tak menyampai padanya
masa itu mentari tak kuasa
melewatkan senyum yang mengalahkan pagi
hingga mendung menyingkir
memberi ruang bagi mentari menikmati
manado, 31 maret 2010
prominensa
prominensa
dari plasma plasma dingin menerjang korona
memfusi membakar hampa
tak lekang di kegelapan
dimana cahaya tertelan
lidahnya menjulur menghalau segala apa
segala resah
segala gundah
segala fana
segalanya
MANADO, 31 Maret 2010
dari plasma plasma dingin menerjang korona
memfusi membakar hampa
tak lekang di kegelapan
dimana cahaya tertelan
lidahnya menjulur menghalau segala apa
segala resah
segala gundah
segala fana
segalanya
MANADO, 31 Maret 2010
bulan pun membiru
pemuda itu mengikat bunga
menjadi tanda bagi kasihnya
gadis itu menggerai rambutnya
menjadi tanda bagi kerinduannya
pemuda itu hatinya melesat keangkasa
mengajak hati gadis itu mengangkasa pula
selepas atmosfir
bulan membiru bercengkera dengan bintang
diangkasa kehampan
Manado, 30 Maret 2010
menjadi tanda bagi kasihnya
gadis itu menggerai rambutnya
menjadi tanda bagi kerinduannya
pemuda itu hatinya melesat keangkasa
mengajak hati gadis itu mengangkasa pula
selepas atmosfir
bulan membiru bercengkera dengan bintang
diangkasa kehampan
Manado, 30 Maret 2010
PECAH
cinta adalah misteri
memenuh hati pada harap
datang dengan paksa
menyesak dada tak terkeluar
menggembang rongga rongga dada tersesakkan
bilakah meledak? itu tak mungkin !
karena tuhan sedang bermain
sakitnya semanis tebu bersari
MANADO, 29 MARET 2010
memenuh hati pada harap
datang dengan paksa
menyesak dada tak terkeluar
menggembang rongga rongga dada tersesakkan
bilakah meledak? itu tak mungkin !
karena tuhan sedang bermain
sakitnya semanis tebu bersari
MANADO, 29 MARET 2010
hitam gelap
bilakah usai cerita
kuk kuk burung malam menghantu sunyi
lelah dihela gairah
akan damba kepada fana
yang menyata
di lubuk hati
di lipatan benak
malam tetaplah gelap sebanyak apapun engkau menambahkan dian
Manado, 27 Maret 2010
kuk kuk burung malam menghantu sunyi
lelah dihela gairah
akan damba kepada fana
yang menyata
di lubuk hati
di lipatan benak
malam tetaplah gelap sebanyak apapun engkau menambahkan dian
Manado, 27 Maret 2010
kupu dan kalung
Mengapa baru sekarang
Kupukupu datang membawakan kabar masa lalu
Dironcekan dari penggalan penggalan kisah lucu jiwa belia
Menjadi kalung untuk dipakai
Melingkar dileher dan liontinnya tepat di ulu hati
Kini terpasang dibalik baju
Yang selalu bersentuh ari mengirimkan hangat ke sekujur badan
Kupukupu segera mati namun akan abadi mengalungi hari
Manado, 25 Maret 2010
Kupukupu datang membawakan kabar masa lalu
Dironcekan dari penggalan penggalan kisah lucu jiwa belia
Menjadi kalung untuk dipakai
Melingkar dileher dan liontinnya tepat di ulu hati
Kini terpasang dibalik baju
Yang selalu bersentuh ari mengirimkan hangat ke sekujur badan
Kupukupu segera mati namun akan abadi mengalungi hari
Manado, 25 Maret 2010
Aku Mengenalnya
Aku tidak mengenalnya
Walau telah cukup lama bersama
Sekarang aku mengenalnya
Dari sangat lama tidak bersama
Dan waktu telah mengukir nya
Menyatukan kaca kaca yang berserakan menjadi mozaik
Yang begitu indah bagi kami
Kini .... ?
MANADO, 23 MARET 2010
Walau telah cukup lama bersama
Sekarang aku mengenalnya
Dari sangat lama tidak bersama
Dan waktu telah mengukir nya
Menyatukan kaca kaca yang berserakan menjadi mozaik
Yang begitu indah bagi kami
Kini .... ?
MANADO, 23 MARET 2010
Letih
Menemu diri berpeluh lesu mati
yang letih diri merepih
diinjak kaki angkuh hari
Merindu gelombang cahaya mentari
mengalun seperti gelombang dipermukaan laut lalu mendekat pasti
membasuh ari menerobos pori pori
dan angin memijit penuh kasih
merasai kulit sesegar pagi
akankah diri tak sunyi lagi
MANADO, 22 MARET 2010
yang letih diri merepih
diinjak kaki angkuh hari
Merindu gelombang cahaya mentari
mengalun seperti gelombang dipermukaan laut lalu mendekat pasti
membasuh ari menerobos pori pori
dan angin memijit penuh kasih
merasai kulit sesegar pagi
akankah diri tak sunyi lagi
MANADO, 22 MARET 2010
Melati yang tumbuh liar tulus dari tanah
Melati yang tumbuh liar tulus dari tanah
dan telah menyebar harumnya
keseluruh udara yang menghidupi
tak akan mudah menguap walau kemarau
Dia telah menjadi bagian dari kegersangan
Putih dan harumnya menyatu dengan hijau
Bahkan ketika melati telah kering lalu mati
Semua tidak lalu menjadi cerita kemarin yang punah
MANADO, 19 MARET 2010
dan telah menyebar harumnya
keseluruh udara yang menghidupi
tak akan mudah menguap walau kemarau
Dia telah menjadi bagian dari kegersangan
Putih dan harumnya menyatu dengan hijau
Bahkan ketika melati telah kering lalu mati
Semua tidak lalu menjadi cerita kemarin yang punah
MANADO, 19 MARET 2010
cerita ceria
Ayo bernyanyi dan menari
Rintik gerimis menjadi irama
Kesunyian menjadi panggung
Bulan menjadi cahaya
Lalu kita berbincang
Warna warna yang muncul di timur
Berpadu cicit dari selatan
Berbincang bernas seharian tentang sehari hari
Bagaimana Kau suka ideku ini
Kita rangkai ceria sama sama
Jika Iya
Katakanlah dengan bahasamu kudengarkan dengan hati
MANADO, 16 MARET 2010
Rintik gerimis menjadi irama
Kesunyian menjadi panggung
Bulan menjadi cahaya
Lalu kita berbincang
Warna warna yang muncul di timur
Berpadu cicit dari selatan
Berbincang bernas seharian tentang sehari hari
Bagaimana Kau suka ideku ini
Kita rangkai ceria sama sama
Jika Iya
Katakanlah dengan bahasamu kudengarkan dengan hati
MANADO, 16 MARET 2010
Episode 3
episode 3
... (episode .. telah .. sudah .. selesai) ..
Setelah kau rangkul aku dengan misteri indah
Sudah kurasakan kini maknanya
Walau juga misteri
Tapi tetap indah
Selesailah aku di episode ini
Keindahan tetap keindahan
Menjadi kenangan abadi
Di hati di diri
Justru karena aku begitu hormat
Maka kubiarkan keindahan ini kunikmati sendiri
Justru karena aku begitu mencinta
Kubiarkan misteri itu musnah
MANADO, 15 MARET 2010
... (episode .. telah .. sudah .. selesai) ..
Setelah kau rangkul aku dengan misteri indah
Sudah kurasakan kini maknanya
Walau juga misteri
Tapi tetap indah
Selesailah aku di episode ini
Keindahan tetap keindahan
Menjadi kenangan abadi
Di hati di diri
Justru karena aku begitu hormat
Maka kubiarkan keindahan ini kunikmati sendiri
Justru karena aku begitu mencinta
Kubiarkan misteri itu musnah
MANADO, 15 MARET 2010
Episode 2
episode 2
...(episode.. U..RAI)...
Waktu yang justru tak kupunya
Menjadi harta yang harus kusumbangkan
Walau harus menghutang
Kepada hari-hariku
Waktu inilah yang menampar keras memerah pipiku
Akan waktu waktu yang kujalani tanpa kusadari
Iya waktu begitu tegas tanpa bimbang
Tidak seperti hati yang penuh pertarungan
Waktu pula yang mengurai
Resah resahku yang tak guna
di waktu itu lah tempat menyadari segala resah
Bukan resah yang harus hidup tapi aku
MANADO, MARATON 13-14 MARET 2010
...(episode.. U..RAI)...
Waktu yang justru tak kupunya
Menjadi harta yang harus kusumbangkan
Walau harus menghutang
Kepada hari-hariku
Waktu inilah yang menampar keras memerah pipiku
Akan waktu waktu yang kujalani tanpa kusadari
Iya waktu begitu tegas tanpa bimbang
Tidak seperti hati yang penuh pertarungan
Waktu pula yang mengurai
Resah resahku yang tak guna
di waktu itu lah tempat menyadari segala resah
Bukan resah yang harus hidup tapi aku
MANADO, MARATON 13-14 MARET 2010
Episode 1
episode 1
...(Episode Tanda Seru)...
Pecah..
Resah terpecah
Gelisah membuncah
Hasrat
Liat mengerat
Kuat melumat
Aku
Dideru lesu
Kau membisu
MANADO, 13 MARET 2010
...(Episode Tanda Seru)...
Pecah..
Resah terpecah
Gelisah membuncah
Hasrat
Liat mengerat
Kuat melumat
Aku
Dideru lesu
Kau membisu
MANADO, 13 MARET 2010
R.R.E
Dalam diriku meriap resah
yang tibatiba ajeg singgah
Dalam diriku menusuk rindu
yang membilu ragu
Dalam diriku menjumpa engkau
lalu memusim kemarau
RESAH RINDU ENGKAU
Manado, 12 Maret 2010
yang tibatiba ajeg singgah
Dalam diriku menusuk rindu
yang membilu ragu
Dalam diriku menjumpa engkau
lalu memusim kemarau
RESAH RINDU ENGKAU
Manado, 12 Maret 2010
ingin
Ingin kuraih bintang dilangit
Namun bumi memberiku suluh
Ingin kusibakkan gelombang dengan dayungku
Namun tanah memberiku setapak jalan
Ingin kujejak dibawah kakiku puncak gunung
Namun bukit bukit kecil terjal yang menantangku
Inginku disini saja sekarang
dan mengajak bintang samudra dan gunung
walau hanya dalam kanvas
hatiku
Manado, 11 Maret 2010
Namun bumi memberiku suluh
Ingin kusibakkan gelombang dengan dayungku
Namun tanah memberiku setapak jalan
Ingin kujejak dibawah kakiku puncak gunung
Namun bukit bukit kecil terjal yang menantangku
Inginku disini saja sekarang
dan mengajak bintang samudra dan gunung
walau hanya dalam kanvas
hatiku
Manado, 11 Maret 2010
dalam gelombangku
Bawalah dirimu bersama perahu cadik yang lapuk itu
Kuantarkan dalam gelombangku yang tenang
Jika kaudapati langit hitam badai akan datang
Ambillah segenggam air laut di samping kayu cadik itu lalu lemparlah
Badai pun akan melunak
Jika kaudapati riap yang resah ketahuilah ombak akan menggulung
Pukulkan dayungmu di hamparan air di muka cadik
Ombak pun akan urung meradang
Jika cakrawala yang luas membuat lelah
Lihat di kedalaman pandanglah di biru jernih pasti kau dapati
Senyumku ada menjaga lunas dan buritan
Setelah tiba di pantai tujuan
Sibakkan rambut panjangmu dan tengoklah laut yang luas di belakangmu
Semoga kau percaya dalam keluasan dan ketenangan
Tidak ada tempat yang tak bisa kutuju
Manado, 10 Maret 2010
Kuantarkan dalam gelombangku yang tenang
Jika kaudapati langit hitam badai akan datang
Ambillah segenggam air laut di samping kayu cadik itu lalu lemparlah
Badai pun akan melunak
Jika kaudapati riap yang resah ketahuilah ombak akan menggulung
Pukulkan dayungmu di hamparan air di muka cadik
Ombak pun akan urung meradang
Jika cakrawala yang luas membuat lelah
Lihat di kedalaman pandanglah di biru jernih pasti kau dapati
Senyumku ada menjaga lunas dan buritan
Setelah tiba di pantai tujuan
Sibakkan rambut panjangmu dan tengoklah laut yang luas di belakangmu
Semoga kau percaya dalam keluasan dan ketenangan
Tidak ada tempat yang tak bisa kutuju
Manado, 10 Maret 2010
rindu daun
Sungguh tak disesali perpisahannya dengan pohon
Di ayun selendang angin
Melayang resah mengikuti hembusannya
Kerinduannya pada rumput yang terbaring damai
Masih menunggu tak lebih cepat dari air yang menetes
Dibawa angin dia masih harus berkelana entah berapa lama lagi
Manado, 10 Maret 2010
Di ayun selendang angin
Melayang resah mengikuti hembusannya
Kerinduannya pada rumput yang terbaring damai
Masih menunggu tak lebih cepat dari air yang menetes
Dibawa angin dia masih harus berkelana entah berapa lama lagi
Manado, 10 Maret 2010
malam, kunang-kunang, bintang dan pohon
Malam tak selalu bercerita sepi
Karena sepi hanyalah kunang kunang yang kau lihat cahayanya
Malam tak selalu bernyanyi kegelapan
Karena gelap bagai lukisan milyar bintang di kanvas langit
Malam tak mesti penjara
Karena dia adalah taman puisi bagi pepohonan mendewasa
Malam kunang kunang bintang dan pohon
Kurangkaikan seikat dua
Satu ditangan kananmu
Satu ditangan kiriku
Sepasang tangan kita satunya bergandeng jemari bertaut pasti
dan melangkah pada jalan purnama sempurna
Manado, 4 Maret 2010
Karena sepi hanyalah kunang kunang yang kau lihat cahayanya
Malam tak selalu bernyanyi kegelapan
Karena gelap bagai lukisan milyar bintang di kanvas langit
Malam tak mesti penjara
Karena dia adalah taman puisi bagi pepohonan mendewasa
Malam kunang kunang bintang dan pohon
Kurangkaikan seikat dua
Satu ditangan kananmu
Satu ditangan kiriku
Sepasang tangan kita satunya bergandeng jemari bertaut pasti
dan melangkah pada jalan purnama sempurna
Manado, 4 Maret 2010
dia adalah setetes tinta
Dia adalah tinta
Terjatuh setetes kecil di ujung kertas
Yang jari lentik bergemetar menarik pena dari dibasahkan lagi
Telah banyak noda pada diary itu
Selalu, kala gadis itu menumpahkan dadanya yang hampir hampir meledak
Sungguh tak disesalinya bahkan itu isyarat kepada sang penulis
Isyarat itu bagai nyanyian gerhana
Yang begitu singkat menjadi kering
Tak sempat memenuhi halaman disetiap larik lariknya
Dia berharap tetesan kali ini
dapat mengisyarat diantara yang tersurat
bahwa dia selalu ada di tiap tiap kegelisahannya
Manado, 1 Maret 2010
Terjatuh setetes kecil di ujung kertas
Yang jari lentik bergemetar menarik pena dari dibasahkan lagi
Telah banyak noda pada diary itu
Selalu, kala gadis itu menumpahkan dadanya yang hampir hampir meledak
Sungguh tak disesalinya bahkan itu isyarat kepada sang penulis
Isyarat itu bagai nyanyian gerhana
Yang begitu singkat menjadi kering
Tak sempat memenuhi halaman disetiap larik lariknya
Dia berharap tetesan kali ini
dapat mengisyarat diantara yang tersurat
bahwa dia selalu ada di tiap tiap kegelisahannya
Manado, 1 Maret 2010
ditiap-tiap kedipan mata
Senyummu abadi di tiap tiap kedipan mataku
Yang engkau tak mengerti terjadinya
Juga aku tak memahami mengapa
Dan entah mengapa kau tak pula beranjak
Pun aku betah memandang dalam nanar yang kosong
Sementara matahari makin sore menggiring burung burung kesarangnya
Senyummu abadi di tiap tiap degap hatiku
Menyanyikan sajak sajak sapardi di malam lelapku
Tentang cinta awan kepada hujan
Hingga pagi mentari menerobos sela sela kayu jendela kamar
meniupkan ruhnya dan senyum itu hidup kembali
dalam tiap tiap kedipan mata
Manado, 24 Februari 2010
Yang engkau tak mengerti terjadinya
Juga aku tak memahami mengapa
Dan entah mengapa kau tak pula beranjak
Pun aku betah memandang dalam nanar yang kosong
Sementara matahari makin sore menggiring burung burung kesarangnya
Senyummu abadi di tiap tiap degap hatiku
Menyanyikan sajak sajak sapardi di malam lelapku
Tentang cinta awan kepada hujan
Hingga pagi mentari menerobos sela sela kayu jendela kamar
meniupkan ruhnya dan senyum itu hidup kembali
dalam tiap tiap kedipan mata
Manado, 24 Februari 2010
hujan yang turun kemarin
Hujan yang turun kemarin
Membawa panas yang selama ini mengangkasa diantara bumi langit
Diluruhkan di genangan genangan yang menuju parit selokan sungai lalu kelaut
Dan laut pun mendidih palung palungnya menghangat misterinya menguap
ikan ikan meminum dari gelegaknya dan panasnya meresap ke akar bawah tanah
buah sayur bermuatan panas hewan hewan berkenyang panas
manusia semakin panas darahnya bumi berkulminasi di puncaknya panas
Hujan yang turun kemarin
bersedih
dia bersembunyi di bumi hijau impian entah kolong galaksi yang mana
menangis sekerasnya menyesali turunnya kemarin di bumi kita
Hujan yang turun kemarin
adalah puisi perpisahannya
sesal turunnya tak lagi membawa segar
air matanya terkadang setetes singgah di bumi kini
Hujan yang turun kemarin
Berjanji tak akan lagi singgah
dia telah kehilangan segar dan sejuknya
yang berduka dalam atas kegersangan kita
ya kita ... manusia
Manado, 23 Februari 2010
Membawa panas yang selama ini mengangkasa diantara bumi langit
Diluruhkan di genangan genangan yang menuju parit selokan sungai lalu kelaut
Dan laut pun mendidih palung palungnya menghangat misterinya menguap
ikan ikan meminum dari gelegaknya dan panasnya meresap ke akar bawah tanah
buah sayur bermuatan panas hewan hewan berkenyang panas
manusia semakin panas darahnya bumi berkulminasi di puncaknya panas
Hujan yang turun kemarin
bersedih
dia bersembunyi di bumi hijau impian entah kolong galaksi yang mana
menangis sekerasnya menyesali turunnya kemarin di bumi kita
Hujan yang turun kemarin
adalah puisi perpisahannya
sesal turunnya tak lagi membawa segar
air matanya terkadang setetes singgah di bumi kini
Hujan yang turun kemarin
Berjanji tak akan lagi singgah
dia telah kehilangan segar dan sejuknya
yang berduka dalam atas kegersangan kita
ya kita ... manusia
Manado, 23 Februari 2010
cinta bukan
Mencari cinta diantara kehangatan surya dan taman taman bunga
Tidak akan kautemu kata indah yang menghangatkan dan rangkai bunga buat kekasihmu
Mencari cinta di lautan luas dan cakrawala
Tidak akan kautemu nyanyi sedih camar camar yang menyayat hati pasanganmu
Mencari cinta di dalam bumi tempat intan berlian dan emas
Tidak akan kau temu cincin dan perhiasan kekal tanda cinta
Cinta adalah ego yang selalu kau bawa
kala mentari suci memberi cinta hangatnya
kala melati suci memberi cinta dari harum wanginya
kala lautan luas dan cakrawala memberi ruang pada cinta
kala cincin dan permata memberi tanda di cintamu
Cinta ada dihatimu dia berselimut ego
Meruang dalam keabadian
Diwariskan dari maha cinta
Untuk menemuNYA
Dia akan menjadi cahaya bagi sekelilingmu
menjadi air bagi haus menjadi cakrawala bagi damai
menjadi intan termahal bagi tanda cintamu
Tapi dia tidak di egomu
Manado, 16 Februari 2010
Tidak akan kautemu kata indah yang menghangatkan dan rangkai bunga buat kekasihmu
Mencari cinta di lautan luas dan cakrawala
Tidak akan kautemu nyanyi sedih camar camar yang menyayat hati pasanganmu
Mencari cinta di dalam bumi tempat intan berlian dan emas
Tidak akan kau temu cincin dan perhiasan kekal tanda cinta
Cinta adalah ego yang selalu kau bawa
kala mentari suci memberi cinta hangatnya
kala melati suci memberi cinta dari harum wanginya
kala lautan luas dan cakrawala memberi ruang pada cinta
kala cincin dan permata memberi tanda di cintamu
Cinta ada dihatimu dia berselimut ego
Meruang dalam keabadian
Diwariskan dari maha cinta
Untuk menemuNYA
Dia akan menjadi cahaya bagi sekelilingmu
menjadi air bagi haus menjadi cakrawala bagi damai
menjadi intan termahal bagi tanda cintamu
Tapi dia tidak di egomu
Manado, 16 Februari 2010
CENTURY
Century di awalawalnya abad 21 negaraku
Membakar ufuk sampai perjalanan, panasnya menghanguskan mayapada
Meradang dan makin parah
Dokter dan ahli harus menyuntiknya
Jika tidak maka lumpuh dan mati sendisendi kemakmuran negara
Walau ada satu dua jiwa pasien yang harganya lebih murah dari antibiotik
Sedang terkapar tak bisa makan, tak bisa ke rumah sakit, tak bisa bisa bayar hutang, atau bangkrut dan melarat mendadak.
Tidak perlu disuntik mereka akan mati sendiri dan bahkan bunuh diri tanpa harus mengguncang sendi sendi ekonomi
Century abad kini negaraku
Anak anak usia dini harus berjuang di perempatan, berlarian melompat diantara gerbong kereta, bernyanyi dengan semangat 45 di pintupintu angkot dan bis kota.
Tidak boleh capek dan lelah apalagi sekedar duduk meminum aqua gelasan pereda serak suara yang tak lagi lantang
Malam pun tidur harus dibayar dengan anus yang diobok-obok batangbatang setan agar diijinkan melihat mentari esok
Di gubuk yang kumuh dan beraroma kencing berak beralas kardus kardus TV dan kulkas yang selalu diimpikan punya, dengan gagah ia melayani tanpa menitik air mata nafsu biadad jiwa jiwa binatang
Century abad tinggal landas negaraku
Wakil wakil kami di DPR, melakonkan drama picisan sinetron murahan di senayan
Dengan olah vokal yang indah, plot pangung yang rapi, alur cerita yang mudah ditebak
Membela kepentingan rakyat .. tapi yang mana?
Rakyat yang masih mengantungkan beras murah, listrik murah, air bersih gampang, minyak murah, sekolah dan rumah sakit murah.
Atau rakyat yang menggantungkan kuasa dan modal demi visi misi dan platform mereka masing masing yang absurd dan lintang pukang.
Century adalah abad pemupukan bibit generasi penerus
Generasi yang menguasai ilmu ilmu praktis, praktis cepat kaya, praktis mengikut gaya hidup western, praktis kapitalis dan praktis hedonis.
Ilmu luhur dan budi pekertipun dijadikan praktis.
Hingga telah membiasa bicara penderitaan orang dengan doping suntik dan bong, membicarakan hukum dan tata negara di kafekafe dan karaoke, mendukung ekonomi rakyat tapi lebih sreg belanja gaya hidup dan dugem
Century juga abad penguatan hukum
Hukum yang relatif dan menyudutpandangkan sehingga mampu menjawab makin kenyalnya jaman.
Polisi jaksa hakim dan penegak hukum lain, memegang kitabkitab hukumnya bak layang layang.
Ditarik diulur mengikut angin dimanuverkan meliuk liuk indah, jika tak ada angin dibawa berlari mencari angin.
Tapi bagi nenek pencuri mangga, kakek pencuri bawang, bapak pencuri singkong, dan anak pencuri pinsil, tidak ada angin sama sekali, karena kejahatan mereka di abad ini tidak lagi life style.
Century adalah memeratakan kekuasaan dan kemakmuran
Daerah daerah harus mandiri, milih kepalanya mandiri, mengatur ekonominya mandiri, merumuskan kebijakan daerahpun mandiri, tapi korupsinya selalu jamaah
Kemakmuran pun merata seluruh daerah mengolah hasil alamnya sendiri, bumi laut dan kekayaan alamnya diolah sendiri, untuk golongan sendiri, kroni sendiri.. lagi lagi rakyat jelata pun harus disendirikan
Century hanya putaran waktu
ada siang ada malam ada pagi ada sore ada awal ada akhir
Setajam pedang ia memisahkan sekarang dan kemarin
Membuat mereka terlena dan tertawa bahagia
Sisi tajam satunya telah mengiris jiwa jiwa yang lelah dan telah bersabar
Air kesabaran yang diambil dari penghayatan hidup kesederhanaan, kerja keras, nerimo ing pandum, dan berserah diri, telah termampatkan menjadi energi yang luar biasa dahsyat.
Bagai tsunami ia akan menyapu bersih keangkuhan dan pongah, dia datang dari sudut sudut gelap dan dari asingnya keramaian.
Semua terbelak mata dan bergetar segala gentar, semua terlambat century akan berganti.
di Mayapada Indonesia
Manado, 14 Februari 2010
Membakar ufuk sampai perjalanan, panasnya menghanguskan mayapada
Meradang dan makin parah
Dokter dan ahli harus menyuntiknya
Jika tidak maka lumpuh dan mati sendisendi kemakmuran negara
Walau ada satu dua jiwa pasien yang harganya lebih murah dari antibiotik
Sedang terkapar tak bisa makan, tak bisa ke rumah sakit, tak bisa bisa bayar hutang, atau bangkrut dan melarat mendadak.
Tidak perlu disuntik mereka akan mati sendiri dan bahkan bunuh diri tanpa harus mengguncang sendi sendi ekonomi
Century abad kini negaraku
Anak anak usia dini harus berjuang di perempatan, berlarian melompat diantara gerbong kereta, bernyanyi dengan semangat 45 di pintupintu angkot dan bis kota.
Tidak boleh capek dan lelah apalagi sekedar duduk meminum aqua gelasan pereda serak suara yang tak lagi lantang
Malam pun tidur harus dibayar dengan anus yang diobok-obok batangbatang setan agar diijinkan melihat mentari esok
Di gubuk yang kumuh dan beraroma kencing berak beralas kardus kardus TV dan kulkas yang selalu diimpikan punya, dengan gagah ia melayani tanpa menitik air mata nafsu biadad jiwa jiwa binatang
Century abad tinggal landas negaraku
Wakil wakil kami di DPR, melakonkan drama picisan sinetron murahan di senayan
Dengan olah vokal yang indah, plot pangung yang rapi, alur cerita yang mudah ditebak
Membela kepentingan rakyat .. tapi yang mana?
Rakyat yang masih mengantungkan beras murah, listrik murah, air bersih gampang, minyak murah, sekolah dan rumah sakit murah.
Atau rakyat yang menggantungkan kuasa dan modal demi visi misi dan platform mereka masing masing yang absurd dan lintang pukang.
Century adalah abad pemupukan bibit generasi penerus
Generasi yang menguasai ilmu ilmu praktis, praktis cepat kaya, praktis mengikut gaya hidup western, praktis kapitalis dan praktis hedonis.
Ilmu luhur dan budi pekertipun dijadikan praktis.
Hingga telah membiasa bicara penderitaan orang dengan doping suntik dan bong, membicarakan hukum dan tata negara di kafekafe dan karaoke, mendukung ekonomi rakyat tapi lebih sreg belanja gaya hidup dan dugem
Century juga abad penguatan hukum
Hukum yang relatif dan menyudutpandangkan sehingga mampu menjawab makin kenyalnya jaman.
Polisi jaksa hakim dan penegak hukum lain, memegang kitabkitab hukumnya bak layang layang.
Ditarik diulur mengikut angin dimanuverkan meliuk liuk indah, jika tak ada angin dibawa berlari mencari angin.
Tapi bagi nenek pencuri mangga, kakek pencuri bawang, bapak pencuri singkong, dan anak pencuri pinsil, tidak ada angin sama sekali, karena kejahatan mereka di abad ini tidak lagi life style.
Century adalah memeratakan kekuasaan dan kemakmuran
Daerah daerah harus mandiri, milih kepalanya mandiri, mengatur ekonominya mandiri, merumuskan kebijakan daerahpun mandiri, tapi korupsinya selalu jamaah
Kemakmuran pun merata seluruh daerah mengolah hasil alamnya sendiri, bumi laut dan kekayaan alamnya diolah sendiri, untuk golongan sendiri, kroni sendiri.. lagi lagi rakyat jelata pun harus disendirikan
Century hanya putaran waktu
ada siang ada malam ada pagi ada sore ada awal ada akhir
Setajam pedang ia memisahkan sekarang dan kemarin
Membuat mereka terlena dan tertawa bahagia
Sisi tajam satunya telah mengiris jiwa jiwa yang lelah dan telah bersabar
Air kesabaran yang diambil dari penghayatan hidup kesederhanaan, kerja keras, nerimo ing pandum, dan berserah diri, telah termampatkan menjadi energi yang luar biasa dahsyat.
Bagai tsunami ia akan menyapu bersih keangkuhan dan pongah, dia datang dari sudut sudut gelap dan dari asingnya keramaian.
Semua terbelak mata dan bergetar segala gentar, semua terlambat century akan berganti.
di Mayapada Indonesia
Manado, 14 Februari 2010
suara
Suara ini tak menemu bentuk
Padahal ronggarongganya telah bergetar
Satu satu merambat menggetarkan rongga lain
Dalam lubuk hati yang lalu keluar menyesak dada
Suara ini menjemput jutaan rangkai abjab
yang menempel dalam temboktembok dada
yang terbuat dari agaragar di rongga kepala
namun hancur di pangkal kerongkongan
Suara ini tak mampu mengikatnya
jutaan rangkai abjad menjadi minyak
bercampur darah dan nanah
mengendap dalam pipapipa kepenatan
Suara ini tak menemu muara
perjalanannya kesana membawa lumpur
di atas punggungnya di ikat pula di kaki dan tangan
berakhir di pinggiran kali kekeruhan
Suara ini menitipkan pesan
yang tak sempat terucap
atau pun ditulisnya
isyaratnyapun mungkin tidak tertangkap
Suara ini berbaring lemah dan tak berdaya
tak lagi mentari bulan dan awan
bisa dipetik hikmah olehnya
hanya dalam rongga kosong di dada
menunggu datang burung burung bangau membawanya terbang
Manado, 12 Februari 2010
Padahal ronggarongganya telah bergetar
Satu satu merambat menggetarkan rongga lain
Dalam lubuk hati yang lalu keluar menyesak dada
Suara ini menjemput jutaan rangkai abjab
yang menempel dalam temboktembok dada
yang terbuat dari agaragar di rongga kepala
namun hancur di pangkal kerongkongan
Suara ini tak mampu mengikatnya
jutaan rangkai abjad menjadi minyak
bercampur darah dan nanah
mengendap dalam pipapipa kepenatan
Suara ini tak menemu muara
perjalanannya kesana membawa lumpur
di atas punggungnya di ikat pula di kaki dan tangan
berakhir di pinggiran kali kekeruhan
Suara ini menitipkan pesan
yang tak sempat terucap
atau pun ditulisnya
isyaratnyapun mungkin tidak tertangkap
Suara ini berbaring lemah dan tak berdaya
tak lagi mentari bulan dan awan
bisa dipetik hikmah olehnya
hanya dalam rongga kosong di dada
menunggu datang burung burung bangau membawanya terbang
Manado, 12 Februari 2010
sesaat sebelum senja menghilang
Sesaat sebelum senja benarbenar menghilang
Dan kegelapan menyelimuti seluruh penjuru malam
Kupukupu dengan sayap biru jernih dan ungu anggun bergaris benang emas
Meninggalkan rimbunan bunga di sebelah tembok yang hitam
dilegamkan api sampah tak jauh dari rimbun bunga itu
Tak sempat dia berpesan kepada kembang sepatu yang dikitarinya tadi
Bahwa dia akan selalu terbang mengitari
Walau bara api memakan akar akar bunga hingga kering kedahan dan kelopaknya
Manado, 11 Februari 2010
Dan kegelapan menyelimuti seluruh penjuru malam
Kupukupu dengan sayap biru jernih dan ungu anggun bergaris benang emas
Meninggalkan rimbunan bunga di sebelah tembok yang hitam
dilegamkan api sampah tak jauh dari rimbun bunga itu
Tak sempat dia berpesan kepada kembang sepatu yang dikitarinya tadi
Bahwa dia akan selalu terbang mengitari
Walau bara api memakan akar akar bunga hingga kering kedahan dan kelopaknya
Manado, 11 Februari 2010
DUHAI
Duhai
Senyumlah
Senyumlah yang memekarkan putih melati
Senyumlah yang mencerahkan kuning kemuning
Dihamparan permadani hijau segar
Yang mengajak kaki kaki kecil berlarian riang
Berputaran dan bercanda gembira diantara
Himpunan bunga-bunga aneka pelangi
Berpayung biru
Senyumlah Duhai
Senyumlah karena senyum adalah taman bunga
Yang mengajarkan damai dan tenang
Dan warna warna adalah permainan kita
Manado, 8 Februari 2010
Senyumlah
Senyumlah yang memekarkan putih melati
Senyumlah yang mencerahkan kuning kemuning
Dihamparan permadani hijau segar
Yang mengajak kaki kaki kecil berlarian riang
Berputaran dan bercanda gembira diantara
Himpunan bunga-bunga aneka pelangi
Berpayung biru
Senyumlah Duhai
Senyumlah karena senyum adalah taman bunga
Yang mengajarkan damai dan tenang
Dan warna warna adalah permainan kita
Manado, 8 Februari 2010
kulihat senyummu
Kulihat senyummu memecah awan yang mati
Hari hati kau titi berteman hati
Laun dan pasti kau temu arti
Genggam erat mewujud diri
Sudah punah menanti
Bahagia diraih setelah lama bersembunyi
Kulihat Senyummu, Bahagia
Hari hati kau titi berteman hati
Laun dan pasti kau temu arti
Genggam erat mewujud diri
Sudah punah menanti
Bahagia diraih setelah lama bersembunyi
Kulihat Senyummu, Bahagia
suara hati
Diam tenang bersembunyi dibalik resah gelisahan
Mengamati jauh dibelakang walau dekat berhampiran
Kala dengus keji berhembus dia bergetar
Matanya awas melihat rasa yang menggelepar
dipeluknya diam diam dan halus pelan
hingga tak terasa kehadiraan
Hanya untuk berbisik mengabarkan
"Itu palsu, bias dan fana"
lalu melaten lagi
Akankah itu kau dengar?
Manado, 27 Januari 2010
Mengamati jauh dibelakang walau dekat berhampiran
Kala dengus keji berhembus dia bergetar
Matanya awas melihat rasa yang menggelepar
dipeluknya diam diam dan halus pelan
hingga tak terasa kehadiraan
Hanya untuk berbisik mengabarkan
"Itu palsu, bias dan fana"
lalu melaten lagi
Akankah itu kau dengar?
Manado, 27 Januari 2010
dari tembok dan asap
Ada seekor pipit kuning yang bermoyangkan dari sisi utara khatulistiwa
Pipit yang tumbuh di pusatnya tembok dan asap di selatan khatulistiwa
Tembok dan asap bagaikan taman bunga hari-harinya
Impian dan imajinasinya sungguh kuat hingga merubah tembok dan asap
Menjadi Kemuning dan Melati
Pipit itu mengerti benar mencari sarisari hidup dari tembok dan asap
Dipungutinya dengan lembut sarisari itu menjadi nutrisi hidupnya
Tubuhnya makin bernas, bulubulunya halus bersih dan makin cerah
Cengkeramnya kuat dan bersahaja
cicitnya merdu dan lantang kepaknya mantap mengalun
Dia terbang tiap hari menghantar
kicaukicau penyemangat
cecuit kedamaian dan persahabatan
harihari terasa lebih riang kehadirannya
pipit pun tak kenal lelah karena dia telah menghayati
sari sari kehidupan dari tembok dan asap angkuhnya belantara gegedungan
Manado, 26 Januari 2010
Pipit yang tumbuh di pusatnya tembok dan asap di selatan khatulistiwa
Tembok dan asap bagaikan taman bunga hari-harinya
Impian dan imajinasinya sungguh kuat hingga merubah tembok dan asap
Menjadi Kemuning dan Melati
Pipit itu mengerti benar mencari sarisari hidup dari tembok dan asap
Dipungutinya dengan lembut sarisari itu menjadi nutrisi hidupnya
Tubuhnya makin bernas, bulubulunya halus bersih dan makin cerah
Cengkeramnya kuat dan bersahaja
cicitnya merdu dan lantang kepaknya mantap mengalun
Dia terbang tiap hari menghantar
kicaukicau penyemangat
cecuit kedamaian dan persahabatan
harihari terasa lebih riang kehadirannya
pipit pun tak kenal lelah karena dia telah menghayati
sari sari kehidupan dari tembok dan asap angkuhnya belantara gegedungan
Manado, 26 Januari 2010
Dan Ketika
Dan ketika,
akhirnya ranting lapuk terjatuh di tanah basah
dia teringat kala burung-burung pipit mencengkeram dengan kaki kecilnya
yang bernyanyi bermandikan cahaya matahari
dalam lagunya disisipkan selarik syair
tidak kah engkau ikut mengambil sari yang disajikan akar pohon ini
Lalu mentari berkata kala burung-burung itu pergi
benar apa yang disampaikan pipit
sinarku hanya untuk membantumu bukan sari untuk kamu tumbuh dan kuat
lihatlah peganganmu sungguh lemah sambil melirik pangkal ranting yang menempel di dahan
kala awan menghalau cahaya mentari dan turunlah hujan,
air yang lolos dari tampungan daun-daun
singgah kepada ranting membawa kabar dari langit
segeralah berpegang kuat di dahan utama itu engkau begitu ringkih
jemari nya telah menyerbuk bertahun tahun dimakan bangga pesona
yang dimakan pipit kuning yang cantik dan bernyanyi riang
Dan ketika,
sesampai di tanah basah
dia berpesan kepada ranting yang lain
dengan suara keras jatuhnya ranting lapuk di sebuah tanah basah
Manado, 21 Januari 2010
akhirnya ranting lapuk terjatuh di tanah basah
dia teringat kala burung-burung pipit mencengkeram dengan kaki kecilnya
yang bernyanyi bermandikan cahaya matahari
dalam lagunya disisipkan selarik syair
tidak kah engkau ikut mengambil sari yang disajikan akar pohon ini
Lalu mentari berkata kala burung-burung itu pergi
benar apa yang disampaikan pipit
sinarku hanya untuk membantumu bukan sari untuk kamu tumbuh dan kuat
lihatlah peganganmu sungguh lemah sambil melirik pangkal ranting yang menempel di dahan
kala awan menghalau cahaya mentari dan turunlah hujan,
air yang lolos dari tampungan daun-daun
singgah kepada ranting membawa kabar dari langit
segeralah berpegang kuat di dahan utama itu engkau begitu ringkih
jemari nya telah menyerbuk bertahun tahun dimakan bangga pesona
yang dimakan pipit kuning yang cantik dan bernyanyi riang
Dan ketika,
sesampai di tanah basah
dia berpesan kepada ranting yang lain
dengan suara keras jatuhnya ranting lapuk di sebuah tanah basah
Manado, 21 Januari 2010
Untuk Anakku
Salam sayang yang tak hingga anakku..
Hari ini kau menginjak lebih dewasa 1 tahun
Kau jalani sepi harimu anakku
Hatimu yang polos tentu berteriak kehadiranku
Namun dari suara kutelpon tadi
Engkau demikian tabah
Engkau yang masih 6 tahun
Ketabahanmu sungguh luar biasa
Melebihi tuntutan yang seharusnya dibebankan
Engkau anakku .. tentu menjadi buah hati
Dan buah hati itu semoga didengar Tuhan
Dan Tuhan-pun trenyuh merasakan ini
Seperti trenyuhnya melihat anak-anak lain berjuang di kerasnya jalan
Bersama hatimu yang polos
Yang selalu sepi
Dan hati polos dan sepi anak-anak yang terjajah dijalanan
Akan menjadikan alasan-NYA untuk bergeliat
Cahaya-NYA akan memeluk lembut hatimu
Engkaupun terhangatkan anakku
Dan semua dilunakkan dihadapanmu
Lalu jalan terbentang untukmu
Jalan yang terang penuh warna warni bunga
Dan semerbak yang selalu dirindu
Nyanyi riang burung yang berirama bersama gemericik air
Jalan yang dibangun keshalehan
Engkau anakku yang polos hatinya
Sepi kau jalani tabah kau hadapi
Air matamu adalah berlian
Ketabahanmu adalah malaikat
Selamat ulang tahun anakku
Doaku ... doaku ..
MANADO 15 JANUARI 2010
Hari ini kau menginjak lebih dewasa 1 tahun
Kau jalani sepi harimu anakku
Hatimu yang polos tentu berteriak kehadiranku
Namun dari suara kutelpon tadi
Engkau demikian tabah
Engkau yang masih 6 tahun
Ketabahanmu sungguh luar biasa
Melebihi tuntutan yang seharusnya dibebankan
Engkau anakku .. tentu menjadi buah hati
Dan buah hati itu semoga didengar Tuhan
Dan Tuhan-pun trenyuh merasakan ini
Seperti trenyuhnya melihat anak-anak lain berjuang di kerasnya jalan
Bersama hatimu yang polos
Yang selalu sepi
Dan hati polos dan sepi anak-anak yang terjajah dijalanan
Akan menjadikan alasan-NYA untuk bergeliat
Cahaya-NYA akan memeluk lembut hatimu
Engkaupun terhangatkan anakku
Dan semua dilunakkan dihadapanmu
Lalu jalan terbentang untukmu
Jalan yang terang penuh warna warni bunga
Dan semerbak yang selalu dirindu
Nyanyi riang burung yang berirama bersama gemericik air
Jalan yang dibangun keshalehan
Engkau anakku yang polos hatinya
Sepi kau jalani tabah kau hadapi
Air matamu adalah berlian
Ketabahanmu adalah malaikat
Selamat ulang tahun anakku
Doaku ... doaku ..
MANADO 15 JANUARI 2010
Burung Nazar
Kepenatan adalah burung burung nazar
mencabik cabik daging dari tulangnya
segala cerah, segala sejuk, segala riang
menghitam dalam mata terbuka
Aku berlari dan berdiri tegak
walau lututku bergeretak
dan urat urat di sekujur badan tidak lagi mengencang
menyanggah kuat tulang tulang agar tetap tegak
Dalam hidup yang serba cepat dan palsu ini
kepenatan bagai rollet russia
mendera pikiran, menunggu waktu
kapan peluru sedianya menembus benak benak yang lelah
Hilang sesaat dalam tidur malamku
Paginya burung burung nazar
mencabik cabik daging dari tulangnya
segala cerah, segala sejuk, segala riang
menghitam dalam mata terbuka
Manado, 13 Januari 2010
mencabik cabik daging dari tulangnya
segala cerah, segala sejuk, segala riang
menghitam dalam mata terbuka
Aku berlari dan berdiri tegak
walau lututku bergeretak
dan urat urat di sekujur badan tidak lagi mengencang
menyanggah kuat tulang tulang agar tetap tegak
Dalam hidup yang serba cepat dan palsu ini
kepenatan bagai rollet russia
mendera pikiran, menunggu waktu
kapan peluru sedianya menembus benak benak yang lelah
Hilang sesaat dalam tidur malamku
Paginya burung burung nazar
mencabik cabik daging dari tulangnya
segala cerah, segala sejuk, segala riang
menghitam dalam mata terbuka
Manado, 13 Januari 2010
Tadi Malam Aku ke Angkasa
Tadi malam aku berjalan jalan ke angkasa
Melihat bumi yang biru dari ketinggian
Melayang ringan kuhindari benturan dengan meteor
Tenang sekali kususuri kegelapan disitu
Mencari temanku yang sangat penyendiri
Dialah bintang yang tak mungkin kuajak ke bumi
Karena kalau bukan bintang tentu bumi yang akan mati
Manado, 9 Januari 2010
Melihat bumi yang biru dari ketinggian
Melayang ringan kuhindari benturan dengan meteor
Tenang sekali kususuri kegelapan disitu
Mencari temanku yang sangat penyendiri
Dialah bintang yang tak mungkin kuajak ke bumi
Karena kalau bukan bintang tentu bumi yang akan mati
Manado, 9 Januari 2010
Kepada Lilin
Yang pada waktu itu adalah kegelapan mengerudung
kehampaan telah menembok sekeliling juga atas bawah
Kepada lilin yang sebatang dengan setali uratnya yang menyala
Terima kasih menemaniku dengan terangmu
walau untuk itu engkau habis lalu mati
Manado, 7 Januari 2010
kehampaan telah menembok sekeliling juga atas bawah
Kepada lilin yang sebatang dengan setali uratnya yang menyala
Terima kasih menemaniku dengan terangmu
walau untuk itu engkau habis lalu mati
Manado, 7 Januari 2010
Maju !
Kau ingat kala kuingatkan bara dalam sekam hidupmu
Saatnya sekarang kita tiup kuat tapi lembut
Pastikan oksigennya merata dalam gas gas yang laten
Waktu telah bertambah dan semakin habis
Pencarianmu dan aku belum juga tuntas
Api, ya itu yang kita butuhkan
Membakar sekam dan memanaskan darah semangat kita
Temanku mari dalam satu irama tariklah nafas
Hembuskan kuat dan perlahan,
resapi resapi udara yang keluar
Memberi ruang oksigen untuk berkarya
Ayo
kita semua memang letih ayo
Kita semua harus menggeliat sekarang ayo
Ayo teman temanku
ayo semangat
Kita bersama sama dan jangan kita saling sikut
Malah kita harus robohkan segala macam jurang pembeda
Semua telah tertakar pasti kita hanya menjalani
Ya satu langkah hentakkan ke depan bersama
Satu langkah yang pasti dalam kepasrahan kepada Tuhan
Satu langkah satu irama
satu langkah
maju !
Manado, 5 Januari 2010
Saatnya sekarang kita tiup kuat tapi lembut
Pastikan oksigennya merata dalam gas gas yang laten
Waktu telah bertambah dan semakin habis
Pencarianmu dan aku belum juga tuntas
Api, ya itu yang kita butuhkan
Membakar sekam dan memanaskan darah semangat kita
Temanku mari dalam satu irama tariklah nafas
Hembuskan kuat dan perlahan,
resapi resapi udara yang keluar
Memberi ruang oksigen untuk berkarya
Ayo
kita semua memang letih ayo
Kita semua harus menggeliat sekarang ayo
Ayo teman temanku
ayo semangat
Kita bersama sama dan jangan kita saling sikut
Malah kita harus robohkan segala macam jurang pembeda
Semua telah tertakar pasti kita hanya menjalani
Ya satu langkah hentakkan ke depan bersama
Satu langkah yang pasti dalam kepasrahan kepada Tuhan
Satu langkah satu irama
satu langkah
maju !
Manado, 5 Januari 2010
Selasa, 05 April 2011
di bumi semua terdiam
seperti mentari yang berkelambu mendung hitam
mereka yang di bumi bersiap akan turunnya
petani tersenyum bahagia padinya tersegarkan
ibu ibu kecut bergegas mengambil jemurannya
pejalan mempercepat langkah
mendungpun juga sebenarnya tidak bisa berdiam
perlahan tapi pasti ia semakin berat menanggung beban uap uap air
sesungguhnya dia tidak kuasa melawan tarikan panas matahari
sungguh nelangsa lalu terjatuh airnya setitik demi setitik menderas
mereka di bumi semua terdiam
MANADO 5 JANUARI 2010
mereka yang di bumi bersiap akan turunnya
petani tersenyum bahagia padinya tersegarkan
ibu ibu kecut bergegas mengambil jemurannya
pejalan mempercepat langkah
mendungpun juga sebenarnya tidak bisa berdiam
perlahan tapi pasti ia semakin berat menanggung beban uap uap air
sesungguhnya dia tidak kuasa melawan tarikan panas matahari
sungguh nelangsa lalu terjatuh airnya setitik demi setitik menderas
mereka di bumi semua terdiam
MANADO 5 JANUARI 2010
Lalu ?
Lalu ?
hei !!!
tidak ada lalu, yang ada ya ini
ini saja kau belum paham, lalu pun telah kautanyakan
sudah aku pusing, ini saja, lalu biarkan saja
nanti, esok?
itu baru lalu
Manado, 3 Desember 2010
hei !!!
tidak ada lalu, yang ada ya ini
ini saja kau belum paham, lalu pun telah kautanyakan
sudah aku pusing, ini saja, lalu biarkan saja
nanti, esok?
itu baru lalu
Manado, 3 Desember 2010
Aku Tidak Sendiri
Aku tidak sendiri
aku baru menyadari kesendirian itu ternyata adalah teman kala aku sendiri,
dialah yang menasehatiku agar berbincang dengan diriku sendiri,
dia pula yang mengajarku betapa hiruk pikuk tidak pernah selesai walau di dalam kesendirian,
dia juga menceritakan betapa agungnya kesendirian,
dia pernah berkata dalam kesendirian akan kau temukan sang MAHA SENDIRI,
oh aku bahagia
aku tenang ya tenang sekali sekarang ini,
betapa luasnya dalam kesendirian,
ruang dan waktu bagai sebutir debu di dalam jagat raya,
aku rebahkan badanku dan regangkan otot syaraf
terasa sekali aliran darah pada pembuluhnya
dan jantung memompanya ajeg,
oksigenpun terasakan kala sel-sel ku menghirupnya,
ya begitu terasa hidup begitu murni,
begitulah seharusnya
Manado, 1 Januari 2010
aku baru menyadari kesendirian itu ternyata adalah teman kala aku sendiri,
dialah yang menasehatiku agar berbincang dengan diriku sendiri,
dia pula yang mengajarku betapa hiruk pikuk tidak pernah selesai walau di dalam kesendirian,
dia juga menceritakan betapa agungnya kesendirian,
dia pernah berkata dalam kesendirian akan kau temukan sang MAHA SENDIRI,
oh aku bahagia
aku tenang ya tenang sekali sekarang ini,
betapa luasnya dalam kesendirian,
ruang dan waktu bagai sebutir debu di dalam jagat raya,
aku rebahkan badanku dan regangkan otot syaraf
terasa sekali aliran darah pada pembuluhnya
dan jantung memompanya ajeg,
oksigenpun terasakan kala sel-sel ku menghirupnya,
ya begitu terasa hidup begitu murni,
begitulah seharusnya
Manado, 1 Januari 2010
mentari pelangi dan jalan aspal
tadi pagi kutinggalkan bandara
di depanku pelangi dan mentari dibelakang
aspal basah oleh gerimis
lewat 15 menit di depanku mentari
pelangipun hilang
aspal basah melesatkan cahaya tepat ke kornea
begitu terang hingga membutakan hampir saja kusenggol mobil dan orang di depan
lewat 15 menit pelangi didepanku dan mentari dibelakang
aspal nampak kering namun segar dan liat
aku melihat jelas indahnya pagi
sesampai ditempatku hatiku digelitik
sesungguhnya apa yang ingin kau sampaikan padaku
begitu lelah aku mencarinya
namun engkau mungkin asyik tertidur berselimut mimpimu
Manado, 30 desember 2009
di depanku pelangi dan mentari dibelakang
aspal basah oleh gerimis
lewat 15 menit di depanku mentari
pelangipun hilang
aspal basah melesatkan cahaya tepat ke kornea
begitu terang hingga membutakan hampir saja kusenggol mobil dan orang di depan
lewat 15 menit pelangi didepanku dan mentari dibelakang
aspal nampak kering namun segar dan liat
aku melihat jelas indahnya pagi
sesampai ditempatku hatiku digelitik
sesungguhnya apa yang ingin kau sampaikan padaku
begitu lelah aku mencarinya
namun engkau mungkin asyik tertidur berselimut mimpimu
Manado, 30 desember 2009
AKU MELIHAT
AKU MELIHAT
SEMUA DIRANGKUM DALAM SENYUMMU SAJA
MANADO, 26 DESEMBER 2009
DALAM MENTARI ADA KEHANGATAN
DALAM BULAN ADA KEANGGUNAN
DALAM BUNGA ADA HARUM DAN KEINDAHAN
DALAM HUTAN DAN SUNGAI ADA DAMAI DAN TENTERAM
DALAM GERIMIS ADA KESEGARAN
SEMUA DIRANGKUM DALAM SENYUMMU SAJA
MANADO, 26 DESEMBER 2009
IBU
YANG TAK TERPERIH SAKIT DI BADAN DAN HATIMU
KAU CERITAKAN ITU DENGAN SENYUM TABAHMU
ITU BUKAN PALSU
ITULAH KARANG YANG AKAN AUS OLEH TERJANG AIR ASIN DAN TAUFAN
PADA AKHIRNYA MENJADI PASIR DILAUTAN
TEMPAT AKU MELIHAT CAKRAWALA DAN LINGSIR MENTARI
DI SANA CAMAR PUTIH BERSELENDANG JINGGA
MENARI BAHAGIA MENYANYIKAN LAGU PUJIAN BUATMU
LAGU DENGAN LIRIK LIRIK SEDERHANA
TENTANG KASIHMU YANG TAK AKAN HABIS HINGGA PADAM MENTARI
IBU MAAFKAN AKU
BAKTIKU BELUMLAH CUKUP
TUNGGUILAH AKU SELALU
Manado, 22 Desember 2009
KAU CERITAKAN ITU DENGAN SENYUM TABAHMU
ITU BUKAN PALSU
ITULAH KARANG YANG AKAN AUS OLEH TERJANG AIR ASIN DAN TAUFAN
PADA AKHIRNYA MENJADI PASIR DILAUTAN
TEMPAT AKU MELIHAT CAKRAWALA DAN LINGSIR MENTARI
DI SANA CAMAR PUTIH BERSELENDANG JINGGA
MENARI BAHAGIA MENYANYIKAN LAGU PUJIAN BUATMU
LAGU DENGAN LIRIK LIRIK SEDERHANA
TENTANG KASIHMU YANG TAK AKAN HABIS HINGGA PADAM MENTARI
IBU MAAFKAN AKU
BAKTIKU BELUMLAH CUKUP
TUNGGUILAH AKU SELALU
Manado, 22 Desember 2009
Manis
Menyelinap di tiap lekuk liku sepi sunyi hariku
Bertunas berakar berbatang berdaun berbunga menjalar dari ujung-ujung terluar indera inderaku
Menuju pusatnya di hati lalu berbuah,
Manis
Manado, 17 Desember 2009
Bertunas berakar berbatang berdaun berbunga menjalar dari ujung-ujung terluar indera inderaku
Menuju pusatnya di hati lalu berbuah,
Manis
Manado, 17 Desember 2009
Bintang pun Sesepi Diriku
Malam makin beranjak sepi
suara suara binatang semakin jelas terdengar
tapi udara tidak sedingin yang aku harapkan
lalu aku berjalan menembusnya
semakin jauh semakin tegas sepi kurasakan
aku bersyukur bintang begitu terang meskipun tidak mampu memberi cahaya pada jalanku karena aku tahu bintangpun sesepi diriku
Manado, 10 Desember 2009
suara suara binatang semakin jelas terdengar
tapi udara tidak sedingin yang aku harapkan
lalu aku berjalan menembusnya
semakin jauh semakin tegas sepi kurasakan
aku bersyukur bintang begitu terang meskipun tidak mampu memberi cahaya pada jalanku karena aku tahu bintangpun sesepi diriku
Manado, 10 Desember 2009
Akulah Rembulan
Akulah rembulan kala purnama
sepenuh hati memberikan cahaya agar bumi membiru
Akulah rembulan kala setengah
berbaring sekuat daya di awanan agar menyingkir
dan membuat terang langit naungan
Akulah rembulan kala mati
Hilang cahayaku memperjelas bintang dihadapanmu
Akulah rembulan yang hanya dari belas kasih mentari lalu menyinarimu
dan terkadang bayangmu malah menutupiku
namun aku tetap disitu
Akulah rembulan
Manado, 7 Desember 2009
sepenuh hati memberikan cahaya agar bumi membiru
Akulah rembulan kala setengah
berbaring sekuat daya di awanan agar menyingkir
dan membuat terang langit naungan
Akulah rembulan kala mati
Hilang cahayaku memperjelas bintang dihadapanmu
Akulah rembulan yang hanya dari belas kasih mentari lalu menyinarimu
dan terkadang bayangmu malah menutupiku
namun aku tetap disitu
Akulah rembulan
Manado, 7 Desember 2009
Sore Pukul Empat
Pohon bunga dan rumput lembab semua
sore ini diam
Angin sangat ramah sampai-sampai kedatanganya tidak terasakan
Mentaripun berselimut awanan tipis lembut
Rupanya dia kegerahan di atas sana
dan bumi berbaring tenang
huruf dan kata-kata berkata
ini hadiah dari kami
semoga engkau sudi menerimanya
dan kau simpan dalam benak dan rasamu
paling dalam
Manado, 6 Desember 2009
sore ini diam
Angin sangat ramah sampai-sampai kedatanganya tidak terasakan
Mentaripun berselimut awanan tipis lembut
Rupanya dia kegerahan di atas sana
dan bumi berbaring tenang
huruf dan kata-kata berkata
ini hadiah dari kami
semoga engkau sudi menerimanya
dan kau simpan dalam benak dan rasamu
paling dalam
Manado, 6 Desember 2009
Tidak Ada
Aku ingin wakilkan gelisahku kepada apa
Aku tidak tahu melalui mana camuk di dalam ini harus keluar
Kata kata tak lagi mujarab
Kias dan alam sekeliling juga hampa
Semua sama dalam gelap
Semua nampak dalam terang
Istimewa hanya permainan nafsu
Selebihnya adalah euphoria
Manado, 2 Desember 2009
Aku tidak tahu melalui mana camuk di dalam ini harus keluar
Kata kata tak lagi mujarab
Kias dan alam sekeliling juga hampa
Semua sama dalam gelap
Semua nampak dalam terang
Istimewa hanya permainan nafsu
Selebihnya adalah euphoria
Manado, 2 Desember 2009
Pelangi
kapai kapai pelangi
menguap hilang tidak berapa lama
tinggal putih yang nampak
merah jingga kuning hijau biru nila ungu
tersimpan dalam diri
pada akhirnya hanya hitam menyelimuti
Manado, 26 November 2009
menguap hilang tidak berapa lama
tinggal putih yang nampak
merah jingga kuning hijau biru nila ungu
tersimpan dalam diri
pada akhirnya hanya hitam menyelimuti
Manado, 26 November 2009
Hujan
kristal-kristal yang mencair
lalu berbaris rapi dan rapat menghampiri bumi
gemuruhnya kuasa disekeliling
aku menyambutnya menerobos pori kulit dan rongga rongga tulang bersatu dengan dengan darah meredam panas yang bergejolak
wajahku mendongak terpejam
Manado, 24 November 2009
lalu berbaris rapi dan rapat menghampiri bumi
gemuruhnya kuasa disekeliling
aku menyambutnya menerobos pori kulit dan rongga rongga tulang bersatu dengan dengan darah meredam panas yang bergejolak
wajahku mendongak terpejam
Manado, 24 November 2009
Dimanakah
Dimanakah kawan
ketika sauh diangkat dan terompet disuarakan
lalu angin menuntun pergi dan ombakgelombang membopong
Lalu dimanakah kawan
Kala tunas menjadi dewasa dan berpohon
kemudian tumbang dalam raung gergaji
menyanggah tidur dan duduk kita
Ya dimanakah kawan
kala selubang digali dan kafan dibungkuskan
lalu kita bercerita belang atau gadingnya
Engkau ada dihati
Manado, 21 November 2009
ketika sauh diangkat dan terompet disuarakan
lalu angin menuntun pergi dan ombakgelombang membopong
Lalu dimanakah kawan
Kala tunas menjadi dewasa dan berpohon
kemudian tumbang dalam raung gergaji
menyanggah tidur dan duduk kita
Ya dimanakah kawan
kala selubang digali dan kafan dibungkuskan
lalu kita bercerita belang atau gadingnya
Engkau ada dihati
Manado, 21 November 2009
Mendung Yang Menyirnakan
setelah berdiam cukup lama
berangsur mendung menepi disisi tak berujung
kunang-kunang antariksa layu malam itu
karena bulan tidak meninggalkan jejak
cahaya bintang dan sinar bulan
telah berpisah bagai utara dan selatan
aku hanya bisa melihat lalu kutinggalkan saja
Manado, 19 November 2009
berangsur mendung menepi disisi tak berujung
kunang-kunang antariksa layu malam itu
karena bulan tidak meninggalkan jejak
cahaya bintang dan sinar bulan
telah berpisah bagai utara dan selatan
aku hanya bisa melihat lalu kutinggalkan saja
Manado, 19 November 2009
Yang Mekar Dalam Diam
Dengan bahasa yang tidak terucap
Meminjam istilah bunga-bunga yang disirami majikannya
dan ungkapan burung-burung ceria dihangat mentari
juga rerumput sejuk di musim semi
serta lembah biru bersaput awan nan tipis
kala selarik jingga menerangi dasarnya
Kata-kataku berat disuarakan,
Jika saja engkau tidak tidur
Dan cakrawala kehidupanmu sedang suram
Namun langit malam terang berjuta bintang
Tentu engkau mendengarnya
Sejenak kemudian mampir dihatimu dengan isyarat indah
Kata-kataku yang sunyi namun berteriak lantang dalam hati
Meminta sekeliling alam mau mengerti
Hiburlah dalam asing sendiri
Seperti kau hibur bunga bunga yang dijual di pingir pingir jalan
Yang tak tahu harus bersedih atau gembira
Kala meninggalkan si penyiram bunga
dibawa pergi sang penikmat karena kuasa uangnya
Manado, 13 November 2009
Meminjam istilah bunga-bunga yang disirami majikannya
dan ungkapan burung-burung ceria dihangat mentari
juga rerumput sejuk di musim semi
serta lembah biru bersaput awan nan tipis
kala selarik jingga menerangi dasarnya
Kata-kataku berat disuarakan,
Jika saja engkau tidak tidur
Dan cakrawala kehidupanmu sedang suram
Namun langit malam terang berjuta bintang
Tentu engkau mendengarnya
Sejenak kemudian mampir dihatimu dengan isyarat indah
Kata-kataku yang sunyi namun berteriak lantang dalam hati
Meminta sekeliling alam mau mengerti
Hiburlah dalam asing sendiri
Seperti kau hibur bunga bunga yang dijual di pingir pingir jalan
Yang tak tahu harus bersedih atau gembira
Kala meninggalkan si penyiram bunga
dibawa pergi sang penikmat karena kuasa uangnya
Manado, 13 November 2009
Ikhlas
Menengadahlah pada inti langit
Melihatlah kedalam inti hatimu
Sampaikan kata katamu menghias air mata
Masih belum cukup kita berterima kasih
Angkatlah tangan lemah kita
Terima saja pemberian walau telapak memerih
Itu adalah anugerah betapapun berat
Lalu cerialah dan berjalan menentengnya
Dia tahu itu semua
Dia pun menangis untuk kita
Diapun tergetar hatinya
Keikhlasan kita menggoncang keagunganNYA
Manado, 10 November 2009
Melihatlah kedalam inti hatimu
Sampaikan kata katamu menghias air mata
Masih belum cukup kita berterima kasih
Angkatlah tangan lemah kita
Terima saja pemberian walau telapak memerih
Itu adalah anugerah betapapun berat
Lalu cerialah dan berjalan menentengnya
Dia tahu itu semua
Dia pun menangis untuk kita
Diapun tergetar hatinya
Keikhlasan kita menggoncang keagunganNYA
Manado, 10 November 2009
dia
Wajah itu kulihat lagi pagi ini
Lebih tepat ekspresi lugunya
Dan guratan manis gemas sosoknya
Sambil acuh aku membayangkan
Andai kunikmati wajahnya sepuas hati
Tanpa ego dilukai oleh penolakan
Oh mengapakah cerah mentari selalu melahirkan bayang
Dan disitu aku harus berdiam
Jika kupaksa melihatnya tentu akan buta dibuatnya
Manado, 9 November 2010
Lebih tepat ekspresi lugunya
Dan guratan manis gemas sosoknya
Sambil acuh aku membayangkan
Andai kunikmati wajahnya sepuas hati
Tanpa ego dilukai oleh penolakan
Oh mengapakah cerah mentari selalu melahirkan bayang
Dan disitu aku harus berdiam
Jika kupaksa melihatnya tentu akan buta dibuatnya
Manado, 9 November 2010
Sebuah Kata
Aku memanggilmu dengan suara hati
yang menggema disepanjang jalan kau lalui
merayap pada tembok tembok dan udara
ketika mendekatmu sesungguhnya kaupun sadar
Getaran itu menyentuh bulu halusmu
menyapa hatimu
dengan nada nada yang juga kau suka
nada nada terisitmewa lelaki biasa saja
Teruskanlah
seperti aku telah meneruskan pada ujung mulut ini
lalu menjelma sebuah kata
AKU MENCINTAIMU
Manado, 7 November 2009
yang menggema disepanjang jalan kau lalui
merayap pada tembok tembok dan udara
ketika mendekatmu sesungguhnya kaupun sadar
Getaran itu menyentuh bulu halusmu
menyapa hatimu
dengan nada nada yang juga kau suka
nada nada terisitmewa lelaki biasa saja
Teruskanlah
seperti aku telah meneruskan pada ujung mulut ini
lalu menjelma sebuah kata
AKU MENCINTAIMU
Manado, 7 November 2009
Lelaki dan Bunga Mawar
Lelaki bersahaja itu termangu termangu
Tidak tahu lagi apa yang harus dipikirkan
Semua tidak ada yang mampu menjawab
Sementara Titik darah makin besar menggenang di jarinya
Dalam kosong tatapannya ia tersentak
Kelopak kelopak mawar terjatuh dan tertiup angin
Menyisakan batang kering dan duri tajam
Dia bertanya
Manado, 3 November 2009
Tidak tahu lagi apa yang harus dipikirkan
Semua tidak ada yang mampu menjawab
Sementara Titik darah makin besar menggenang di jarinya
Dalam kosong tatapannya ia tersentak
Kelopak kelopak mawar terjatuh dan tertiup angin
Menyisakan batang kering dan duri tajam
Dia bertanya
Kemanakah air yang selama ini aku memandikanmu
Haruskah dengan darah karena durimu
Engkau membiarkan aku sendiri
Manado, 3 November 2009
Cerita Bulan
Dengarkan cerita bulan sabit
Yang beredar tua hari
Kala purnama disanjung bunga
dirangkai bersama kata kata diikat dengan pita emas
Pernahkah engkau menyadari dia akan menjadi sabit lalu mati
Dia selalu hadir kala gelap
Menunggumu kala malam
Terjaga dalam pandanganmu
Kala awan menutupnya
Menderas air mata
Tak terlihat namun selalu disana
Sebentar lagi bulan akan mati
Ikhlaskan engkau berkawan bintang
Janjinya selalu ditepati
Di purnama menghampirimu walau engkau acuh kepadanya
Manado, 31 Oktober 2009
Yang beredar tua hari
Kala purnama disanjung bunga
dirangkai bersama kata kata diikat dengan pita emas
Pernahkah engkau menyadari dia akan menjadi sabit lalu mati
Dia selalu hadir kala gelap
Menunggumu kala malam
Terjaga dalam pandanganmu
Kala awan menutupnya
Menderas air mata
Tak terlihat namun selalu disana
Sebentar lagi bulan akan mati
Ikhlaskan engkau berkawan bintang
Janjinya selalu ditepati
Di purnama menghampirimu walau engkau acuh kepadanya
Manado, 31 Oktober 2009
Jingga
Senja emas berkilau
Memantul di garis pantai nusantara
Menjadi suar gemilang pagi
Sekali lagi kilau emas sambut anak-anaknya
Setelah tenang melepas penat malam
Saudara sahajaku
Yang di persawahan dan hutan hijau
Yang mengarungi sungai danau dan lautan
Yang digempur polusi sampah dan macet
Yang menyusup di meja perkantoran dan birokrasi
Yang mengalunkan kebenaran dan perjuangan
Bahkan yang terpaksa mundur di kolong kolong jembatan dan pinggiran sungai busuk juga lapangan sampah
Jaga ! Garis demarkasi pertahankan front nurani kita
Suara kita adalah harapan dan cita cita
Adalah galah untuk meraih cita cita itu sendiri
Adalah tali pengikat semangat
Jagalah yang telah dijanjikan pada kita
Arahkan mata kita mengawasi
Ibu pertiwi tidak hanya berdongeng
Tata tentrem kerta raharja adalah janjinya
Cahaya keemasan memanjang dari horison hingga pantai
Emasnya telah membumi bukan lagi sebuah pantulan
Hadiah bagi kita dan anak cucu kita
Manado, 26 Oktober 2009
Memantul di garis pantai nusantara
Menjadi suar gemilang pagi
Sekali lagi kilau emas sambut anak-anaknya
Setelah tenang melepas penat malam
Saudara sahajaku
Yang di persawahan dan hutan hijau
Yang mengarungi sungai danau dan lautan
Yang digempur polusi sampah dan macet
Yang menyusup di meja perkantoran dan birokrasi
Yang mengalunkan kebenaran dan perjuangan
Bahkan yang terpaksa mundur di kolong kolong jembatan dan pinggiran sungai busuk juga lapangan sampah
Jaga ! Garis demarkasi pertahankan front nurani kita
Suara kita adalah harapan dan cita cita
Adalah galah untuk meraih cita cita itu sendiri
Adalah tali pengikat semangat
Jagalah yang telah dijanjikan pada kita
Arahkan mata kita mengawasi
Ibu pertiwi tidak hanya berdongeng
Tata tentrem kerta raharja adalah janjinya
Cahaya keemasan memanjang dari horison hingga pantai
Emasnya telah membumi bukan lagi sebuah pantulan
Hadiah bagi kita dan anak cucu kita
Manado, 26 Oktober 2009
Sudah Lama Kemarau
Ini lama sudah kemarau
Masih juga basah rindu ini
Seperti juga musim lalu
Hujan pasti datang
Airnya tak tertampung meluap
Menyungai dan bermuara
Mengawan berkelana lagi
Rinduku akan bercerita lagi
Hanya padamu saja
Manado, 22 Oktober 2009
Masih juga basah rindu ini
Seperti juga musim lalu
Hujan pasti datang
Airnya tak tertampung meluap
Menyungai dan bermuara
Mengawan berkelana lagi
Rinduku akan bercerita lagi
Hanya padamu saja
Manado, 22 Oktober 2009
Hanya Saja
Ingin kuungkapkan rindu padamu
Ternyata angan yang berani berkata padamu
Kaupun mendengar walau jauh
Dan tanganmu semakin erat menggengamnya
Hanya saja itu bukan tanganku
Manado, 20 Oktober 2009
Satu gelas besar air putih
Korek api
Asbak yang telah penuh puntung
Buku dan pena
Di atas meja
Ternyata angan yang berani berkata padamu
Kaupun mendengar walau jauh
Dan tanganmu semakin erat menggengamnya
Hanya saja itu bukan tanganku
Manado, 20 Oktober 2009
untuk menjadi pesan bagi mata yang mencari
Dimanakah hikmah
Kala kata-kata bungkam
Lesu tanpa air dan cahaya
Walau telah basah lidah bertanya
Namun cahaya belum juga menuliskan
Apa yang akan disampaikan
Seperti pelangi
ia membutuhkan air dan cahaya
untuk menjadi pesan bagi mata yang mencari
Manado, 19 Oktober 2009
Kala kata-kata bungkam
Lesu tanpa air dan cahaya
Walau telah basah lidah bertanya
Namun cahaya belum juga menuliskan
Apa yang akan disampaikan
Seperti pelangi
ia membutuhkan air dan cahaya
untuk menjadi pesan bagi mata yang mencari
Manado, 19 Oktober 2009
Hei ! , Cinta !
Sekali sekali
hei !
Cinta !
Naiklah delman
Nikmati jalan tanah sehabis hujan
Aroma tanahnya bermesraan dengan harum bunga padi
Flamboyan akan meneduhkan
Tetes tetes airnya masih luruh
Lalu dikibaskan jurai kuda putih yang berderap anggun
Hei !
Cinta !
Sekali-kali tuntaskan jalanan pinggir sawah ini bersama delman
Jangan naik pesawat terus
Tidak bisa singkat menikmati sebuah keindahan
Manado, 16 Oktober 2009
hei !
Cinta !
Naiklah delman
Nikmati jalan tanah sehabis hujan
Aroma tanahnya bermesraan dengan harum bunga padi
Flamboyan akan meneduhkan
Tetes tetes airnya masih luruh
Lalu dikibaskan jurai kuda putih yang berderap anggun
Hei !
Cinta !
Sekali-kali tuntaskan jalanan pinggir sawah ini bersama delman
Jangan naik pesawat terus
Tidak bisa singkat menikmati sebuah keindahan
Manado, 16 Oktober 2009
Langganan:
Postingan (Atom)