Senyummu abadi di tiap tiap kedipan mataku
Yang engkau tak mengerti terjadinya
Juga aku tak memahami mengapa
Dan entah mengapa kau tak pula beranjak
Pun aku betah memandang dalam nanar yang kosong
Sementara matahari makin sore menggiring burung burung kesarangnya
Senyummu abadi di tiap tiap degap hatiku
Menyanyikan sajak sajak sapardi di malam lelapku
Tentang cinta awan kepada hujan
Hingga pagi mentari menerobos sela sela kayu jendela kamar
meniupkan ruhnya dan senyum itu hidup kembali
dalam tiap tiap kedipan mata
Manado, 24 Februari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar