Jumat, 03 Juni 2011

gamelan kepergian

derit kawat rebab menyayat penuh harmonis,
kayukayu bertalu perunggu kayukayu menabuh dengan merdu penuh anggun
bergema mendayu dayu hingga ke hati
mencipta lirih yang mengigil merasakan sukma sepahit empedu

ini tidak seperti biasanya
aku selalu hanyut arus ketenangan dalam denting denting bilah di atas rancakan
bunyi gamelan mampu membangun tembok kedap kebisingan dari sampah hiruk pikuk
ini tidak seperti biasanya, mungkin jiwa ini perlu beradaptasi lagi

alok alok wiraswara yang rampak dalam seruan: hak'e !
mematuh tamparan direntangan kulit yang diikat pada kedua ujung lobang kayu gelondong iringanpun jeda
akupun semelah dan jeda, ternyata tamparan sederhana pada kendang sanggup menggiring alunan
emosi masih tertahan berlanjut hingga gong penutup

satu bait ldr. sri rejeki tuntas kusimak
semakin liat saja gelegak emosiku tak mampu menemu kebersihan hati dan pikiran sehat
tentang kepergian tanpa jejak penjelasan
tidak seperti gending yang semeleh kepergiannya adalah kilatan petir yang menyambar



Manado, 19 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar