Hari itu sore pukul 3 dering handphone murahan di sakuku berbunyi
Dalam rintihan kengerian ibumu mengabarkan engkau akan segera datang
Sesungguhnya sedari pagi telah kutawarkan menunggu kedatanganmu
Namun melarang ibumu demi kondite kerjaku
Kunaiki motor yang sudah tak lagi kencang
Berharap bisa menyapa kedatanganmu namun sia sia
Tak kudengar teriakanmu yang tak kuasa memasuki dunia ini
Tak kaudengar suaraku melantunkan adzan dan iqomah ditelingamu
Engkau tumbuh dengan sedikit belaian orang tuamu
Engkau berkembang di bawah sebayamu dalam ukuran dunia sekarang ini
Tapi jangan kau ragu akan hatiku
Segala rintang jadi niat dalam semangatku anakku
Dan kini sekali lagi juwita-ku
walau sekejap aku awasi hari-harimu
dan tak jarang kau menangis karena kemarahanku atas sikapmu
kembali engkau harus mandiri bersama ibu dan adikmu yang baru lahir
Bermainlah, walau aku jauh
Nakallah, asal kau hormati ibumu
Bersenang-senanglah, seakan akan aku disampingmu
Tumbuhlah dengan jiwa bebas dan lepas
Aku berdoa agar aku dijadikan rahmat bagimu anakku
Agar aku dijadikan tanganNYA membimbing merawatmu
Dijadikan gelas untuk memenuhi dahagamu
Dijadikan jalan bagi bahagia hidupmu
Manado, 4 Agustus 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar